Part 14

56.9K 984 72
                                    

Aldo Menatap Wajah lea yang tertidur dengan pandangan terluka. Ia mengusap lembut pipi lea dan memeluk tubuh kekasihnya dengan erat.

Aldo tahu, Selama ini dirinya lah yang bersalah yang sudah menutupi kebenaran itu dari lea. dan ia juga lah yang sudah menghancurkan kepercayaan lea yang sudah di berikan dengan tulus padanya.

Tapi aldo tidak memiliki cara lain lagi saat itu selain harus melakukannya.

Ia tersiksa dengan rasa takut yang terus menggerogoti hatinya dengan perlahan. ia juga takut lea akan pergi jauh dari hidupnya jika ia tidak mengikat lea lewat apa yang sudah ia lakukan selama ini. hanya dengan menjadi sahabat, aldo bisa selalu dekat dengan lea.

Ia ingin sekali mengatakan pada lea apa yang sebenarnya terjadi saat itu. tapi aldo juga tidak bisa serta merta dengan lugas mengatakan apa yang sebenarnya terjadi tentang kebenarannya kepada lea begitu saja, Jika aldo mengatakan nya, itu sama saja ia hendak membunuh lea dengan tangannya sendiri.

"Jika kita sudah menikah nanti. Aku janji akan mengatakan yang sebenarnya kepada kamu lea. Aku mohon, bersabarlah sebentar lagi." Bisik Al mengecup pucuk kepala lea dengan lembut.

Lea Menggeliat dan mencari posisi nyaman untuk ia tidur dengan nyenyak. Aldo mengambil kepala lea dan di rengkuhnya kedalam dekapannya dengan lembut.

"Hanya satu hal yang perlu kamu ketahui lea, aku tidak pernah menghianati kita dari dulu hingga saat ini."Gumam al sangat pelan, kemudian ia mulai memejamkan kedua matanya dengan rapat dengan memeluk tubuh lea begitu erat.

Lima belas menit kemudian saat lea mendengar suara hembusan nafas yang begitu teratur dari aldo, ia mulai membuka kedua matanya dengan perlahan.

Lea menatap aldo dengan lirih, Ia tidak pernah tidur sejak aldo membuka paksa pintu kamar ini dengan kunci cadangan dan berbaring di belakang tubuhnya dengan memeluk tubuhnya dengan begitu sangat erat seperti saat ini.

Lea mendengar semua yang di ucapkan aldo barusan. bahkan gumaman pria itu dengan sangat pelan pun lea dapat mendengarnya dengan jelas.

Apa maksud kamu Aldo! jika kamu tidak pernah berhianat, terus bukti nyata itu Apa... yang aku lihat dulu itu APA... Gumam lea didalam hatinya dengan lirih.

---------------------------------

Aldo membuka kedua matanya dan langsung terbangun saat ia tidak dapat menemukan keberadaan lea di dalam dekapannya.

"Kamu sudah bangun Al?"

Aldo menatap pintu kamar mandi yang baru saja terbuka dan menatap lea dengan perasaan lega.

"Kamu tidak marah lagi lea?" bukannya menjawab pertanyaan lea tapi aldo malah bertanya tentang kecemasan lea yang mungkin saja masih membencinya.

Lea menatap aldo dengan senyuman lembutnya. "Untuk apa aku harus marah sama kamu Al. Kamu kan tau, aku tidak kuat lama-lama marah sama kamu!"

Aldo mengangguk dengan lega. Ia bangun dari atas kasur dan memeluk tubuh lea dengan erat. ''Aku takut kamu masih membenciku." Bisik aldo di telinga lea.

Lea terkekeh dan mengangguk kecil. "Aku tahu. Kamu cepat mandi. Aku ingin ke makam mereka sekarang al."

Aldo melepaskan pelukannya dan menatap lea tidak percaya. "Kamu bilang apa?"tanya aldo memastikan pendengaran nya.

Lea tersenyum."aku ingin ke makam anak kita aldo" Bisik lea lembut di telinga aldo.

Aldo tersenyum dan mengecup bibir lea sekilas. "Aku akan mandi sekarang sayang. Kamu tunggu ya."

Lea mengangguk dan tersenyum melihat aldo yang begitu bersemangat memasuki kamar mandi.

Ia berjalan menuju lemari dan terdiam sebentar di depan pintu lemari.

"Aku akan menunggu Al. Seperti yang kamu katakan, kamu akan mengatakan nya sendiri padaku saat kita sudah menikah nanti apa yang sebenarnya kamu rahasiakan dari dulu dariku al. Jadi aku akan menunggu kamu. dan dengan itu juga, Aku akan kembali mulai mempercayai kamu. Aku mohon. Kali ini jangan hancurkan lagi kepercayaan aku padamu Aldo." Gumam lea lirih kemudian menghapus setitik air matanya yang baru saja mengalir.

----------------------------------

Lea menatap lirih pada satu nisan yang bernama Alea dihadapannya. Ia dulu mungkin memang sering datang ke rumah nenek aldo yang berada di bandung ini. Tapi baru kali ini ia menginjakkan kakinya ketempat terakhir anaknya sendiri disini secara langsung.

Meskipun pemakaman anaknya tidak jauh dari rumah neneknya aldo. Tapi lea tidak sanggup harus datang langsung kemari.

Bukan karena ia tidak mencintai dan tidak mengharapkan kehadiran mereka berdua didalam hidupnya. Tapi lea akan selalu merasa hancur karena perasaan bersalahnya kepada kedua anaknya.

"Maaf. Maafkan aku..."Bisik lea terisak lirih. Ia mengusap nisan anaknya dengan perasaan terpilin.

"Seandainya kalian hidup. Mungkin kalian sudah besar sekarang. Maafkan aku."

Aldo Memeluk tubuh lea dengan erat dan menghapus air mata lea dengan lembut. "Jangan menangis lea. Mereka tidak akan suka jika melihat ibu mereka menangis."

Lea menggeleng. "Mereka membenciku al. Mereka pasti membenciku." Ucap lea terisak. Dan memeluk tubuh aldo dengan erat.

''Tidak lea, mereka tidak pernah membencimu. Tidak ada anak yang akan benar-benar membenci ibu kandungnya sendiri lea." Ucap aldo mengusap lembut rambut lea.

Lea mengangguk dan tetap terisak dengan lirih. Ia menatap gundukan makam yang sangat terawat milik anaknya dengan lembut. "Aku Mohon. Kalian harus tenang dan bahagia disana. Maaf aku baru datang kesini. Tapi aku janji, aku akan sering kesini untuk kalian."

Aldo tersenyum dan mengecup pucuk kepala lea. "Kamu juga harus berjanji untuk selalu hidup bersamaku hingga kita memberikan adik untuk mereka berdua di hadapan anak kita lea?"

Lea menatap aldo dengan air mata yang masih mengalir. "Al_.."

"Berjanji lah pada mereka lea?"

Lea menatap nisan anaknya dan menatap aldo lagi. Ia menganggukan kepalanya dengan perlahan. "Aku berjanji al. Demi anak kita. Aku akan selalu bersamamu."

Aldo tersenyum lembut dan mengangguk. "Aku percaya." Bisik aldo mesra di telinga lea.




*****************

BELUM AKU REVISI.

MUDAH-MUDAHAN TIDAK BANYAK TYPO.




enibahri
28-11-19.

Friends with benefistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang