aku memutuskan untuk istirahat selama tiga hari, ada yang tak beres dengan jantungku. ia begitu girang melompat-lompat bahkan membautku sedikit terkejut, entah mungkin karena kini ia begitu dekat dengan pemiliknya. aku tak tahu.
dan Matahari membiarkanku rebahan selama beberapa hari di atas ranjangku.
pagi ini langit tampak cerah, aku tersenyum menikmati kesempatan yang begitu indah. melihat awan yang selalu berubah-ubah bentuknya.
kak Yu, ingatkan dulu kita selalu berlomba untuk menebak bentuk awan?
"selamat pagi Cemara" sapaan Matahari mengenyahkan bayangan kak Yu dan aku yang sedang rebahan di atas rumput dia tampak terssenyum di atas meja makan, menatapku yang sudah mengikat rambut, menampakkan jenjang leherku yang putih.
"selamat pagi Ari" aku hanya tersenyum menatap pria yang kini mematikan rokoknya.
"tumben dimatiin rokoknya masih banyak"
"kamu gak bisa hirup asap rokok" jawaban Matahari membuatku tertunduk malu, antara senang dan bahagia. atau aku kegirangan?.
ah entahlah. kak Yu, menurut kakak apakah seperti ini rasa cinta? tidak ingin membuat orang yang kita cintai bersedih.
"sudah rapi, mau kemana?" pertanyaan Matahari merujuk pada jeans serta kaos oblongku berwarna hitam.
"mau ke Borobudur" jawabku singkat sambil menyerahkan amplop berwarna putih berisi beberapa rupiah.
bagaimana pun juga aku tahu diri untuk membayar apa yang sudah kumakan dan kunikmati sementara aku tidak melakukan tugasku.
"ini apa?" tanya Matahari mengintip ke dalam amplop.
"uang sewa kamar, beberapa hari saya gak bisa masak buat kamu, itu uang sewa untuk tiga hari dan untuk hari ini, mulai besok saya akan mulai masak lagi"
"..." Matahari melirikku.
"jangan buat situasi canggung hanya karena kamu menolak apa yang sudah seharusnya saya berikan" ucapku sambil tersenyum memperingati Matahari.
"baiklah, sebagai gantinya, hari ini saya temani kemana pun kamu pergi"
aku tersenyum malu, lebih tepatnya bahagia.
"cuma hari ini saja?" kini aku malah meminta lebih. aku benar-benar tak tahu diri kak Yu.
"baiklah, hari ini dan seterusnya, gimana?" pernyataan itu membuatku terpana, seketika diam mengulum senyum. entah bagaimana aku harus mengungkapkan bahagiaku.
dan kemudian diam-diam aku mulai enggan menatap lukisan wanita yang pernah menitipkan sebuah tugas.
kak Yu, maaf aku mulia melupakan tentang kita. sebentar saja, sebentar saja aku ingin bahagia. jika hidup ini singkat dan tak selama yang kita inginkan, jika hidup ini tidak untuk selamanya, maka biarkan aku untuk bahagia kak Yu.
###
"kalau mau ambil foto bagus pas sunset, disini bagus banget" ucap Matahari tersenyum melihat ke arahku yang memegang kamera.
dan kemudian diam-diam aku jsutru mengambil gambar Matahari yang sibuk melihat susunana bebatuan dan disahkan oleh sejarahwan.
bebatuan yang kelak akan mengingatkanku padamu, tentang senyum dan tawamu. tentang kilau an sinar matamu.
beberapa orang menatap Matahari dengan ngeri sementara aku sibuk mengambil gambarnya. tampak ekspresi beberapa orang yang kaget ketika dia berdiri. kamera menangkap semuanya. bahagia, sedih, gelisah, dan cemas.
ada juga beberapa pria yang semakin memeluk erat pasangannya ketika melewati Matahari yang menungguku dengan sabar.
aku tahu ini sungguh tak nyaman baginya. maka dari itu, aku ingin menciptakan rasa nyaman untuknya. aku menghampiri Matahari, mencoba menatap mendongak ke atas menutupi mataku dengan tangan karena tak memakai topi.
KAMU SEDANG MEMBACA
si buruk rupa
Romance"nama saya Cemara" wajah Arya tampak begitu gelap. sebuah bekas luka bakar di sisi kiri disembunyikan dalam kegelapan yang ia jaga setia di dalam kamar. "kamu diterima" ucap Arya singkat. "tapi saya tidak melamar pekerjaan disini" ucapan Cemara sing...