10. namanya Rahayu

394 52 0
                                    

 pagi itu burung pipit sibuk berkicau, desiran angin terdengar mirip aliran sungai walau tak tampak sungai baik hulu maupun hilirnya. 

wangi rumput yang dibasahi oleh embun kini membuat kepalaku mendongak menatap kedua mata yang sedang tertutup menatap sang matahari yang begitu baik, sinarnya tak menyakiti kami. 

"Cemara ayo kita kejar angin" ujarnya menarik tanganku yang manyun. 

"mana bisa angin dikejar, jangan terlalu banyak membaca buku puisi, lama-lama omonganmu kedengaran seperti orang gila" ucapku yang membiarkan ia menarik tanganku kemana pun ia suka. 

namanya Rahayu. 

"Cemara, kelak aku akan menikahi Matahari" ucapan kak Yu mulai terdengar tak masuk di akal. kini aku mengernyit aneh, perkataanya merupakan sekumpulan syair yang dibuai angin, berlarian kesana kemari.

kadang ia bisa menciptakan puisi, kadang ia justru menyindir. 

entahlah, kak Yu dengan emosinya jutru membuatku merasa nyaman.

"nanti kamu mau menikahi siapa?" kini kak Yu balik bertanya padaku, dia berjalan mundur seperti biasa membuat aku cemas yang takut jika suatu waktu dia tersandung dan jatuh terjengkang ke belakang sebuah batu akan menghantam kepalanya, dan suara cerewetnya serta puisi-puisi konyolnya akan hilang. 

"jangan berjalan ke belakang gitu kak. nanti jatuh" tegurku yang menahan tangannya. 

"jadi nanti kamu mau menikahi siapa?"

"pangeran pastinya"

"memang ada pohon yang menikahi pangeran?"

"jangan mulai kak Yu" ancamku. 

aku menarik nafas pelan sambil menghindari Matahari, menutup wajahku dengan sebelah tangan.

"kalau sama pangeran buruk rupa gimana? tetap mau?" 

"yang penting pangeran, terus nanti aku tinggal di istana, terus hidup bahagia selamanya" ucapku sambil tersenyum. kini Rhayu berhenti berjalan dan memilih untuk memandangi langit di bawah pohon rindang yang terletak tak jauh dari pekarangan kuda milik ayah. 

"kak Yu, kenapa pengen nikahin Matahari?" tanyaku menatap kak Yu yang masih menebak-nebak bentuk awan. 

"karena aku jatuh cinta sama Matahari"

"Matahari? yang di atas sana? kok bisa?Matahari itu panas kak, yang masuk di akal deh"

"bukan Matahari yang itu, ada satu orang namanya Matahari"

"..."

aku diam sambil merasakan binatang-binatang kecil yang mencoba melewati tubuh besar kami terbentang di atas rumput hijau. 

"gawat Ra!" seru kak Yu membuatku kaget.

"gawat kenapa kak?"

"aku benar-benar jatuh cinta sama Matahari"

"astaga, kakak mulai gila, masa mau nikah ama Matahari?"

"bukan yang itu Ra, ada satu orang namanya Matahari, orangnya agak dingin dan judes, gak banyak omong"

"kakak suka sama pria yang aneh kayak gitu? kok bisa?"

"dengerin dulu, orangnya itu pendiam, gak banyak cerita, tau gak ternyata dia itu diam-diam suka sama kakak" kak Yu kini memutar badannya menghadap ke arahku yang masih menatap ke arah langit. 

"emang dia udah nembak kakak?"

"belum"

"terus gimana kakak tahu kalau dia suka sama kakak?"

si buruk rupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang