|| Ketakutan Terbesarku ||

17 8 8
                                    

Jantungku berdebum keras. Rasa-rasanya seperti jatuh ke perut saja. Tegang.


Sudah kesekian kalinya aku terpaku begini sebelum berani memutar gagang pintu.


Sesak saat ingatan kembali memutar paksa kejadian dimana kala itu dokter memperjelas kondisi adik kecilku. Adikku sakit. Tidak dipungkiri, mataku menghangat seketika. Gemuruh di dada pun seperti siksaan bagiku.



Setiap masuk ruang rawatnya, ketika netra ini menangkap sesosok gadis kecil terbaring lemah dengan wajah seputih kertas.



Berbagai alat menempel lancang di tubuh mungil itu.



Itu sudah cukup membuatku takut.


Takut detakkan itu raib bersama mimpinya.


Takut netra itu tak mau membuka.


Takut rengekan manjanya tak kudapati lagi.




"Adek ...."

Harmoni DeadlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang