|| Apa Namanya Ini ||

21 11 7
                                    

Matanya berkilat. Menatap kosong tangan bercorak merah pekat.

"He he he ...." Didetik kemudian tawa itu berganti tangis.

"Bukan aku ... bukan a-aku ...."

Tak henti gumaman sumbang itu terlontar. Berusaha menyangkal.

Serangan perasaan hampir mengalahkan kewarasan. Perasaan tumpang tindih silih berganti. Tak ada yang mau mengalah. Rasa simpati yang hampir terkikis obsesi. Bersamaan kepuasan berimbang sesal. Takut dan cemas menambah gaduh.

Pemandangan di depannya menjadi alasan rasa tak terdefinisikan--

seorang balita tak berdosa tertelungkup diam.

Tanah lembap itu berubah rona. Pun kaos oblong yang membalut tubuh kaku dan membiru.

Anyir menusuk hidung.


Pisau buah menembus punggung tak berdaya itu.

Harmoni DeadlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang