seventeen

801 139 18
                                    

╔═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══╗

g h o s t - 17
"The Red Trophy"

╚═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══╝

"Yeonjun.." lirik sebuah suara.

"Yeonjun!"

"Yeonjuuunnn!!!" teriak seseorang. Teriak yang entah mengapa familiar. Tapi Yeonjun tidak dapat melihat apapun. Yang terlihat hanyalah kegelapan.

"Yeonjun tolongg!" teriaknya lagi dengan isakan tangis.

"Yeonjun.. Hiks.."

"Yeonjun!!!"

"YEONJUN SAYANG! CEPETAN BANGUN UDAH JAM BERAPA INI!? 2050 MASIH AJA TELAT BANGUN!" Yeonjun langsung mendudukan dirinya, tangannya megangin dadanya.

Dirinya kian menenang ketika ia melihat sinar matahari yang menyelinap masuk dari celah gorden.

"IYA MA!" Teriaknya dari dalam kamar, kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.

Yeonjun mengusap wajahnya sebelum turun dari ranjangnya dan bergegas.

Semuanya terukir manis di ingatan Yeonjun, membuat berbagai macam perasaan yang sulit hilang atau bahkan dilupakan.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Yeonjun memasuki sebuah kelas setelah pulang sekolah. Kelas bernuansa agak kekuningan yang terlihat nyaman. Suasana kelas yang sulit untuk dilupakan.

Papan tulis, layar LCD, bangku lipat yang tertata rapih di ujung kelas, dan softboard biru di belakang yang menampilkan berbagai macam poster. Tapi perhatian Yeonjun malah tercuri oleh gambar-gambar kecil yang menggantung dan berdiri.

Yeonjun memasuki kelas itu, memutari jendela-jendela untuk melihat satu persatu lukisan Indah yang mengukirkan inisial BM dan secerca tandatangan di bawah kanannya.

Dia jelas tau siapa pelukisnya.

Lelaki manis di rumahnya.

Tapi sejujurnya, "ada yang menarik perhatian?" Yeonjun takut padanya.

Yeonjun meneguk ludahnya, kemudian menunjuk lukisan seekor anjing yang berada didepannya.

"Namanya Bii, i nya dua. Dia yang nemenin aku dulu. Tapi udah mati."

"O-oh.. Maaf."

Beomgyu senyum, "nggak apa-apa kok," senyum manis, yang menampakkan kesedihan.

Yeonjun neguk ludahnya lagi.

"Ada lagi?" tanya Beomgyu.

"Boleh nanya?" tanya Yeonjun.

"Iya, boleh."

"Tapi kalo nggak mau jawab, nggak usah."

"Oke."

"Bii matinya karena apa?"

"Dibunuh sama papaku, karena dia berisik. Gonggong melulu, padahal dia nggak salaahhh! Dia cuma ngelindungin aku."

Yeonjun menunduk, "turut berduka ci-" kata-katanya terhenti ketika ia melihat kaki pucat Beomgyu yang tak menginjak bumi, dirinya tersentak ke belakang tembok secara refleks.

"Ma- maaf," tutur Yeonjun, mengalihkan matanya ke wajah Beomgyu.

"Aku yang maaf, maaf kalo buat Yeonjun takut," katanya kemudian pergi, menembus tembok.

Yeonjun memegangi dadanya yang masih naik-turun. Kemudian dengan perlahan keluar dari kelas itu.

Dia memang anak paling gila yang mencari tahu tentang hantu ketika dirinya takut dengan hantu.

"Heh kenapa lo!?" tanya Jongho pas Yeonjun buru-buru ngambil tasnya buat pulang.

"Tadi gue ketemu seseorang."

"Siapa?"

"Beomgyu."

"TERUS!?"

"Ya.... Serem aja!"

"Jun lo mau pulang?"

"Yaiyalah!"

"Dia kan tetanggaan sama lo!"

"Oh iyaya," Jongho rolling eyesnya, kesel sama anak yang masih ngambil tasnya itu.

"Terus gimana?" tanyanya.

"Gini ya Jun, lo mau pergi kemana juga, yang namanya mereka mah tetep bisa ngikutin lo."

"Iya juga sih... "

"Jun, sini!" kata Jongho ngelambaiin tangannya, nyuruh Yeonjun untuk mendekat, Yeonjun ngedeketin kupingnya sesuai arahan Jongho.

"Pialanya Beomgyu.. " fokus di pendengaran Yeonjun berkurang berganti dengan mata yang membelalak.

"Beomgyu, pemilik piala merah, the best academic student."

Ketika kata-kata itu mengiang mengelilingi isi kepala Yeonjun, tubuhnya membatu tak dapat bergerak, dan matanya masih disana.  Memastikan bahwa yang melapisi piala the Best Academic Student milik Beomgyu adalah darah segar.

To be continued..

Aku mau mastiin deh,
ini nggak serem kan?

[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/BeomjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang