seven

1.1K 171 23
                                    

╔═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══╗

g h o s t - 7
"you have to save him."

╚═══*.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.*═══╝

"Yeooonjjuuuunnn! Bangun nak! Udah jam berapa ini!" Yeonjun dengan kasar ngebuka bedcovernya, apaan coba pagi-pagi begini dia dibangunin?

"Hari ini hari Senin, kamu udah masuk sekolah!" kata mamanya nerobos masuk.

"Hah? Emang aku masih sekolah?"

"Oh kamu maunya turunan ke delapan kita bangkrut?"

"Ya, ah iya iya!" kata Yeonjun akhirnya turun dari ranjangnya sambil ngacak-ngacakin rambutnya. Dia nekan salah satu tombol di bawah ranjangnya sebelum masuk kamar mandi, tombol untuk naikin tempat tidurnya.

Yeonjun langsung buka baju begitu dia masuk kamar mandi, tahu kalau sensor sekarang sudah menjalar ke seluruh penjuru di dunia, tak perlu lagi pergi ke sana sini untuk menyalakan lampu. Katakan turn off, turn on, pun mereka mau. Robot.

Yeonjun tersentak saat dia keluar dan menemukan Beomgyu yang lagi berdiri polos memperhatikannya, polos tapi menelan ludah karena air yang menetes dari poni Yeonjun dan dada bidangnya.

"Bikin kaget aja lo!" sahut Yeonjun lalu memasuki tempat berganti otomatisnya.

Saat ia keluar, anak itu sudah tak ada. Kebiasaan Beomgyu, hilang-hilang sendiri, seperti hantu.

Setelah itu Yeonjun tidak bertemu lagi dengan Beomgyu, bahkan sampai sekolahnya berakhir.

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Yeonjun masih muterin sekolahnya, beradaptasi dengan tempat baru.

"Jun, kaki lu udah baik?" tanya seorang anak, bener-bener anak pertama yang ngajak dia ngomong hari ini.

"Emang gue kenapa?"

"Lo nggak inget ya? Lo juga nggak inget temen-temen sekelas lo sendiri. Lo kenapa sih?"

"Sorry, gue cuma.. Ya.. Nggak tau, mungkin karena pingsan terlalu lama."

"Tapi lo nggak amnesia kan?" Yeonjun ngegeleng, "kecelakaan lo sebenernya agak aneh."

"Hah? Kenapa?"

"Tiga hari sebelum lo kecelakaan ada salah satu anak dari angkatan kita yang meninggal. Seinget gue dia pernah deket sama lo, tapi gue nggak tau namanya."

"Beneran? Dia meninggal kenapa?"

"Bunuh diri."

"SUMPAH!? KOK!? Kenapa?"

"Ya, soal itu gue juga nggak tau. Tapi emang, kalau diperhatiin anaknya keliatan agak depresi."

"Ya ampun.."

"Well, tapi di dunia kayak gini, bunuh diri itu hal biasa."

"Biasa?"

"Iya. Makin kesini makin banyak yang bunuh diri. Bahkan anak-anak SMP juga. Jangankan di rumah, di sekolah kita juga banyak."

"Angker dong nih sekolah?"

"Semakin tua bumi, semakin banyak hantu Jun, udah pasti."

"Setuju."

"Lo liat piala yang disana?" anak yang Yeonjun baca nametagnya, Jongho, nunjuk ke salah satu rak kaca yang berisi banyak piala.

"Itu rak untuk piala anak-anak yang udah meninggal, yang meninggal pas mereka belum lulus."

"SEBANYAK ITU!?" Jongho ngangguk.

"Bahkan anak-anak yang membanggakan dan mendapat banyak pujian sekalipun, tetep punya masalah sampe mereka memilih untuk menyelesaikan hidupnya."

"Sekolah lain juga gini?" Jongho ngangguk.

"Walaupun bunuh diri pilihan yang agak bodoh, tapi kita tetep harus menghargai usaha mereka yang udah ngebawa nama sekolah kita," tutur Jongho agak sendu.

"Btw, lo nggak pulang?" tanya Yeonjun.

"Nggak ah, males di rumah."

"Kenapa?"

"What you want to know?"

"Anything."

"Problems."

"Lo juga.. Berkeinginan untuk bunuh diri?"

"Hm... Sometimes."

"Lo lagi keliling?" tanya Jongho.

"Iya."

"Mau gue temenin?"

"Boleh."

"Omong-omong, entah kenapa aura lo agak serem."

"Maksud lo?"

"Gue indigo. Aura lo nggak kayak hantu, tapi nggak kayak manusia biasa juga."

"Apa gue indigo?"

"Emang lo bisa liat hantu?" fokus Yeonjun teralihkan pas dia ngeliat Beomgyu dengan buku gambar dan pensil yang menari diatasnya.

"Jun!"

"Iya?" tanya Yeonjun.

"Lo ngeliatin apa sih? Lo bisa liat hantu nggak?" tanya Jongho lagi.

"Nggak," kata Yeonjun kemudian melihat kembali ke sudut itu namun hilang. Beomgyu sudah hilang.

"Tadi lo liat sesuatu nggak sih disana?" tanya Yeonjun.

"Oh... Nggak."

"Yeh Bambang!"

"Nama bapak gue Komidi bukan Bambang!"

"Serah lo Komidi putar!" tutur Yeonjun sambil jalan ngedahuluin Jongho, kesal.

"Komedi goblok!" kata Jongho mengejar.

"Balik yok!" kata Jongho, ngambil tangan Yeonjun lalu menariknya lawan arah.

"Kenapa sih!?"

"Arah belakang kita itu arah Timur, semakin kesana semakin negatif auranya. Tempat yang lo tunjuk tadi itu sebenernya ada penunggunya. Dia nggak jahat, tapi.. Udahlah."

"Di bawah pohon tadi?"

Jongho ngangguk. Yeonjun jadi serem sendiri nginget Beomgyu suka ngilang-muncul sendiri.

"Lo anak padus kan ya?" tanya Yeonjun ngalihin topik.

"Iya."

"Lo femes ya?" tanyanya lagi.

"Cuma karena gue suka ngamen."

"Dapet berapa sehari?"

"Kalo lagi pada baik ya sepuluh."

"Weh serius!?" Jongho ngangguk-ngangguk bangga.

"Tapi gue nggak exactly punya sahabat."

"Kenapa?"

"Karena gue suka ngobrol bareng mereka."

"Mereka itu kenapa sih?"

"Mereka kasian sebenernya. Tapi ngejengkelin juga, kadang kalo nggak bisa dibantu, mereka malah ngikutin lo mulu."

"Oh ya?"

"Iya. Ada dari mereka yang orangtuanya dipenjara, minta gue bilangin maaf lah. Terus ada juga yang keluarganya bangkrut sampe dia nggak makan berhari-hari, akhirnya organ pencernaannya bermasalah. Karena nggak punya uang, cuma beberapa hari dirawat dia mutusin bunuh diri, dia pernah nyuruh gue bikinin surat buat papanya. Emang agak nyusahin sih, tapi itung-itung nambah pahala lah."

"Gue baru tau."

"Baru tau tentang latar belakang mereka?"

"Baru tau kalo pahala itu bisa didapetin dari setan juga."

Jongho ketawa.

"Lo harus nyelamatin seseorang."

To be continued.

[2.0] ifyoureGhost; Yeongyu/Yeonbeom/BeomjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang