Part 11

37 6 6
                                    

"Tawamu yang selalu melemahkanku, senyummu yang selalu menjadi candu, dan bahagiamu yang selalu menjadi tujuanku"
-alfihidayati

Malam ini hujan deras, seperti menggambarkan keadaan Arina yang sedang sedih. Hanya karna kata kata Papa Dirga, Arina menjadi sedih. Setelah Bayu mengenal Adel, Arina jadi lebih lemah. Padahal Arina biasanya selalu terlihat kuat di depan semua orang. Arina hanya akan lemah jika sudah menyangkut kluarganya, tapi sekarang bertambah dengan Bayu.

Arina tau dan bahkan sangat mengerti, jika perasaanya tidak mungkin akan terbalas. Ini kali pertama Arina merasakan cinta yang sebenarnya, dari dulu Arina tidak pernah mencintai seseorang sampai seperti ini. Hanya dari sebatas rasa kagum saja, Bayu sahabatnya dari dulu kini telah berhasil memenuhi ruang hatinya.

Drrtt...drrtttt...drrtttt....

Hp Arina bergetar, Arina cepat mengambil hp nya di atas meja. Nama fatur tertera di layar hp.

"Heeyyy ar.." terdengar sapaan suara dewasa khas Fathur di seberang sana.

"Kenapa tur?"

"Tidak ada, gimana kondisi kamu? Udah baikan?" Tanya fatur.

"Udah,"

"Udah makan? Kamu lagi ngapain?"

"Baru aja selesai makan, tiduran aja," jawab Arina cuek. Sekarang Arina sedang badmood sekali. Arina paling tidak bisa di ganggu jika suasana hatinya sedang tidak baik, sifat emosianya selalu saja menyertainya. Apa lagi jika lawan bicaranya laki laki, salah ngomong sedikit saja langsung diem karna omongan pedasnya.

"Ohh yaudah kalo gitu lo istirahat aja. Kedengaranya lo capek banget," fatur yang sedikit paham tentang mood cewek berniat mengakhiri panggilanya.

"Oke,"

________

Begadang semaleman membuat Arina susah membuka mata pagi ini. Hawa dingin memasuki kamar Arina melalui ventilasi jendela. "Masih hujan ternyata," Arina berjalan menyibakkan gorden. Arina melirik jam dinding. Masih jam lima, setidaknya Arina tidak harus buru-buru untuk menyiapkan keperluanya ke sekolah.

"Mandi dulu aja lah, dingin banget lagi," baru arina berjalan mendekati kamar mandi, pintu kamar Arina terbuka.

"Eh, Arina udah bangun nak? Kalo dingin mandi bawah aja yang ada showernya," kata amel yang masih di ambang pintu.

"Nggak papa ma, mandi sini aja paling nanti antri sama Bayu,"

"Mumpung Bayu belum bangun, dari pada nanti masuk angin," sambung amel lagi

"Iya nanti gampang lah ma,"

"Kalo nggak mau, nanti setelah mandi turun dan sarapan ya," amel menutup pintu dan pergi meninggalkan arina. Sekarang tiba saatnya dia membangunkan anak semata wayangnya.

Melihat anaknya belum bangun Amel segeran mendekat dan menarik selimut yang masih menutupi tubuh Bayu. "Bayu! Bangun, sudah siang ini," kata Amel sedikit kencang.

"Aduh ma, ini masih pagi banget," Bayu menarik kembali slimutnya.

"Ini udah jam enam lebih. Kelihatanya masih pagi karna masih hujan, nggak reda dari semalem,"

"Lima menit lagi ma," Bayu memohon dengan mata masih tertutup.

"Terserah jika kamu mau telat. Mama nggak tanggung jawab jika nanti papamu yang masuk kamar," pasrah amel lalu pergi meninggalkan Bayu.

Jogja & Sepucuk Surat SENJA (SELOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang