Chapter VII (Tetangga Misterius)

273 9 0
                                    

"Di, gw nemu kontrakan kosong, udah gw cek juga, gak jauh dari kantor, jalan kaki ga sampai 5 menit, kontrakannya juga murah, bersih dan cukup rame juga" aku membuka obrolan malam ini dengan Andi, aku yang sebelumnya hanya iseng berkata akan mencari kontrakan baru, sepertinya memang harus segera mencari kontrakan baru, tidak mungkini aku terus disini selamanya, diganggu oleh hantu Nia yang tiap malam mengganggu kami. "Lu seriusan Ga ? mau pindah dari sini? Emang uang kita cukup?" Andi bertanya padaku dengan ragu, memang selama ini, kami hanya mendapat gaji pas pasan dari Pak Andri, tapi kami tidak pernah mengeluh, toh kami sangat menikmati pekerjaan kami, ditambah rekan kerja kami sangat baik sekali pada kami, "Kita coba aja lah, daripada tiap malam diterror Nia? Memangnya kamu mau? Aku balik bertanya pada Andi, dengan sedikit memaksa aku yakinkan Andi untuk segera pindah dari kamar mess ini.

"Dari sini jalan kesana hanya 5 menitkan, noh dari sini aja kita bisa lihat belakang kantor kita" aku memberi tahu Andi lokasi kontrakan kami yang baru, sebelumnya aku telah menghubungi Ibu Dina jika kami akan mengisi kontrakannya yang kosong, tapi kami baru bisa bayar biaya sewanya awal bulan depan, karena saat ini kami belum gajian, dan bu Dina tidak mempermasalahkan itu.

"Selamat Pagi Bu, Saya Arga, dan ini rekan saya, Andi" sesat setelah tiba dikamar kontrakan baru, aku berkenalan satu satu dengan tetangga baru kami, kebetulan tetangga sebelah kami adalah sepasang suami istri yang memiliki beberapa anak kecil, sehingga membuat kontrakan ini terasa ramai.

"Selamat Pagi Mas Arga, Mas Andi" saya Bima, dan ini istri Saya, Nunih. Dengan muka ramah, Mas Bima dan Mba Nunih menyalami kami, seraya undur pamit untuk sekedar jalan jalan menggunakan motor yang sudah terparkir didepan kontrakannya, "Salam kenal ya mas-mas, saya mau ke kota dulu sebentar" sambung Mas Bima sambil berlalu.

Senja telah menampakan sinar jingganya kala itu, Aku dan Andi sudah selesai merapikan barang bawaan kami yang seadanya, sambil ngobrol basa basi dengan andi , aku teringat Bapak dan Ibu dirumah yang jauh disana, "Apakabar Pa, Bu?, Arga kangen Bapak sama ibu" aku mengirimkan pesan singkat pada bapak, sambil meminum Kopi hitam yang masih panas, HP ku berbunyi pertanda pesan masuk, dari Bapak!, ku buka pesan singkat itu segera, bapak membalas pesan ku tidak lebih dari 2 menit, "Sehat Nak, kamu sehat sehat ya disana, Bapak sama Ibu juga kangen, kamu kapan pulang?" bunyi pesan singkat itu benar benar membuat hatiku luluh, ya, walaupun aku anak laki laki, tapi aku adalah anak satu-satunya bapak dan Ibu, sebelumnya aku belum pernah meninggalkan mereka sejauh dan selama ini, "Insya Allah sebelum lebaran besok saya pulang Pak, bapak sama Ibu jaga kesehatan ya" aku kembali membalas pesan singkat bapak sambil menikmati hobi baruku setelah bekerja disini, secangkir kopi hitam dan roko filter, hanya untuk menemani rasa suntukku dari pekerjaan yang semakin menumpuk.

"Arga, Andy, nanti kamar sebelah kalian yang kosong akan diisi, Ibu Leha namanya, kemarin dia telpon saya, katanya tertarik tinggal disini, kalo nanti ibu lagi tidak dirumah, minta tolong kalian berikan kuncinya ya, ada di vas bunga diruang tengah" Bu Dina tiba tiba nyelonong masuk ke kamar kami, untung saja saat itu aku sedengan sarapan, sedangkan Andy sedang keluar menikmati udara pagi yang masih segar, "Baik bu, nanti kalo sudah ada Ibu Leha, saya berikan kuncinya jika Ibu tidak ada dirumah, kebetulan hari ini saya sedang libur" aku menjawab sambil melanjutkan sarapan pagiku yang mulai dingin.

"Selamat Siang Mas, Ini kontrakannya Bu Dina?" seorang ibu (maaf) tambun, dengan perhiasan yang cukup banyak dipakainya mengagetkanku yang sedang mamainkan game online di HP bututku yang sering nge-Lag, "Oh Iya bu, Maaf ini dengan Ibu Leha?" aku malah balik bertanya, aku ingat pesan Bu Dina pagi tadi, bahwa siang ini akan ada calon penghuni kamar sebelah kami, "Iya, saya Leha, kemarin saya sudah janjian mau ngontrak disini, bu Dina dimana ya?" bu Leha kembali bertanya keberadaan bu Dina sang pemilik kos ini, "Sebentar Bu, Maaf bu Dina nya sedang ke kota ada urusan sebentar, tapi beliau sudah menitipkan kuci kamarnya, mari saya tunjukan kamarnya" aku dengan senang hati memberi tahu kamar yang akan ditempati Ibu Leha, walau orangnya terlihat jutek, tapi Bu Leha ini banyak berbicara, selama aku menunjukan kamarnya, dia terus berbicara masa lalunya, ternyata dia seorang janda, suaminya meninggal saat pernihakan mereka berusia lima tahun, belum ada Anak dari hasil pernikahan mereka, saat ku Tanya kenapa dia belum menikah lagi, dia hanya menggeleng dan tersenyum getir.

Tak terasa satu bulan sudah kami tinggal dikontrakan ini, berbeda dengan malam malam sebelumnya, malam ini suasanya sedikit mencekam. Gerimis yang sudah mulai jarang turun akhir akhir ini, kembali memperlihatkan wujudnya selepas magrib tadi, "Ko kaya bau menyan ya men?" sambil sedikit mengendus, Andy memperhatikan sekeliling kamar kami, memang ini sungguh aneh, selama kami tinggal disini, entah itu kamar kami atau kamar Mas bima, tidak ada yang pernah menyalakan dupa atau kemenyan, tidak mungkin bau kemenyan bisa sampai sepekat ini jika tidak dibakar dari kamar kami, atau kamar yang baru ditempati bu Yetty.

"Iya, sepertinya ada yang bakar kemenyan, coba deh cek ke depan, atau mungkin ada yang sedang bakar sampah" aku menimpali pertanyaan Andi sambil keluar kamar dan melirik kamar Bu Leha, benar dugaanku, dari sela sela jendelanya, terlihat asap mengepul berlomba keluar kamar, mungkin didalam sangat pekat sekali, aku mencoba mendekati kamarnya, namun Andi tiba tiba mencegahku "Jangan Ga, biarin aja, selama dia ga ganggu kita, kita gak usah macem-macem" Andi memperingatkan ku yang sudah siap siap menuju kamar bu Leha, Malam itu, aku kembali sedikit merinding, setelah sebulan aku tidak diganggu makhluk halus, kali ini walaupun tanpa suara tangisan ataupun bantingan pintu, tapi suasanya benar benar terasa mencekam.

"Selamat Siang Bu Leha" aku menyapa bu Leha yang baru saja pulang dari pasar, itu terlihat dari barang bawaan ditangannya, ada sayuran dan buah buahan, dan seekor kepala kambing, "Siang Nak Arga, saya hari ini mau masak gulai nih, nanti malam datang ya ke kamar saya, ajak yang lain juga, kita makan malem bareng, saya juga sudah undang Bu Dina" Bu Leha membalas sapaanku dan mengajak kami makan malam bersama, "wah makan enak nih" aku membatin dalam hati. "Baik Bu, saya pasti datang" aku menjawab Bu Leha dengan singkat.

Saat malam tiba, aku melihat Mas Bima dan Istrinya, Mas Dodi , Mas Pras dan tetangga tetangga kami yang lain datang ke rumah Bu Leha, sekedar menghadiri jamuan nya untuk makan malam, tanpa menunggu Andy, akupun segera menuju kamar BuLeha, "Waduh Maaf ya mas mas , mba mba, ini seadanya saja, hitung hitung saya sukuran ya" Bu Leha basa basi sambil menyiapkan makan malam kami, disana telah tersedia aneka sayur dan beberapa tempe goreng, aku perhatikan sekitar, ternyata Gulai yang dijanjikan Bu Leha, tidak dihidangkannya.

Bu Leha dengan basa basi mempersilahkan kami memakan hidangannya, tanpa banyak basa basi lagi, kami pun langsung dengan lahap mengabiskan hidangan bu Leha, tapi sedikit yang mengganjal dihatiku, sedari tadi, bu Leha hanya diam memperhatikan kami yang sedang menyantap makanan , dia tida ikut makan, sesekali senyumnya menyeringai saat kami menambah nasi atau lauk yang dihidangkannya. 

Malam KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang