"Tidak usah kau fikirkan, dalami saja mimpimu itu, tak usah kau ceritakan pada siapapun" dengan terpogoh, seorang kakek tua mendekati pintu gubuk yang sudah using ini, terlihat Mbah Waluyo mendekatiku dengan beberapa bungkus panganan ditangannya, "Makan ini, ada beberapa umbi umbian, bisa untuk sedikit mengganjal perutmu, bisa sakit jika tidak mengisi perutmu segera" Mbah Waluyo mendekatiku seraya memberikan bungkusan itu, tanpa menunggu, aku langsung mengambil dan memakannya dengan lahap, beberapa umbi dan singkong rebus ini berhasil membuat cacing-cacing diperutku bersorak gembira.
Setelah kurasa cukup kenyang, ku dekati Mbah Waluyo, "Mbah, aku merasa ini semua sia-sia, tidak ada firasat apapun disini, aku tidak mendapat apa yang aku mau" dengan sedikit ragu, aku beranikan untuk berbicara dengan Mbah Waluyo, tanpa ekspresi, Mbah Waluyo hanya tersenyum penuh arti, "Tidak semua yang kamu inginkan, bisa kamu dapatkan dengan instan, semua butuh proses, semua itu mahal harganya" dengan spontan Mbah Waluyo membalas pertanyaanku dengan penuh teka teki, aku yang tidak mengerti dengan maksud pertanyaannya, hanya mampu diam mematung dan berusaha melupakan apa yang telah terjadi kemarin.
"Saya tidak percaya dengan ini semua Mbah, hanya dengan bermalam di gubuk seperti ini tidak mungkin mendapat apapun yang aku mau, tidak mungkin uang akan datang dengan saya menginap di gubuk sempit ini" tanpa sadar aku menghardik Mbah Waluyo, kesabaranku telah hilang, Uang sisa tabunganku pun telah aku berikan padanya kemarin sebelum aku menginap ditempat ini, "Kembalikan Uangku, tega sekali kamu sudah menipuku" aku benar-benar murka pada Mbah Waluyo, dia telah menipuku, dengan iming-iming akan mendapatkan apa yang aku mau, nyatanya aku hanya tertidur diruangan gelap yang sunyi sepi sendiri.
"Kendalikan dirimu, semua butuh proses, ini bukan bagaimana caranya kamu mendapatkan apa yang kamu mau" Mbah Waluyo menimpaliku dengan begitu santainya, "Lebih baik sekarang kamu bersihkan diri di sungai belakang gubuk ini, tidak jauh didalam hutan, kamu akan menemukan sungai yang jernih, berendamlah disana, dan gunakan saja sarung ini, kamu tidak usah berfikir yang macam-macam!" dengan nada yang sedikit mengancam, Mbah Waluyo memberikan selembar Sarung bermotif burung merak, sambil menunjukan jalan setapak yang menurutnya menuju kesebuah sungai didalam sana, aku seperti terhipnotis mendengar kata-katanya, tanpa sepatahkatapun keluar dari mulutku, aku ambil kain sarung itu, dan berjalan keluar gubuk menuju jalan setapak yang ditunjukannya.
Terus aku berjalan kedalam hutan ini, tidak terasa terik matahari pagi membakar inchi demi inchi kulit tubuhku, tidak jauh dari sana, aku mendengar suara derasnya air sungai yang mengalir, ku telusuri dengan seksama kebun tebu ini, benar saja, tidak jauh dari sana aku berhasil menemukan sungai segar dengan dipenuhi pohon dan batu yang cukup besar, sangat terjal jalan menuju kesana, aku harus melewati beberapa pohon merambat yang berduri, yang durinya memberikan beberapa gores luka ditubuhku.
"Segar sekali air ini" setelah melepas peluh, aku langsung melepas seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, ku gunakan Sarung yang sebelumnya telah diberikan Mbah Waluyo, tidak ada siapapun di sungai didalam hutan ini, airnya begitu segar, benar-benar mengembalikan seluruh kekuatan dan menjernihkan fikiranku yang selama ini pilu. Aku terus berjalan semakin jauh kedepan, semakin depan, sungai ini semakin dalam, tanpa terasa aku sudah berada hampir ditengah sungai, dalamnya air sungai mampu menenggelamkan hampir sebagian tubuhku, "air ini begitu segar" tanpa terasa, ku benamkan kepalaku kedalam air yang sangat bening ini, kupejamkan mata ini untuk menikmati dinginnya air yang menggengam tubuh ini.
Hampir dua menit aku menahan Nafas, teringat ketika kecil dulu aku selalu bermain seperti ini dengan Andi, dadaku mulai terasa sesak, aku sudah tidak bisa menahan nafas lebih lama lagi, segera ku angkat kepalaku dan menghirup nafas dalam-dalam, "Segarnya ..." perlahan ku buka mata ini, terlihat begitu ramai sekali, aku berada di sebuah pasar yang luas, sejauh mata memandang, aku melihat orang-orang sedang melakukan transaksi jual beli, aneka macam barang dijajakan di pasar ini, aku pun berjalan perlahan, ku perhatikan sekitar, dengan penuh pertanyaan tersimpan dihati, ku lewati satu persatu pedagang yang menjajakan dagangan tanpa ekspresi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Kelabu
Teen FictionHidup itu sudah ada yang menentukan, jika memang itu jalannya, maka kamu pasti akan menemuinya, sejauh apapun kamu menolaknya, kamu tidak akan bisa menghindarinya, itu adalah takdir yang nyata. "aku bingung harus gimana di" Arga melamun dibawah rind...