Chapter X (Tafsir Mimpi)

271 6 0
                                    

"Jika kamu memang benar-benar sudah yakin, datang lagi saja kemari saat bulan purnama" setelah aku mengutarakan maksud dan tujuanku sebenarnya, Mbah Waluyo menyuruhku untuk datang kembali ke rumahnya, dengan sedikit ragu, walaupun aku menjawab sudah benar-benar yakin, tapi hati kecil ini seperti menolak apa yang telah aku lakukan di gubuk kecil ini, "Datang kemari sebelum malam menjelang" Lanjutnya dengan ekspresi muka yang datar.

Sepanjang perjalanan pulang, aku benar-benar dibuat heran dengan yang terjadi pada hari ini, entah apa yang telah aku lakukan di rumah Mbah Waluyo, aku tidak bisa meningatnya dengan detail, seolah aku lupa dari mana hari ini aku berkunjung, aku hanya mengingat beberapa pesan Mbah Waluyo saja, "Persiapkan dirimu, tidak murah untuk mendapatkan semua yang kau inginkan, dan datanglah kemari sesaat sebelum bulan purnama" kata kata itu terus memenuhi fikiranku sepanjang perjalanan pulang, hingga tak terasa, Bis pulang yang ku tumpangi telah sampai di terminal, akupun menutup hari ini dengan sedikit linglung, segera ku sewa tukang Ojek yang sedang mangkal untuk mengantarkan ku ke kontrakan, ingin rasanya segera ku rebahkan tubuh ini, setelah seharian ini aku seperti telah berjalan sangat jauh sekali, lemah dan lelah, aku membutuhkan istirahat agar tubuhku tidak kembali drop seperti beberapa bulan yang lalu.

"Dari mana aja lo, nyari kerja gak ngajak-ngajak gw, tega lu ya, ntar dapet kerjaan sendiri, gw ditinggal pengangguran sendiri" tanpa menunggu penjelasan dari ku, Andi terus mencecarku dengan pertanyaannya, aku sedikit merasa bersalah karena tidak memberi tahunya kemana aku pergi hari ini, tidak mau menambah daftar panjang pertanyaannya, aku hanya bisa nyengir sambil merebahkan diriku dikasur yang saat ini terasa sangat empuk sekali, berbeda dengan yang ku rasakan hari-hari sebelumnya, "gw Cuma muter-muter sini aja Di, belum dapet gawean juga" aku mejawabnya singkat.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, aku masih tetap mencari pekerjaan di kota ini, nasib baik sepertinya masih belum mau menghampiriku, berbeda dengan Andi, beberapa minggu setelah sah kami menganggur, dia sudah mendapatkan pekerjaan di kota tetangga, yang membuatnya harus pindah kontrakan ke tempat yang lebih dekat, mau tidak mau akhirnya aku harus sendiri di kontrakan ini, dengan uang tabungan yang semakin menipis, aku berusaha untuk tetap bertahan menyambung hidup, "Bu Maaf, sepertinya bulan ini saya akan menunggak bayar kontrakan, saya masih belum mendapat pekerjaan, saya usahakan tidak lebih dari dua minggu sudah saya lunasi" aku mengiba kepada bu Dina, dengan kondisiku saat ini, tidak mungkin aku harus membayar kontrakan tepat waktu, untuk biaya menyambung hidup sampai akhir bulan saja aku masih harus membaginya seminimal mungkin.

Malam ini aku benar benar tidak bisa tidur, bukan karena diganggu oleh hantu dikamar mandi atau bau kemenyan yang menyengat, tapi aku benar benar dibuat pusing dengan kondisiku sendiri, bagaimana dengan kondisi esok atau lusa, apakah aku akan terus seperti ini? lama sudah aku merenung diteras depan, menghabiskan beberapa batang rokok dan beberapa cangkir kopi hitam, "Sepertinya kebiasaan ini harus aku hentikan, ini sangat boros" gumamku dalam hati, hawa dingin malam ini tidak bisa menenangkanku. Tanpa terasa, aku tertidur dalam buaian rembulan malam, bulan sabit terlihat sangat benderang malam itu.

***


"Sudah lama aku menunggu kamu kembali, Arga, kenapa kamu belum datang menemuiku?" aku tercengang dengan muka yang benar benar bingung, aku terbangun disebuah ladang tebu sepanjang mata memandang, disampingku telah berdiri seorang kakek tua dengan sebuah tongkat kayu ditangannya. "Apa yang membuat kamu tidak menemuiku? Purnama sebentar lagi akan segera muncul dari peraduannya, ini saat yang tepat untuk kamu menggapai semua mimpimu, atau kamu akan tetap seperti ini selamanya?" dengan nada mengancam kakek tua itu terus mengintimidasiku, belum sempat aku menjawab pertanyaannya, tiba tiba aku merasakan sesuatu yang basah jatuh diatas kepalaku, ku usap perlahan rambutku, dengan perlahan kesadaranku kembali terkumpul seutuhnya, ternyata rintik-rintik gerimis yang tertiup angin berjatuhan diatas kepalaku, "Hanya mimpi, kenapa Mbah Waluyo selalu hadir dimimpiku, apa yang harus aku lakukan...?".

Malam KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang