31; If We Were Destined

1.1K 180 11
                                    

🎶If We Were Destined - Ben🎶

"Apakah saya sudah benar-benar meninggal?"

"Apa kamu tidak melihat jika rohmu itu sudah keluar dari tubuhmu? Sekarang, pergilah ke peristirahatan terakhirmu."

"Saya belum bisa pergi seperti ini. Bisakah nyonya mengabulkan satu permintaan saya? Hanya satu permintaan saja sebelum saya pergi."

"Nyonya? Kamu memanggilku nyonya? Kamu menganggapku manusia, hmm?"

"Maㅡmaaf, saya tidak tahu harus memanggil anda dengan sebutan apa."

"Hah! Terserah. Apa permintaanmu?"

"Saya ingin menemui seseorang yang saya cintai lewat mimpinya. Ada yang belum sempat saya ucapkan padanya. Dan saya menyesalinya."

Seorang wanita tua itu terlihat sedang berpikir sambil melipat kedua tangannya di dada. Setelah beberapa menit berpikir sambil menatap lelaki yang terlihat sangat putus asa itu, akhirnya ia menyetujui keinginan lelaki tersebut.

"Hanya lima menit. Setelah itu, kamu harus pergi."

"Baik. Terima kasih banyak."

🖤🖤🖤

"Ara? Bangun, Ra!"

"Kok, kok kamu bisa ada di sini? Bukannya kamu udahㅡ"

"Aku kangen sama kamu, Ra. Maaf karena aku ninggalin kamu lebih dulu. Padahal aku pengen ngomong sesuatu ke kamu sebelum aku pergi, tapi nyatanya aku gak punya kesempatan. Aku takut ngebuat kamu makin sedih kalo kamu tau."

"Jujur aku juga pengen ngomong sesuatu ke kamu. Tapi kamu jahat! Jahat banget karena udah ninggalin aku gitu aja!"

"Maaf, Ra. Sebenernya, aku udah suka sama kamu sejak dulu. Maaf kalo aku selalu ngusilin kamu selama ini."

"Aku juga. Aku juga punya perasaan yang sama kayak kamu. Aku juga udah suka sama kamu sejak dulu. Maaf juga karena aku pernah punya perasaan benci dan malah ngejauhin kamu. Padahal aku sayang banget sama kamu."

Untuk pertama kalinya, Bara dapat memeluk Ara meskipun hanya lewat mimpi. Kini dirinya pun semakin dirundung oleh rasa penyesalan yang teramat dalam. Membuatnya enggan untuk pergi meninggalkan Ara.

"Jangan pergi, kumohon!"

"Gak bisa, Ara. Tempatku bukan di sini lagi. Sekarang aku pamit ya, sayang."

Bara menghilang dari mimpi Ara sambil menangis tersedu-sedu. Hatinya begitu hancur karena ia baru menyadari bahwa Ara juga selama ini mencintainya. Rasa penyesalannya semakin besar, dan ia semakin menyalahkan dirinya sendiri karena memiliki umur yang pendek. Ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa membahagiakan wanita yang dicintainya. Dan ia juga sedih melihat Ara yang kini terpuruk karena kehilangannya.

"Sekarang kamu menyesal dan tidak mau pergi?"

"Tidak bisakah saya diberi kesempatan beberapa hari untuk membahagiakannya? Tiga hari pun cukup."

Seorang wanita tua yang ternyata adalah seorang 신님 (God) itu terlihat kesal karena ini yang kesekian kalinya ada arwah yang berani memohon kepadanya seperti ini. Pasti semuanya sama saja, setelah diberi kesempatan untuk memperbaiki hidupnya, mereka malah tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik. Dan akhirnya yang ia lakukan adalah mencabut nyawa mereka kembali dengan paksa.

14 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang