🎶Can You Hear Me - Ben🎶
Bara segera memesan taksi online dan kembali ke rumah sakit setelah ia meninggalkan Ara yang ternyata sudah mengetahui tentang penyakitnya itu. Biasanya ada kakaknya yang selalu mengantar jemput Bara, namun karena kakaknya sedang berada di Jepang, akhirnya ia hanya bisa bergantung pada aplikasi online yang sudah ter-install pada ponselnya.
Setelah berada di rumah sakit, ia hanya berganti pakaian dengan pakaian rumah sakit lalu meninggalkan kamarnya, karena ia sedang tidak ingin melakukan perawatan. Padahal biasanya suster akan memasukkan obat lewat suntik infus untuk keperluan kemo-nya.
Kini ia pun memilih duduk di bangku belakang rumah sakit, sembari memerhatikan beberapa memar yang ada di bagian tubuhnya. Perhatiannya teralihkan karena ponselnya terus berbunyi, padahal ia sudah me-reject panggilan Ara berkali-kali, namun Ara tetap terus meneleponnya tanpa henti. Karena ia masih marah dengan Ara, ponselnya itu akhirnya ia matikan.
"Gue marah karena lo pura-pura gak tau tentang penyakit gue, tapi lo masih aja deketin dan bahkan nyatain perasaan lo ke gue. Iya, gue tau gue juga nyatain perasaan gue karena lo bakal pergi sebentar lagi, tapi apa lo nyatain perasaan lo ke gue hanya karena kasihan, Ra? Hidup gue aja tinggal sebentar lagi, gue gak mau lo terluka karena gue."
Bara segera mendongakkan kepalanya ke atas karena ia melihat darah kembali menetes dari hidungnya. Dengan kasar, ia langsung menyeka darahnya itu dengan tangan lalu mengelap sisa darah dengan bajunya.
"Sorry, Ra, gue kayaknya bakal berhenti kuliah mulai besok."
🖤🖤🖤
"Bara, lo ada di mana? Gue khawatir sama lo."
Ara saat ini tengah berusaha menelepon Bara berkali-kali. Awalnya teleponnya memang masih bisa tersambung, meskipun selalu di-reject oleh Bara, tapi Ara sama sekali tidak menyerah. Sayangnya kini panggilannya terputus, karena ternyata Bara menonaktifkan ponselnya. Ara juga sudah berkeliling area kampus, bahkan ke atap, namun Bara tidak ada.
Ara bahkan sampai pergi ke rumah sakit tempat Bara dirawat, namun Bara juga tidak ada di kamar rawatnya. Ia ingin memberitahu Marissa, namun Ara juga tidak mau menambah beban pikiran Marissa yang sedang bekerja di luar negeri itu.
Ara merasa bersalah. Seharusnya ia pendam sendiri saja sampai waktunya habis, tapi ia juga benar-benar tidak tega melihat kondisi Bara yang menurutnya semakin terlihat parah itu.
Jujur, ketika tadi Ara melihat Bara di kampus, berat badan Bara terlihat seperti menurun. Wajah Bara bahkan tampak pucat, dan tatapannya pun sayu. Awalnya Ara ingin tetap menjaga raut wajahnya senormal mungkin agar Bara tidak curiga padanya. Namun ia sudah tidak kuat lagi. Dadanya terasa sesak ketika ia memeluk Bara, dan akhirnya ia memberanikan diri untuk jujur. Akibatnya, kini Bara marah dan menghilang begitu saja.
"Padahal gue udah janji sama kak Marissa buat jagain lo, tapi gue aja gak becus gini. Lo sekarang lagi ada di mana, sih? Gue khawatir banget tau, gak!"
Ara terhenyak kaget setelah mendengar suara klakson dari mobil Yuvin. Ia pun langsung masuk ke dalam mobil Yuvin karena memang Ara menyuruh Yuvin untuk menjemputnya di depan rumah sakit. Di dalam mobil, ternyata sudah ada Sora dan Yohan yang juga ingin membantu Ara mencari Bara. Berjam-jam sudah mereka berusaha mencari Bara, tetapi hasilnya nihil. Padahal hari sudah mulai petang.
KAMU SEDANG MEMBACA
14 DAYS
Fantasia[END] ❝Let's meet in the future. Kita pasti akan bertemu kembali di masa depan. Setelah itu, mari kita buka time kapsul kita bersama-sama.❞ Ara, seorang wanita biasa yang berhasil melakukan perjalanan kembali ke masa lalu setelah meminum sebuah ram...