twenty three

9.3K 803 24
                                    

Kandungan (Namakamu) kini sudah berusia sembilan bulan yang artinya beberapa hari lagi ia akan melahirkan. Iqbaal sudah lebih dulu meliburkan diri. Ia takut kalau istrinya akan melahirkan buah hati mereka secara tiba-tiba.

"A' ini tasnya dibawa kalo tiba-tiba aku lahiran ya."

Iqbaal mengangguk kemudian mengambil alih tas tersebut dan meletakkannya di kamar bayi mereka. Setelah meletakkan tas tersebut, Iqbaal kembali ke kamar mereka. Ia menghampiri (Namakamu) yang sedang berbaring sambil memainkan ponsel.

"Kamu udah ada nama buat anak kita nanti?" Tanya Iqbaal sembari mengelus perut (Namakamu).

"Udah."

"Apa? Aku mau tau dong."

(Namakamu) menatap Iqbaal sinis, "Kepo! nanti aja kalo udah lahir."

Iqbaal mengerucutkan bibirnya lalu tidak lama ia mencium gemas kedua pipi (Namakamu) yang semakin bulat. Istrinya meronta karena tidak mau dicium oleh Iqbaal.

"Jangan cium-cium, A'!"

"Aku gemes! Liat tuh, kamu tambah gembul gitu. Jadi pelukable banget 'kan."

(Namakamu) menghiraukan ucapan Iqbaal dan kembali memainkan ponselnya. Merasa diabaikan, Iqbaal merebut ponsel (Namakamu) dan meletakkannya di meja yang ada di samping tempat tidur.

"A'a!"

"Akunya jangan dicuekin."

"Itu kan aku lagi ngabarin mamah sama bunda, A'."

Iqbaal menggelengkan kepalanya kemudian ia memeluk (Namakamu) dengan erat.

"Aku gak bisa nafas, A'!"

Laki-laki itu melonggarkan sedikit pelukannya, "Suami kamu jangan dianggurin gini loh. Dosa tau, yang."

"Kamu nya aja yang lebay." Ucap (Namakamu).

"Biarin aja, artinya 'kan aku sayang sama kamu."

"Korelasinya dimana sih, A'? Lebay sama sayang ya beda lah!"

Iqbaal mendecak pelan, "Yaudah biarin gitu. Anggep aja ada korelasinya."

(Namakamu) memutarkan bola matanya. Ia mengusap rambut Iqbaal dengan lembut. Iqbaal yang menerima usapan itu langsung saja memejamkan matanya.

"Kamu gituin aku, aku jadi ngantuk." Ujar Iqbaal.

"Yaudah tidur."

"Kamu kelonin aku ya?"

(Namakamu) berdehem pelan kemudian lanjut mengusap rambut Iqbaal. Beberapa menit kemudian nafas Iqbaal mulai teratur serta terdengar dengkuran halus dari mulut Iqbaal.

Perlahan (Namakamu) melepaskan pelukannya. Tapi bukan Iqbaal namanya jika ia melepaskan istrinya itu. Pria itu tetap setia memeluk istrinya dengan erat, sampai sang istri pun sulit untuk bergerak.

'Punya suami manja banget ya ampun.'

(Namakamu) lebih memilih pasrah daripada dirinya harus dipeluk lebih erat lagi. Tidak lama setelah itu, (Namakamu) juga terlelap.

...

"A', cepet dong! Ini sakit banget!"

"Iya sayang, bentar-bentar. Aku juga panik nih."

Siapa yang sangka kalau ternyata waktu lahiran (Namakamu) secepat ini. Pukul lima sore setelah mereka bangun tidur, tiba-tiba (Namakamu) mengeluh perutnya sakit. Hal itu tentu saja membuat Iqbaal panik setengah mati.

"Kamu bisa jalan?" Tanya Iqbaal selagi ia meredakan rasa paniknya.

"Ya kamu mikir aja, A'!"

Iqbaal meringis kemudian menepuk keningnya. Ia segera menggendong (Namakamu) menuju mobilnya. Setelah itu Iqbaal kembali ke dalam rumah untuk membawa tas yang sudah (Namakamu) siapkan saat lahiran.

Rich Bucin - IDR [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang