KE PESANTREN, APA YANG KAU CARI?

574 12 1
                                    

Flash back on...

Pesantren itu istana suci bagi penuntut ilmu dan penjara suci bagi yang tidak betah. Aku bersyukur bisa hidup dalam naungan pesantren. Ini mengajarkanku bahwa hidup tidak selalu tentang keinginan yang harus tercapai, tapi juga tentang kenyataan yang harus di hadapi. Dulu aku pernah bercita-cita bisa bersekolah di salah satu sekolah favorit. aku juga pernah berjuang untuk mendapatkanya. Tapi, bukankah hanya Allah sebaik-baik penentu.

Aku, Annchi Ainayyah Nauvalyn, panggil saja Alyn. Tapi, aku lebih suka di panggil "Ay" singkat, padat dan jelas. Ada juga yang memanggilku santri picisan, katanya karena aku suka membuat puisi, aku suka membaca novel, dan buku-buku bacaan ringan. Aku tidak sendiri di pesantren ini, ada Bita. Adik, emmm lebih tepatnya kembaran. Lengkapnya Annchi Ainayya Muhbita. Tubuhnya lebih tinggi dari pada aku, meskipun statusnya adalah adik. Dia juga berambut ikal, berbeda dengan ku yang berambut lurus. Panggil saja bit, atau bita, asal jangan panggil "Ay", please! Itu milikku.

Pagi ini, pagi jumat, hampir semua wali santri datang berkunjung. Mereka berbodong-bondong membawa makanan dan beberapa barang pesanan anak kesayanganya. Semua bercanda tawa, berbahagia. Sebagian lainya ada yang ikut bersuka cita berkumpul dengan kerabat lain, meskipun bukan orang tua sendiri. Kecuali aku, dan tentu saja Bita.

Alasanya hanya satu, karena orang tua kami tidak tinggal di indonesia. Mereka hanya akan datang setahun sekali, bukan karena mereka menjadi seorang TKW atau TKI, tapi karena ibuku adalah seorang wanita tulen Tiongkok. Alasan mengapa sekarang aku di tempat ini adalah karena kyai Mustofa adalah sahabat karib ayahku saat belajar di pesantren P.P NURUL ILMA.

"mbak, turun yuk. mbak pasti tidak ikut sholat jamaah. Kalau ada yang tahu gimana? Bisa bisa nanti kena takzir, di suruh sholat tahajud tengah malem lagi." pinta Bita.

"memangnya ada yang salah, kalau malem ini aku sholat tahajud." Jawabku ketus. "bukan sholatnya yang salah mbak, tapi alasan sholatnya itu yang salah, masak sholat tahajud karna takziran. Bukan lillahi ta'ala namanya". Jelasnya.

"yang tahu niat kita itu cuma kita sama Allah. Jadi mau kena takzir pengurus atau tidak, kalau niat kita lillahi ta'ala. Allah pasti tahu." Jawabku tanpa memandang wajahnya sekalipun.

"terserah mbak aja lah. Turun!!! sebentar lagi hujan. Embak harus sholat setelah itu makan."

Diam menjadi hal paling aktif saat jeritan pita suara tidak lagi terdengar. bukan begitu? Semenit kemudian, rintik hujan membasahi kerudung putihku, barulah aku berlalu menuruni tangga. Ku lihat bita sedang berlari dari bawah. "Hawatir ya". Fikirku. Raut wajahnya persis boneka angry bird merah yang bentuk alisnya menyincing ke atas, mungkin dia marah. Ah, lupakan!!!.

Selesai sholat dhuhur, kutenteng buku bacaan dan menerobos angin yang menyilir sedikit lebih kuat. hujan sudah reda sekitar lima menit yang lalu. Aroma khas tanah yang terguyur air hujan masih tercium meskipun hidungku terserang flu setelah menangis berjam-jam, merindukan Baba dan Mama. Ranting-ranting basah masih meneteskan sisa airnya. Tetesan ini membuat gelombang riak yang indah. Dan yah, disinilah aku saat ini. Sebuah kolam yang di penuhi pohon-pohon rindang. Deretan mobil terlihat memanjang dari sini, beberapa temanku mendapat izin untuk pulang. Dan aku, kapan aku pulang? Tidak! Bukan itu pertanyaan yang pantas untuk aku tanyakan. Lebih tepatnya, aku harus pulang kemana? Beijing. Hah. Konyol sekali.

Bruk!!!! Oh tidak. Dia menjatuhkan bukuku.

"maaf-maaf." Katanya sambil berlari.

"Buru-buru sekali. fikirku.

Ku pandangi punggungnya, hingga menghilang dari pandangan. Siapa dia?. Ah, tidak penting. Lupakan, toh dia sudah meminta maaf.

Arlogiku menunjukan pukul 03:15 itu artinya seperempat jam lagi adzan sholat ashar akan berkumandang. Aku kembali ke asrama, setelah sebelumnya mengambil air wudhu. Semua orang terlihat mengemasi kembali pekerjaanya. Yang sedang mencuci, dia sisihkan bajunya, dan pergi ambil wudhu. Yang sedang berjalan terlihat berbelok ke tempat wudhu. Dan antrianpun semakin panjang. Untung aku sudah lebih dulu dari mereka.

Makmum Masbuk✔️ (Beberapa part hilang demi penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang