AJARI AKU, IKHLAS!

262 9 1
                                    

"Apa yang anda fikirkan tentang sebilah pena. Benda yang saya pegang ini, ounya nilai apa dihidup anda? Apakah dia hanya benda mati semata. Rusak, beli yang baru. Habis tinta, cari yang baru. Aku rasa, seorang pemakai seperti kita, kurang paham dalam memaknai sebuah pena atau yang sering kita sebut dengan bolpoint."

"Berbeda jauh dengan seorang jurnalis asal Hungaria. Sebut saja dia Laszlo Biro, penemu bolpoint pertama. Karena dialah kita bisa menikmati gambar dan tulisan dengan nyaman. Tidak perlu lagi mengulek tinta hitam, lalu mencampurnya dengan air, kemudian berhati-hati sebab sewaktu-waktu tinta itu bisa saja tumpah. Karena pena itu jugalah kita bisa membaca dengan nyaman, dan tidak perlu menghabiskan banyak kertas untuk membuat satu paragraf."

"Tapi, dewasa ini masih banyak orang yang tidak memperdulikan tulisan. Mereka bisa membaca tapi pura-pura tidak faham. Mereka mampu menulis tapi segan untuk berbagi ilmu, mereka mampu berkarya tapi sungkan untuk berusaha. Padahal, dunia tulis-menulis sudah lebih canggih dari pada sebilah pena."

"Sekali tekan, informasi teruptudet bisa tersebar ke penjuru dunia, ini kemajuan yang hebat. Orang-orang tidak perlu lagi berbodong-bondong menerjemahkan tulisan-tulisan berbahasa asing untuk mendapatkan ilmu lebih. Tidak perlu. Google sudah memberikan sarana terbaik, saya rasa."

"Jika dulu sultan Muhammad Alfatih pernah menaklukan konstantinopel dengan perang. Berjuang mati-matian demi tersebarnya agama islam sampai pelosok dunia. Hari ini saya mengajak anda semua untuk berperang dengan pena, dengan bolpoint yang kita miliki. Tulis apapun yang ingin kita ingin, mulailah dengan niat yang baik. Pilihlah diksi yang terbaik untuk karya kita, dan mari kita ubah dunia dengan tulisan. Jika, kata-kata saya hanya angin yang berlalu, saya harap angin itu akan datang lagi, dan lagi untuk menyokong semangat kita. Terima kasih"

Standing aplose....

"Masya Allah, ustadzah Alyn...." sambut Bita.

"opo?" tanyaku.

"Baru juga mau dipuji, galak amat. Berhubung sekarang udah jadi president of pena hati, boleh dong tlaktir-tlaktir jajan." Katanya.

"Kan baru president, masih ada banyak ustadzah musyrifah dibelakangku. Jabatanku hanya setaraf, pemimpin dari organisasi putri. Diatasku masih ada ustadzah musyrifah. Para pembimbingku."

"tapi kalau, mau di tlaktir boleh lah. Ba'da ashar yah, di kantin" Bita terlihat tersenyum.

"Selamat Alyn, semoga antum bisa menjaga amanah ini ya." Aku tersenyum mendengar itu. Lalu kucium punggung tangan ustadzah Wachidah. Kali ini aku menang banyak di Pena Hati. Alkhamdulillah. Semuanya bermula dari lomba, kemudian aku menang dan jadi anggota tetap, sampai akhirnya aku terpilih menjadi ketua komunitas. Menggantikan mbak Lathifa yang kebetulan sudah habis masa jabatan.

"lyn, besok saya tunggu diruang redaksi, kita ada rapat bada dhuhur"

"njih ustadz" jawabku. Ya Allah, demi apa? Ustadz Fathaan datang memberikan ucapan selamat juga. Tunggu, tunggu, apa pipiku memerah? Setelah itu semua orang mengerumuniku, mereka berebut menyalami dan mengucapkan selamat padaku. Mataku kalang kabut ingin melihat kepergiaan ustadz Fathaan dari belakang, sedangkan tangan kananku entah kemana, sudah direbut banyak tangan para akhwat.

** ** **

Bita masih tersedu, menangis di pangkuan beliau. Suasana haru benar-benar menyelimuti ruang keluarga di rumah yai Musthofa ini. setelah rapat siang tadi, aku diminta langsung datang ke ndalem. Hujan diluar sana kian memperkeruh keadaan, lagi lampu yang sudah mati 3 kali berturut turut setiap kurang lebih setengah jam sekali. Sudah lama memang, kita berkumpul di ruangan ini, semua orang silih berganti memberikan salam. Dan itu, membuatku jengah.

Makmum Masbuk✔️ (Beberapa part hilang demi penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang