MAKMUM MASBUQ

280 11 0
                                    

Terakhir, kudengar bangunan indah Aya Shofea, sudah disahkan kembali menjadi masjid. Bangunan yang awalnya adalah gereja katedral milik kristen Ortodoks. Kini berhasil digenggam lagi oleh kaum muslim. Ah... Rindu rasanya, bisa berkunjung ketempat ternyaman itu. Rindu juga, rasanya bisa bertemu kucing-kucing manis yang suka sekali berkeliaran di area Aya Shofea.

Bukan itu saja, aku juga rindu suasana kampus tempatku kuliah. Jalanan yang bertabur sampah dedaunan kuning yang menurutku khas ala turkey, juga Sapaan günaydin dari tetangga asramaku, kebab kaki lima langgananku dan semua kelip kelip turky sudah terbayang dibenakku. Ah... Ya.. Besok aku harus berangkat, dan hari ini, hari terakhirku di pondok.

Selepas sholat Ashar berjamaah, aku di temani Bita pergi ke ndalem, menemui kyai Musthofa. Rencananya kita baru akan pulang malam ini, bada isya sekalian ikut murojaah di rumah mbak jicha dan minta wejangan, semangat tholabul 'ilm dari kyai Musthofa.

"Mbak. Sudah tiga kali pencet bell loh, kok ndak ada tanda-tanda orang mau buka pintu. Apa nyoba tanya mbok dapur dulu." Kata bita.

" iihh ora usah, paling sebentar lagi beliau juga keluar. Sek, tunggu sebentar." Jawabku.

"tapi kan capek." Aku menempelkan jari telunjuk ke depan bibirku, memintanya diam. Cerewet, kurang sabaran, dan yah... memang benar dia selalu gusar menanggapi sesuatu. Upss, kurasa aku juga seperti itu. hehehehe. Lima menit berlalu, tapi tidak juga ada yang membukakan pintu.

"wes toh mbak, besok aja. Ngak bakal ketinggalan pesawat kok, percaya deh." Kata bita, akhirnya aku mulai mempertimbangkan pilihan Bita. Kalau subuh besok aku berangkat dari pemalang jam 4 pagi, sholat subuh di jalan, aku bisa sampai sukorejo jam 7 pagi. Sowan pak yai sekitar 1 jam, pamit pamit ustadzah. Dannn,,,, eeemmmm...

"Okelah, kita kesini besok pagi"

"Kenapa harus besok pagi". Ya Allah, geram rasanya. Piye toh???

"Malam ini kan, kita diminta tidur sini." Kata bita.

"Bita sayang, yang punya rumah saja ngak tahu kemana?"

"Ya tidur di kamar ustadzah kan gak papa, embakku sayang. Gitu aja kok repot"

Aku menghela nafas keras, dan akhirnya mengiyakan kata-kata Bita. Tidak ada yang aneh sebenarnya, keadaan pesantren masih sama seperti biasanya. Kegiatan juga berjalan lancar. Hanya saja, rumah pimpinan dan rumah mbak Jicha terlihat sepi. Sebenarnya rumah yang ditinggal oleh pemiliknya juga bukan hal aneh, tapi. Dimana semua khodimah?

** ** **

Ada hal yang berbeda malam ini, lebih tenang dari hari biasanya. Kyai Musthofa yang biasanya ikut berjamaah di masjid santriwan juga alfa. Seperti ada sesuatu yang terjadi di ndalem. Aku mulai sedikit gusar sekarang. Pertama, beliau mungkin saja belum kembali dari sebelum aku datang ke ndalem. Kedua, dan sampai sekarang ini belum kembali. Ketiga, jam makan yang seharusnya biasa dimulai jam lima sore, sekarang diganti bada isya. Dimana semua khadim dan khadimah? Kenapa jam makan bisa diundur. Ini kan hari kamis, biasanya jam makan akan diganti dengan buka bersama.

"Oke Alyn, stay kalem." Batinku.

Sembari meniti jalan menuju gedung walisongo, retina mataku meyapu setiap ruang dan lengahnya jalan. Semua terlihat baik-baik saja. Para santri sudah masuk ke kelas masing-masing dan membaca asmaul khusnah untuk memulai pengajian di kelas, ada pengajian kitab kuning juga alquran dan tajwid sesuai jadwal pelajaran mereka.

Malam ini aku mengisi pengajian kitab Tijanun Durori. Menggantikan ustadzah wachidah yang kebetulan tidak bisa masuk.

"Ini kitabnya, sudah tak tandai, kamu tinggal melanjutkan saja, Kelasku ada di gedung Indonesia Baru," begitu katanya, jelas terlihat diwajahnya ada gurat wajah khawatir dan sedikit terburu-buru, tapi belum sempat aku bertanya mengapa? Dia sudah pergi dulu sambil berkata. "nanti malam tak telfon."

Makmum Masbuk✔️ (Beberapa part hilang demi penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang