"Berhentilah untuk omong kosongmu, Chiki!" Aku menggeram kesal. Rasanya jengah sekali mendengarkan omong kosong yang keluar dari mulut sahabatku sendiri, Chiki.
"Bil, percaya sama aku. Masa aku bohong sih? Aku ini sahabatmu lho." Sumpah! Rasanya ia tidak ingin mendengarkan ucapan Chiki yang terus-terusan menjelek-jelekkan pacarku, Ali.
"Chiki! Daripada kamu bilang seperti ini, mendingan kamu pulang aja, deh."
"Ya ampun, Bila. Ck, terserah deh. Yang jelas aku udah ingetin kamu lho, Bil." Chiki pulang. Ah, lebih baik ia pulang saja daripada terus-terusan mendengar cerita aneh yang membakar telinga dan hati.
Di sini aku sekarang. Termenung menyendiri di dalam kamar. Ucapan Chiki membuatku kepikiran.
"Ali gak mungkin kayak gitu. Alikan udah janji gak bakal selingkuh. Huft!" Rasanya pusing memikirkan semua perkataan Chiki. Siapa yang harus kupercayai? Sahabat atau pacarku?
Kuraih ponsel di atas meja. Mencoba mengirim pesan pada Ali.
[Sayang, kita ketemuan, yuk!]
[Duh, maaf, yank. Aku lagi sibuk sama tugas sekolah]
Huft! Apa Ali beneran sibuk belajar? Ah, gara-gara Chiki, aku jadi curiga begini. Mendingan beli ice cream. Mungkin moodku akan membaik nantinya.
***
Setelah dari supermarket, aku memilih ke taman sambil menikmati berbagai macam es krim. Hm, yummi.
Taman ini cukup ramai. Banyak anak kecil atau orang tengah berduaan juga ada. Namun, tak sengaja aku melihat seseorang yang mirip dengan perawakan Ali. Seseorang itu tengah bersama seorang gadis yang tengah cekikikan. Ah, mana mungkin itu Ali.
Berusaha kuabaikan, tapi penasaran malah semakin menggunung. Akhirnya kuputuskan memeriksanya.
Perlahan mendekati mereka dalam diam. Saat jarakku dan mereka hanya sekitar dua meter, bisa dilihat itu siapa. Itu beneran Ali!
Geram sudah pasti. Siapa yang tidak marah jika melihat kekasih sendiri tengah bercanda mesra bersama gadis yang lain?
"Dasar tukang selingkuh!" Ali terlihat terkejut saat aku tiba-tiba ada di hadapannya. Sungguh rasanya amat geram melihat pemandangan mereka.
"Bi-Bila?" Tatapan sinis kulemparkan pada mereka secara bergantian.
"Sayang, siapa dia?" Apa katanya? Sayang? Jadi Ali beneran selingkuh? Jadi yang disampaikan oleh Chiki tadi benar?
"Kita putus!" Lebih baik aku pergi saja. Muak jika harus berlama-lama di sana rasanya.
"BILA!" Terserah! Aku tidak peduli!
***
Setelah kejadian itu, aku memutuskan menghindarnya. Semua akun sosial medianya pun sudah terblok. Aku tidak sudi mengenalinya lagi.
Ting! Nong!
Siapa itu yang bertamu malam-malam begini? Segera kubuka pintu. Ah, ternyata pria berengsek itu!
"Mau apa kamu ke sini? Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi yah?"
"Bil, aku tahu aku salah. Aku menyesal. Maafin aku, Bil." Ali berujar sambil menatapku penuh harap. Dia kira aku akan luluh? Ha-ha-ha tidak mungkin!
"Pulang aja, deh. Ganggu!" Ingin kututup pintu ini, tapi Ali malah menahannya. Aku jengkel, tentu saja "Bila, please kasih aku kesempatan kedua!"
"Gak."
"Bil, setelah ini aku janji gak akan selingkuhi kamu lagi. Kamu akan jadi wanita satu-satunya di hatiku. Seluruh napasku, cintaku, hatiku semuanya untukmu, Bil." Huh! Gombalan receh.
"Kau pembohong, Ali! Tidak! Tidak ada kesempatan kedua!"
"Bila, please. Setelah ini cuma kamu pemilik hatiku satu-satunya setelah ini. Aku janji!"
"Oh ya?"
"Aku ser– ARGH!" Ali mengerang spontan saat pisau ini menghunus dadanya. Apakah kalian bertanya di mana dan kapan pisau ini berada di tanganku? Tentu saja aku selalu menyimpan barang-barang ini di tempat tersembunyi.
"Biarkan aku jadi pemilik hatimu satu-satunya seperti yang kamu ucapkan!" ucapku sambil menekan lebih dalam lalu mengoyaknya perlahan.
"Bil-Bila ... Kamu ... Argh!" Tubuh Ali ambruk seketika. Napasnya masih tersenggal-senggal dengan mata yang melotot. Kejang-kejang? Tentu saja.
Mengoyak, menggulitinya perlahan, kemudian mengambil hatinya yang berwarna merah pekat. Melihat itu, senyumanku terbit seketika. Akhirnya aku bisa menjadi pemilik hatinya satu-satunya.
Cup!
"Makasih, Sayang. Love you and ... Jangan selingkuh, Sayang." Kecupan itu kudaratkan ke pipinya langsung diiringi bisikkan penuh cinta dariku.
Setelah itu, tubuhnya kuseret masuk ke rumah agar tak ada tetangga lain yang melihat kondisi Ali. Aku menaruhnya sembarang.
Hatinya kuletakkan di lemari kaca munggil. Tak henti-hentinya aku tersenyum jika mengingat takkan ada orang lain selain aku yang memiliki hatinya.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMCER (Kumpulan Cerita Pendek dan Cerita Mini)
Short StoryHanyalah beberapa cerpen dan cermin yang disajikan dalam genre yang beragam.