15. Salumo Anu

9 2 0
                                    

Dongeng ini sudah diterjamahkan ke dalam bahasa Indonesia. Maaf, jika ada kalimat yang terkesan ambigu.

-------------------------------

    Banyak bunga-bunga yang bermekaran sepanjang jalan. Sebentar lagi banyak pohon buah yang akan berbuah seperti di salah satu desa yang permai dan damai ini. Banyak pohon yang berbunga bahkan bunga yang getahnya berbahaya pun tumbuh.

   Di desa kecil itu, tinggallah sepasang suami istri. Mereka hidup hanya berdua, tetapi mereka saling menyayangi satu sama lain. Namanya Salumo Anu dan Salumo Uvhi.

   Waktu itu juga musim hujan. Air melimpah ruah di mana-mana terutama di sungai. Oleh karena itu, Salumo Anu berniat mencari ikan. Namun, ia tak menyangka istrinya melarang.

"Jangan pergi! Sekarang banyak tumbuhan berbunga. Katanya bunga Payo juga banyak tumbuh  di sekitaran sungai. Entar kamu kena getahnya lho." Salumo Uchi berusaha mengingatkan suaminya tentang bahayanya bunga Payo jika sampai terkena getahnya ke kulit.

  Namun, Salumo Anu tetap kekeh ingin mencari ikan karena kegiatan itu juga termasuk hobinya sejak kecil. Ia terpaksa mengaibakan peringatan Salumo Uchi dan pergi ke sungai.

***

    Akhirnya pulanglah Salumo Anu ke rumahnya. Namun, banyak terdapat luka-luka yang tampak sepertinya telah mengering, merah-merah, kutil, koreng, dan sejenisnya.

   Salumo Uchi yang melihatnya langsung merasa terkejut sekaligus ketakutan.

"Pergi!"

"Kau tak mengenaliku? Aku ini suamimu."

"Aku tak percaya! Percaya!"

   Pergilah Salumo Anu dengan perasaan kecewa. Ia sedih karena istrinya ketakutan dan tak mengenalinya sama sekali. Menyesalah Salumo Anu karena tak mengindahkan peringatan istrinya tadi.

   Beberapa jam kemudian, Salumo Uchi baru menyadari. Suaminya tadi pergi ke sungai di mana banyak bunga payo di sana. Jangan-jangan suaminya terkena bunga payo? Salumo Uchi merasa menyesal dan langsung pergi mencari Salumo Anu.

    Salumo Uchi mencarinya ke mana-mana, tetapi ia tak kunjung menemukan keberadaan Salumo Anu. Ia juga sudah bertanya kepada siapa saja sambil bersenandung.

"Oi ... Tukang Nyabit, ada liat Salumo Anu?" tanya Salumo Uchi saat melewati orang-orang yang tengah menyabit padi sambil bersenandung.

"Ke sana, Chi!" Salah satunya menunjuk ke arah jalan.

  Pergilah Salumo Uchi sampai akhirnya berhenti di beberapa petani yang tengah berteduh di bawah pohon setelah lelah berkerja.

"Oi ... Pak Petani, ada liat Salumo Anu?" Pak Petani pun menjawab dengan telunjuknya.

"Oi ... Nelayan, ada liat Salumo Anu?"

   Begitulah seterusnya. Bertanya ke sana-sini sambil bersenandung lara. Hingga akhirnya Salumo Uchi berada di ujung bukit. Salumo Uchi merasa menyesal karena telah mengusir Salumo Anu. Ia menangis sambil melonjak-lonjak. Tak ia sangka, tiba-tiba bukit yang dipinjaknya runtuh. Jatuhlah Salumo Uchi bersama reruntuhan tanah.

***

     Rupanya Salumo Anu berbalik. Ia tak rela meninggalkan Salumo Uchi tanpa meyakinkan Salumo Uchi. Namun, hanya rumah dalam keadaan kosong didapatinya.

   Salumo Anu mencari ke sana ke mari dan bertanya seperti yang dilakukan Salumo Uchi.

"Oi ... Tukang nyabit, ada liat Salumo Uchi?"

"Tadi dia nyariin kamu. Ke sana, No."

"Oh Pak Petani, ada liat Salumo Uchi?"

   Begitulah seterusnya hingga ia juga telah sampai di dekat bukit yang baru saja runtuh. Ia menangis karena merasa putus asa.

   Salumo Anu merasa sedih karena ditinggalkan Salumo Uchi. Dengan perasaan menyesal dan outus asanya, Salumo Anu meloncat dari atas bukit yang baru saja runtuh.

  Matilah mereka dalam perasaan menyesal. Lalu tak lama kemudian datanglah burung gagak.

"Oi ... Salumo Anu ... Oi Salumo Uchi, pergilah pergi tenanglah kalian."

Tamat

KUMCER (Kumpulan Cerita Pendek dan Cerita Mini)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang