12. Tikungan Tajam

13 3 0
                                    

Indriyani. Gadis berumur 21 tahun itu tak henti-hentinya tersenyum. Sebentar lagi ia akan menyandung status menjadi istri tepatnya seminggu lagi ia akan menikah.

Saat ini ia tengah bertemu dengan pacarnya di taman. Mereka sengaja bertemu untuk membahas semua tentang pernikahan mereka. Mulai dari pakaian, gedung, dan lain-lain.

"Kamu udah panggil penghulu, 'kan, Sayang? Awas kalau kamu lupa!" ancam Indri.

Rendy-pacar Indri terkadang suka pelupa. Jadi, sudah menjadi hal biasa bagi Indri mengingatkan Rendy.

"Udah dong, Sayang. Tapi penghulu ini masih baru. Baru banget boleh dibilang baru pertama kali akan menikahkan orang," jelas Rendy.

"Oh, emang banyak yang nikah, ya?"

"Mungkin."

"Emangnya berapa sih umur penghulu itu?"

"Ya, 20 tahun ke ataslah. Oh ya, kamu udah pesan baju pengantin, 'kan?"

"Tenang aja! Semuanya udah aku atur."

Mereka terus membicarakan tentang pernikahan mereka yang sejak lama mereka impi-impikan. Sebentar lagi semuanya akan jadi kenyataan.

***

Kini tibalah saat-saat yang mereka nantikan. Masa-masa yang paling mendebarkan. Bahkan saking gugupnya, Rendy sampai berkeringan dingin. Tubuhnya sedikit gemetar saat duduk di hadapan penghulu. Ia melirik ke samping di mana Indri sudah tampak begitu cantik dengan balutan kebaya putih di tubuhnya.

"Bisa dimulai sekarang?" tanya Penghulu.

"Bisa."

"Apakah Anda siap?"

"Si-siap."

"Bismillahirahmanirahim saya nikahkan dan kawinkan Rendy Julian Devis binti Ocit genteng dan Indriyani binta Yoga alien dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Sa-saya ...."

"Ulang-ulang! Tarik napas ... buang! Oke, saya ulangi. Perhatikan baik-baik dan ikuti saya!" Penghulu maupun Rendy mengambil napas jeda. "Saya nikahkan dan kawinkan Rendy Julian Devis binti Ocit genteng dan Indriyani binti Yoga alien dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Saya ... te-teri-ma ...."

"Ulang! Yang benar dong. Ini udah percobaaan yang terakhir lho. Kalau yang terakhir ini kamu masih gagal, pernikahan kamu biaa batal lho!"

Mendengar itu, bukannya Rendy bertambah tenang justru semakin bertambah gugup.

"Sa-saya ... gugup, Pak!"

"Ya, saya tau. Semua orang juga merasakan hal yang sama saat ini di posisi kamu, tapi kamu harus siap. Jangan panggil, Pak! Aku tidak setua itu!"

"Tapi saya beneran gugup."

Penghulu tersebut menghela napas. Ia memijit kepalanya yang mungkin sedikit pusing memikirkan cara bagaimana pernikahan tetap berlangsung.

Namun, sudut matanya menangkap sosok Indri yang tampak juga khawatir. Kasian sekali mempelai secantik Indri gagal nikah kalau Rendy masih tidak bisa menyebutkan ijab qabul.

"Baiklah, saya akan memberi contoh."

Penghulu itu bangkit. Memberi kode agar bertukar posisi. Sekarang mereka sudah bertukar posisi.

"Coba kamu baca teks itu!"

Rendy mengangguk lalu mereka berjabat tangan.

"Bismillahirahmani rahim, saya nikahkan dan kawinkan ... Eh, namanya siapa?"

"Revan. Andrevan Leonardo Azkiel binti Gio Paus."

"Bismillahirahmanirahim saya nikahkan dan kawinkan Andrevan Leonardo Azkiel binti Gio Paus dan Indriyani binti Yoga Alien dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Andrevan Leonardo Azkiel binti Paus dan Indriyani binti Yoga Alien dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"SAH!" kompak tamu-tamu undangan.

"Selamat yah ...."

"Selamat, yah. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, waromah."

Tamu-tamu undangan bergantian menyalami Revan dan Indri. Sementara Rendy melongo di tempat duduknya.

"Lho? Kok ke dia sih? Kan yang nikah aku."

"Lah? Kan tadi bilangnya 'saya nikahkan dan kawinkan Andrevan Azkiel Leonardo binti Gio Oaus dengan Indriyani binti Yoga alien dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!' Itu artinya mempelainya itu Nak Indri sama Nak Revan bukan sama Nak Rendy," jelas salah satu tetangga.

"Lho? Enggak bisa gitu dong. Tadi itu cuma contoh! ARGH! Sayang, gimana ini?" Rendy mulai mengacak rambutnya frustrasi.

"Aku? Aku pasrah aja, deh. Lagian penghulunya juga masih muda lebih ganteng dari kamu. Maaf yah, Ren. Keknya aku gak bisa sama kamu."

Rendy membelalakan matanya kaget dengan mulut terbuka. Otaknya seketika merasa blank lalu raut wajahnya berubah menegang. Rahangnya mengetat keras.

Revan hanya tersenyum kemudian mendekati Rendy. Ia menepuk pundak Rendy seolah-olah tengah menguatkan hati Rendy yang tentu saja saat ini hancur lebur.

"Sabar, Bro. Lain kali ingat! Tikungan ada di mana-mana, Bro."

BUG!

"Bangsat!"

Setelah melayangkan bogem mentah ke pipi Revan, Rendy melangkah keluar. Antara malu dan marah dengan kejadian yang takkan pernah terbayang olehnya.

"Gak papa babak belur, yang penting dapet istri cantik."

TAMAT

KUMCER (Kumpulan Cerita Pendek dan Cerita Mini)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang