7. Siksaan Rindu

30 5 0
                                    

"Aku merindukanmu!"

"Tapi aku tidak!" jawabnya angkuh,"ARGH!"

Gadis itu geram. Geram dengan balasan dari pemuda di hadapannya sekarang dalam keadaaan terikat. Saking geramnya, jarum pentul di jarinya mencumbu mesra bibir pemuda itu.

"Jawab yang benar!" bentak gadis itu.

"Aku tidak akan pernah merindukanmu!"

PLAK!
PLAK!

Dua tamparan mendarat indah di kedua pipi pemuda tersebut hingga menimbulkan kesan memerah bahkan sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah. Tentu saja sudut bibirnya terkoyak!

"Aku merindukanmu!"

"Aku ... tidak!"

Gadis itu bertambah menggeram kesal. Ditusuknya bibir pemuda itu dengan jarum pentul berkali-kali. Darah semakin menyapi bibirnya. Pemuda tersebut tak bisa memungkiri rasa perih sekaligus asin yang tak sengaja ia cecap sendiri.

"Apa mulutmu tak pernah di sekolahkan? Jawab yang benar!" gemelatuk giginya erdengar sebab terlalu geram menghadapi pemuda keras kepala di hadapannya ini.

"Apa balasan rindumu penting?"

Pemuda itu kembali memekik kencang saat kedua pipinya ditarik oleh tang dengan kencang.

"Bodoh!"

"Gila! Psycopath!"

BUG!

Gantian linggis memukul-mukul kepala dan tubuhnya secara merata. Rasa sakit seketika menjalar di seluruh badan. Tubuhnya remuk redam dan kepalanya terasa begitu pusing dan sakit.

"Aku merindukanmu!"

"Ti ... dak!"

Kesabaran gadis itu hampir sampai pada puncaknya. Hanya satu kali guyuran air cabe, pekikan pemuda itu seakan memanjakan telinga.

Rasa perih akibat air cabe yang menyentuh bibirnya yang sedari tadi meneteskan darah semakin terasa perih belum lagi anggota tubuhnya yang lain seperti kedua bola matanya.

"AKU MERINDUKANMU!"

"ak-aku ... juga ... me-merindukanmu ...."

"Terlambat!"

DOR!

Tamat

KUMCER (Kumpulan Cerita Pendek dan Cerita Mini)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang