Zweiundzwanzig

5.8K 552 80
                                    

Happy Reading

*



















*

Waktu berjalan cepat usia kehamilan Jennie menginjak 5 bulan, jangan tanya seperti apa posesif Roseanno menjaga wanitanya satu ini. Ah Jennie satu-satunya, lebih baik menggunakan kalimat wanita satu-satunya, begitu.

Jennie masih bekerja di Bioskop tentunya, meski Roseanno telah melarangnya berkali-kali sampai tidak terhitung lagi Roje mengatakan. "Sebaiknya berhenti dari pekerjaanmu itu Jennie".

Jennie tetaplah Jennie, dia ingin bekerja sampai rasa sudah tak sanggup lagi menopang perutnya yang buncit.

Pagi ini mereka sarapan bersama, Jennie pindah ke apartment Roje yang lama ditempati, sedangkan apartment Jennie dan Roje yang bersebelahan itu sedang di renovasi. Roje sudah mengatakan pada Jennie bahwa dia akan menggabungkan seluruh ruangan di lantai 7. Awalnya Jennie menolak, untuk apa di perbaiki sedangkan satu unit saja sudah sangat cukup untuk dia tempati.

"Ini sudah 5 bulan sebaiknya kita beli perlengkapan baby, Rosie" kata Jennie mengambil mangga yang sudah dipotong kecil-kecil oleh Roje.

"Kita cari dalam minggu ini saja bagaimana?" tanya Roje yang masih fokus memisahkan kulit dan isi dari mangga.

"Boleh, apa kau tidak sibuk?" tanya Jennie, sembari memasukan potongan mangga tadi kedalam mulutnya.

Roje tersenyum ke arah Jennie, meletakan biji mangga pada sisi pantry nanti akan ia buang setelah semua mangga selesai dikuliti.

"Untukmu aku tidak sibuk" jawab Roje.

"Pembual ulung" kata Jennie.

Roje menaikan alisnya sebelah, dia tidak membual itu kenyataan nya.

"Terserah saja jika kau menganggapku membual" jawab Roje melanjutkan sesi membuka kulit mangga.

"Emm,.. Rosie, sebaiknya aku berhenti bekerja mulai sekarang dan fokus pada skripsi saja, bagaimana menurutmu?" tanya Jennie.

Manusia satu ini mulai sadar bahwa dia tidak bisa lagi bekerja dengan membawa perut buncitnya itu kemana-mana, itu tidak begitu baik menurut Roje. Terlebih turun naik tangga di bioskop jika mengganti baju kerja nya, dia akan kesusahan memegang penyanggah pada dinding ketika menaiki tangga.

Roje bahkan hampir mendatangi pengelola bioskop agar dressing room karyawan dipindahkan ke lantai dasar, Jennie lebih dahulu menghampiri Roje ketika hendak masuk menemui atasan nya. Ketika itu Jennie hanya bisa menarik pria blonde ini menjauh dari tempat dia bekerja, mencoba memberi pengertian agar Roje lebih bersabar.

"Bukan nya aku sudah mengatakan hal itu sedari lama? Syukurlah sekarang kau menyadarinya" jawab Roje terkekeh kecil dan itu membuat Jennie mengerucutkan bibirnya.

"Aku bertanya bukan untuk kau bully" sanggah Jennie menekuk wajahnya.

"Aku dalam masalah sekarang, dan itu tidak membully, itu berbed" batin Roje.

Roje meletakkan kembali biji mangga karena sudah habis ia kuliti, mencuci tangan nya dengan air mengalir lalu mengambil tisu agar tangan nya cepat kering.

Dia berjalan ke arah Jennie yang masih berdiri disisi pantry, Roje mengambil piring yang berisi mangga tadi dengan tangan kanan nya, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan kanan Jennie. Roje membawa Jennie untuk duduk di ruang tengah mereka.

"Duduklah kau pasti lelah berdiri" titah Roje menyuruh Jennie duduk.

Jennie menggelengkan kepalanya, jangan tanya bentuk bibirnya sudah dipastikan masih mengerucut. Roje gemas sekali dengan wanita ini, sangat gemas boleh kah dia mencium bibir Jennie itu?

ONE NIGHT STAND | CHAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang