13

905 66 4
                                    

Waktu dengan cepat berlalu. Semua berjalan sesuai semestinya.

Tetapi sore ini, keadaan tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Lagi-lagi Rose bertengkar dengan Sehun dan ibunya dirumah.

"Katakan saja dengan jujur, bahwa kau tidak menyayangiku dan tidak menganggapku sebagai putri mu" kata Rose dengan nafas yang memburu.

Ibu menggeleng. "Rose, sudah ibu katakan berkali-kali, jangan berpikiran seperti itu. Ibu-"

"Aku pun sudah berkali-kali meminta ibu untuk peduli padaku. Tapi apa ibu mau mendengarkan ku ?!"
"Selalu Sehun yang ibu prioritaskan. Selalu permintaan Sehun yang ibu turuti. Sedangkan aku ? Ibu tak pernah memprioritaskan ku. Ya, aku sadar aku memang bukan putri kandungmu. Tapi apa ibu tidak bisa memberikan ku kasih sayang yang sama dengan kasih sayang yang ibu berikan kepada Sehun ?"

"Aku juga ingin diperhatikan seperti ibu memperhatikan Sehun" Rose menjeda ucapannya, dia menatap ibu dan Sehun secara bergantian dengan mata yang berkaca-kaca. Dia ingin mengungkapkan perasaannya sekarang.

"Ibu ku meninggalkan saat aku masih kecil, disaat aku masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Dulu, saat ayah mengatakan bahwa dia akan menikah lagi, ada satu harapan dalam diriku. Aku berharap ibu tiriku itu dapat memberikan kasih sayang yang lebih padaku. Tapi kenyataannya ? Harapanku tidak terjadi. Semua yang terjadi tidak sesuai dengan harapanku. Aku tidak mendapatkan ibu yang dapat menyayangiku dengan sepenuh hati"

"Pada kenyataannya aku mendapatkan ibu yang hanya peduli pada putra kandungnya saja. KALIAN TAK PERNAH MENGERTI BAGAIMANA PERASAANKU !" Tangisan Rose pun pecah. Dia tak bisa menahannya.

Melihat itu, Sehun pun tak tega. "Rose, jangan berpikiran seperti itu. Aku dan ibu juga menyayangimu Rose. Aku juga menganggapmu sebagai saudari kandungku sendiri"

"Ibu pun begitu. Kau ibu anggap sebagai putri kandung ibu" ucap ibu.

"BOHONG ! KALIAN BOHONG ! AKU TAK PERCAYA PADA UCAPAN KALIAN !"

Ibu mendekat, berusaha membuat Rose tenang. "Rose, ibu sayang padamu, kau harus tau itu"

"Jika ibu memang menyayangiku, kenapa ibu selalu bersikap seolah tak peduli padaku ? Ibu selalu mementingkan keinginan Sehun saja. Semua yang berhubungan dengan Sehun ibu selalu bergerak cepat. Tapi bagaimana dengan aku ? Ibu tak pernah seperti itu"

"Rose, dengarkan ibu dulu. Ibu akan menjelaskannya padamu-"

"MENJELASKAN APA ? APA LAGI YANG HARUS DIJELASKAN ? SUDAH JELAS BAHWA IBU TIDAK PEDULI PADAKU" Rose tak peduli dengan suaranya yang meninggi.

"Rose ibu mohon tenangkanlah dirimu. Ibu bisa menjelaskannya. Ibu-"

Rose menepis tangan ibunya lalu memundurkan langkah. "Aku benci kalian! AKU BENCI KALIAN!" setelah mengatakan itu Rose langsung pergi meninggalkan rumah.

"Rose !"

"Jangan mengikutiku !"

Rose langsung berlari menjauhi rumahnya dengan air mata yang mengalir. Tak peduli pada orang yang memperhatikannya. Dia hanya ingin sampai pada satu tempat sekarang. Yaitu makam ayahnya.

Setelah beberapa lama berlari, akhirnya ia pun sampai. Rose sampai dipemakaman kota.

Rose langsung duduk bersimpuh disamping makam ayahnya. Dia hanya menangis dan menangis.

"Ayah" ujar Rose disela-sela tangisannya.

"Aku mohon ayah, tolong bawa aku. Aku ingin bersama ayah saja"

"Ayah, aku sangat merindukan mu. Apa ayah tidak merindukanku ? Apa ayah tidak mau menemui ku ?"

"Ibu, aku juga sangat merindukan mu. Andai saja ibu masih hidup, ini semua tak akan terjadi padaku" tangisan Rose semakin kencang. Dia kembali teringat kenangan masa kecil bersama sang ibu.

Girl (x) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang