08

244 11 0
                                    

"Nara!! Alena!! Disini!!" Teriak fanya sambil melambaikan tangannya

Nara dan Alena pun berjalan menuju fanya.

"Lihat ini aku punya permainan baru, kalian tau? Permainan sangatlah seru aku saja dari kemarin tidak bosan memainkannya" ucap fanya bersemangat sambil memainkan hp nya

Nara dan Alena saling bertatapan satu sama lain, ada yang berbeda dengan fanya, kemarin dia tidak seperti ini! Apa yang terjadi?

Alena terkejut saat melihat bekas luka di pergelangan tangan fanya

"Astaga fan!!!! Kamu kenapa ini??!!"histeria Alena sambil menarik tangan fanya lalu menyingkap ke atas lengan bajunya

"Fan apa yang kamu lakukan?" Ucap Nara panik sambil mengambil obat P3K yang ada di tasnya. Ia selalu membawanya

Awalnya fanya terdiam menatap tangannya, setelah itu senyumnya mengembang

"Ah ini, aku kemarin khilaf mengiris tangan ku, hehehe tapi gak apa kok, gak sakit" ucapannya santai dan melanjutkan permainannya

Nara dan Alena terdiam melihat tingkah laku fanya yang terlihat aneh

Alena menatap Nara yang jga menatapnya

Alena beralih ke fanya yang masih fokus dengan permainannya

"Fan" panggil Alena

"Hmm" ucap fanya tanpa menoleh

"Apa...kamu...emmm... depresi"tanya Alena hati hati

"Nggak kok"jawab fanya tanpa berpaling dari hp nya

"Fan" tanya Nara

"Hmm" jawab fanya

"Tatap kita fan"

Fanya menatap Nara dan Alena

"Fan, jangan di tahan" Alena

"Apa?" Tanya fanya pura pura bego

"Kami tau kamu tidak sedang bahagia! Jangan perhatikan senyum fake mu itu pada kami"ucapa Nara menatap fanya

"Apaan sih! Kalian kenapa? Aku bahagia kok, kalian serius amat. Sudahlah aku tidak apa apa, gak guna kalau sedih lama lama. Ayuk ke kelas" ajak fanya yang berjalan mendahului sahabatnya

Nara dan alena terdiam di tempat melihat kepergian fanya, mereka bahagia karna fanya tidak bersedih, tapi ada sesuatu yang aneh ini tidak seperti biasanya. Memang ini terlalu lebay tapi mereka tahu semua tentang fanya dan mereka sadar bahwa ada yang berubah dari sahabatnya itu

Padahal ini sudah waktunya pulang

Nara dan Alena masih terdiam saat melihat fanya yang berbalik arah

"Eh aku lupa kalau kita sudah waktunya pulang, hehehe. Ayuk pulang" fanya telah meninggal kan area koridor kelas

Sementara di sisi lain fanya berjalan sambil menunduk kepalanya

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku membuat Nara dan Alena bingung tadi karena sikap ku. Kenapa aku begini? Aku merasa kacau" gumam fanya masih menatap ke bawah

Kemarin itu...

Flashback

Fanya berjalan menuju meja itu dan mengambil pisau itu.

Awalnya ia hendak menjauhkan pisau itu dari hadapannya tapi secara tidak sadar ia mengiris tangannya.

Sakit? Tidak fanya tidak merasakan sakit apapun, bahkan ia merasa tenang saat darah mengalir di tangannya.

Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang