14

170 10 0
                                    

Fanya menguap, matanya sangat lelah. Ac rumah sakit sangatlah sejuk membuat mata fanya semakin lama semakin layu.

Fanya mengambil pulpen dan pensil. Pensil ia letakkan di daun telinganya sedangkan pulpen ia gunakan untuk menulis. Namun belum lama ia menulis, kepala gadis itu kembali terjatuh ke meja.

"Fan bangun, selesaiin dulu pr nya baru tidur" ucap Nara sambil menggoyang goyangkan tubuh fanya.

"Iya fan bangun, 10 soal lagi baru selesai" ucap Alena

"Fa... fanya" Nara

"Eh iya aku bangun, tapi tolong ambil kan selotip untukku" pinta fanya yang membuat nara dan alena mengerutkan keningnya.

"Selotip? Untuk apa?" Alena

"Untuk mata biar bisa ke buka" fanya

Nara menggelengkan kepalanya dan Alena terkekeh pelan "cuci muka duku sana, lagian mana ada selotip disini" ucap Nara

"Iya fan"

"Iya iya" fanya akhirnya bangun, ia menguap beberapa kali hingga akhirnya fanya beridir dan membasuh mukanya.

Tak lama fanya kembali dengan wajah yang sedikit lebih segar.

"Masih ngantuk?" Tanya alena

Fanya menggelengkan kepalanya "nggak separah yang tadi"

"Yaudah yuk lanjut"

Fanya duduk di sebelah nara, ia mengambil buku dan membaca soalnya.

"Nih jawabannya, tulis duku oake pensil supaya nanti bisa kamu hapus bila salah"

Fanya mengangguk dan mengambil pulpen

"Fan itu pulpen, bukan pensil" Alena

Fanya menguap dan meletakkan pulpen nya. Dan mengambil kotak pensil nya.

"Loh pensil ku kemana?" Fanya

Alena dan Nara yang masih fokus mencari jawaban soal tanpa memperdulikan fanya yang sedang mencari pelsilnya.

"Nara kamu ambil pensil ku ya?" Tuduh fanya

"Nggak fan" jawab Nara tanpa menoleh pada fanya.

"Kalau gitu pasti Alena ya yang ambil pensil ku, balikin!!" Tuduh nya lagi.

Alena menarik nafas panjang

"Fan, kita gak ambil pensil kamu. Memang tadi kamu simpan pensil mu dimana?" Tanya Alena lalu ikut mencari di bawah meja.

"Gak tau, perasaan tadi aku pegang" jawab fanya yang berusaha mengingat

Nara yang kesal pun langsung menoleh ke arah fanya dan seketika wajahnya menjadi masam.

Alena pun ikut menoleh ke arah fanya dan sama wajahnya ikut masam.

"Kamu yakin pensil mu hilang?" Tanya Nara.

"Iya! Aku tadi menaruh nya di kotak pensil sumpah deh" jawab hanya sambil menunjukan kotak pensil nya.

"Terus itu yang ada di tengah kamu apaan?"

Fanya langsung memegang telinga kirinya. Benar saja pensil nya ada di sana. Fanya pun senyum nyengir

"Hehehe lupa" ucapnya polos, Nara dan Alena hanya bisa tepuk jidat

"Maaf ya"

"Lama lama kita stress tau gak, karena sikap kamu yang pelupa"

"Yaudah sih kan aku udah minta maaf"

"Nyinyinyi" ucap Nara dan Alena sambil ketawa

"Ish"

See you😄

Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang