So, ini remake dari Awan yang sebelumnya. Selamat membaca :)
waw, terakhir kali cerita ini kusentuh setahun yang lalu. terimakasih kepada yang setia menyimpan di library. love <3
🐒🐒🐒
Benda pipih diatas nakas itu bergetar, menampilkan alarm dengan ringtone Tak Gendong Kemana-mana milik salah seorang penyanyi berambut gimbal. Wanita dengan tubuh yang masih tertutup selimut hingga pucuk kepalanya itu menggeliat pelan. Tangannya meraba nakas disebelahnya, bermaksud mematikan alarm yang berbunyi sejak 3 menit lalu. Setelah mendapatkan ponselnya, wanita itu lalu mengerjap pelan saat cahaya dari ponselnya menerobos masuk ke retinanya. Untuk sesaat pandangannya mengabur karena belum sepenuhnya sadar.
06.15 a.m.
Wanita itu kembali menggeliat. Mengerjapkan matanya sebentar, wanita itu lalu menarik nafas dalam. Ah, wangi tanah bercampur air hujan selalu menjadi favoritnya. Apalagi di pagi buta seperti ini. Sangat mendukung sekali untuk melanjutkan aktivitas tidur.
Pagi ini suasana sedang sangat bersahabat dengannya, cuaca mendung dengan rintikan gerimis sisa hujan lebat semalam. Wanita itu kembali menarik selimutnya agar menutupi tubuhnya saat hawa dingin mulai menyapa. Senyum lebar terkembang dari kedua sudut bibirnya, "Nggak jadi kuliah, ah. Enakan tidur." gumamnya dengan mata yang kembali terpejam.
Brak!
Baru saja ia akan menggapai mimpinya, suara dobrakan pintu membuatnya langsung terjaga. Wanita itu berjengit kaget kala mendengar suara ribut dari arah pintu kamarnya. Kedua kelopak matanya seketika terbelalak saat tahu siapa biang kerok yang mengganggu acara tidur paginya. Tubuhnya refleks menegak saat melihat mamak tercintanya berdiri di ambang pintu dengan muka garangnya. Dan, jangan lupakan sapu yang sudah teracung tinggi padanya. "Hehe... ada Ibu." cengiran khas milik wanita yang belum genap 22 tahun itu menguar, menampilkan sederet gigi semu kuning yang sepertinya jarang ia gosok. Ck, sebenarnya bukan karena jarang digosok, hanya saja kan gigi yang sehat seharusnya berwarna semu kuning, bukan gigi putih mengkilat mirip kain kafan.
"Jam berapa ini?" sentak ibunya.
Wanita yang masih terduduk di kasurnya itu meringis pelan saat ibunya sudah mengeluarkan tanduk seperti ini. Apalagi melihat gagang sapu panjang yang sejak tadi teracung padanya. Aduhai, kalau sampai gagang sapu itu mampir ke punggungnya, pasti terasa sangat mantap.
"Jam berapa ini, ha?" ulang ibunya lagi, kali ini dengan nada suara yang lebih rendah namun terdengar menusuk.
"Ini udah jam enam lebih, Nia." Dingin, tajam, menusuk.
Wanita yang dipanggil Nia itu menatap ibunya takut-takut. Pasalnya, sudah sering ibunya memarahinya seperti ini, hingga ia hafal apa yang akan dilakukan ibunya setelah ini.
"Kamu kuliah jam berapa?" Tanya ibu dengan senyum miringnya.
Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Keringat sebesar biji jagung mulai membasahi pelipisnya. "Ja-jam tujuh, bu,"
Brak!
Ibu menghentakkan gagang sapunya ke pintu. Wanita diatas ranjang itu segera berlari masuk kamar mandi, sebelum benda keramat ibunya itu membelai lembut punggungnya. Ah, berhadapan dengan ibu selalu berhasil membuatnya jantungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan
RomanceDosen - Mahasiswa Series 2 Humor - romance - teen fiction. Menjadi mahasiswa tingkat akhir dengan segala tanggung jawab akhir yang harus di selesaikan membiat Rania buntu. Tak hanya itu, skripsinya yang sudah lama ia kerjakan terus mendapat penolaka...