3. Perkenalan

662 100 94
                                    

"Hasil otopsi menyatakan bahwa mayat gadis itu adalah Han Jikyung. Mahasiswi semester lima di Social Science Group Department Seoul National University. Tinggal sendiri, orang tuanya berada di Busan. Jikyung juga dikenal sebagai salah satu relawan tetap di Panti Asuhan Haneul," jelas Kun dengan gamblang.

Ten bergidik ngeri mendengarnya, membayangkan bagaimana gadis baik seperti JIkyung justru terbunuh dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Saat ini tim unit khusus tengah mengadakan rapat mendadak begitu Kun mendapat telepon dari Dr. Shu mengenai hasil otopsi yang sudah keluar.

"Kemarin aku mendapat telepon dari salah satu polisi yang berjaga di TKP. Mereka menemukan ponsel yang hancur lebur di selokan trotoar. Sepertinya ponsel itu terjatuh disana setelah terlindas kendaraan, beruntung SIM Card-nya masih selamat," sambung Doyoung seraya menyerahkan dua lembar kertas. "Setelah di cek ponsel itu benar milik Jikyung, Ini daftar riwayat panggilan korban untuk lima bulan terakhir."

So Ji Sub meraih kertas-kertas yang diserahkan Doyoung. Kedua alisnya berkerut, matanya memindai kertas itu dengan teliti. "Apa dia jarang menggunakan ponsel? Kenapa riwayatnya sedikit sekali?"

"Mungkin saja dia berkomunikasi melalui Kakao? Aku sendiri juga jarang menggunakan panggilan telepon," celetuk Ten.

"Tidak ada yang menanyaimu."

"Hei!"

"Sshht!" tegur Kun mengisyaratkan kedua rekannya untuk diam.

"Cari seseorang yang bernama Seo Jina, wawancarai dia." Ji Sub bangkit dari duduknya seraya berkata, "Kun, ikut aku dan kalian berdua-" Ji sub mengacungkan telunjuknya kearah Ten dan Doyoung secara bergantian, "Lakukan tugasmu dengan benar."

Doyoung berdecak sebal, "Aish kenapa aku harus selalu berpasangan dengan orang tidak berguna sepertimu sih?!"

"Karena kau juga sama tidak bergunanya denganku," sahut Ten dengan cengiran kudanya.

---

Ruangan kelas itu sunyi begitu suara debukan keras muncul dari tangan sakti Bu Song Gi. Seluruh mahasiswa terkesiap dan sontak langsung melipat kedua tangannya diatas meja.

"Apa kalian anak SMA?!" bentak Bu Song Gi dengan suara menggelegar. "Bagi kelompok kalian dengan tenang dan kumpulkan data kelompok didepan! Bagian mana yang susah dari itu, ha?!"

Brak. Bu Song Gi kembali menggebrak mejanya, kali ini dengan tumpukan buku paket yang ia gunakan untuk mengajar. Pasalnya, seisi kelas mendadak berisik ketika membagi kelompok, mereka semua berebut teman dan menentukan topik dengan rusuh karena merasa tergesa-gesa. Hal itu jelas membuat Bu Song Gi naik darah, melihat murid-muridnya yang bertingkah kekanakan hanya karena pembagian kelompok.

"Mark, bagikan kelompoknya urut sesuai absensi, masing-masing kelompok untuk empat orang. Kumpulkan ke meja saya tidak lebih dari pukul dua siang. Kalian benar-benar berisik!" Perintah Bu Song Gi kepada Mark, selaku komting di kelas itu.

"B-baik, Bu," sahut Mark dengan sedikit terbata.

Seluruh mahasiswa langsung mengendurkan bahunya begitu Bu Song Gi melenggang keluar kelas, kecuali Taeyong. Laki-laki itu tetap tenang meskipun sebenarnya juga terkejut dengan gebrakan meja tadi.

"Apa dia monster? Kenapa suaranya begitu mengerikan?"

"Dia seperti nenek sihir!"

"Aish, tiba-tiba aku menyesal mengikuti kelasnya!"

"Yak, diamlah. Dia mungkin saja masih bisa mendengarmu!" tegur Jina kepada teman-temannya.

"Jina, kau satu kelompok denganku dan Jaehyun." ucap Mark yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping meja Jina.

SWEET SORROW | Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang