5. Surat Itu Lagi...

397 78 26
                                    

Pintu lift baru saja terbuka, Jina dan Taeyong melangkah keluar beriringan. Iya, Taeyong hendak mengantar Jina hingga depan pintu apartemennya. Namun, langkah keduanya sempat terhenti sejenak begitu mendapati Jaehyun yang sudah berdiri didepan pintu apartemen Jina.

"Eh? J-jaehyun?"

Jaehyun tersenyum ramah, meraih tangan Jina menjauh dari Taeyong.

"Kau dari mana saja? Aku menelponmu tadi," ujarnya.

Jina langsung merogoh tas meraih ponselnya dan benar saja, ada tiga missed calls dari Jaehyun. Padahal seingat Jina, dari tadi Jaehyun lah yang tidak bisa dihubungi.

"Aku pergi," pamit Taeyong pada keduanya, tidak mau menjadi obat nyamuk lebih lama lagi. Lagipula ia masih harus menemui Doyoung dan Ten.

"Terima kasih, Yong," ucap Jina sebelum Taeyong berbalik.

Taeyong tersenyum, memandang dua insan didepannya secara bergantian. Sekilas, menurut pandangan Taeyong, ia merasa Jaehyun menyeringai.

Hah? Tapi tidak mungkin, laki-laki itu tersenyum ramah ketika Taeyong memastikan ulang dengan mata kepalanya sendiri.

"Maaf, ku pikir tadi kau sibuk jadi aku pulang bersama Taeyong," kata Jina begitu Taeyong sudah berlalu. Tangannya menekan tombol PIN dan masuk bersama Jaehyun.

"Tidak apa-apa, aku memang tidak sadar saat kau menelpon tapi setelah itu aku menyusulmu kembali ke kampus. Ternyata kau sudah pergi, kalian kemana, hm?" Jaehyun duduk di kursi meja makan, memperhatikan Jina yang tengah menyiapkan segelas jus untuknya.

"Kau tahu Jikyung Unnie?"

Jaehyun mengangguk.

"Dia ditemukan meninggal dengan keadaan mengenaskan, dan aku baru saja ditanyai oleh dua detektif polisi perihal itu," ujar Jina selagi meletakkan dua gelas jus untuknya dan Jaehyun di meja makan.

"Mereka berpikir aku tahu sesuatu karena aku yang terakhir menghubunginya," lanjutnya dengan tangan bertopang dagu.

"Mm, jadi kenapa kau menguhubungi Jikyung Noona?"

"Tentu saja karena kau!" Jina mendengus, sementara Jaehyun justru terkekeh.

"Kau tidak perlu khawatir, mereka tidak akan menuduhmu."

"Begitu kah?" Jaehyun mengangguk.

"Hm, karena kau Seo Jina."

Jina terkekeh. Merasa sedikit terhibur meski kalimat Jaehyun barusan terdengar sedikit cringe, tapi ia nyaman. Hubungan mereka memang sesederhana itu, tidak terlalu romantis namun jarang sekali bertengkar.

Jika dipikir ulang, selama satu tahun bersama Jaehyun, mereka hanya pernah bertengkar sekali ketika Jaehyun cemburu dengan seorang laki-laki yang mendekati Jina. Padahal Jina cuek, tapi Jaehyun sangat marah saat itu. Laki-laki itu melempar ponselnya ke dinding hampir mengenai wajah Jina.

Mungkin benar kata pepatah, tidak ada yang lebih berbahaya dari marahnya orang sabar. Beruntung sejak saat itu Jaehyun benar-benar menyesal, jadi hubungan mereka setelahnya tetap hangat.


〰〰


"Aku melihatnya, dia bersama Jaehyun malam itu. Esoknya dia juga di rumah Jaehyun. Ada rekaman cctv jika kau mau tau," jelas Taeyong pada Doyoung dan Ten. Ten mengangguk paham.

"Baiklah, tapi setidaknya kau tidak perlu berlebihan seperti tadi," sindir Doyoung.

"Kau yang terlalu mendesaknya!"

SWEET SORROW | Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang