23. Savior

274 44 26
                                    

Warning ⚠
Chapter ini mengandung unsur kekerasan.







Drip...


Drip...


Suara tetesan air yang bocor dari atap terus menetes, menjadi satu-satunya suara yang memecah keheningan di ruangan minim cahaya ini. Taeyong membuka matanya perlahan, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Sensasi dingin dan lembab langsung menyambutnya begitu laki-laki itu sadar tengah terduduk di ruangan kosong berlantai semen.

Sorot matanya langsung mengedar ke seluruh ruangan yang tampak tak asing baginya. Ah sial, ruang bawah tanah ini lagi. Ia yakin saat ini dirinya telah berada dalam salah satu ruangan di labirin bawah tanah panti asuhan Haneul. Tangannya serasa kebas karena tali tambang yang diikat kencang ke belakang. Kepalanya pening dan kakinya yang bebas itu sulit digerakkan. Tubuhnya serasa kaku, gravitasi bumi seakan menariknya kencang.

Pintu ruangan ini tidak tertutup, sebuah bayangan panjang perlahan mendekat masuk. Taeyong menatap sosok lelaki tinggi dengan sebotol wine di tangannya. Sebelah tangannya lagi ia masukkan ke dalam saku celana. Taeyong menajamkan pandangannya, berusaha mengenali sosok yang berdiri membelakangi satu-satunya cahaya dari ventilasi ruangan tersebut.

"Akhirnya kau bangun, tidak asik juga jika menyiksamu saat pingsan." Pria itu terkekeh licik. Taeyong sangat mengenal suara berat pria ini yang tidak lain adalah Jung Jaehyun.

"Mau dengar sebuah dongeng sebelum ajal?" tawarnya sarkas sembari menggoyangkan pelan botol wine yang ia genggam sebelum meminumnya.

Taeyong mendesis, ia hendak menyahut sesaat sebelum mulutnya yang perih itu merasakan cairan asin dan berbau amis. Oh, rupanya sudut bibir pria itu sudah robek dan berdarah hingga masuk ke sela-sela giginya. Kini ia yakin, dirinya sudah dihajar habis-habisan sebelum sadar tadi.

"Ah tunggu, tapi sebelumnya aku akan bertanya--bagaimana rasanya melindungi seseorang yang ingin membunuhmu?"

Kekehan licik itu terdengar lagi, kali ini lebih keras seakan begitu puas setelah berhasil mengelabui musuhnya hingga akhir. Taeyong sendiri tidak mengerti dengan maksud ucapan itu, melindungi seseorang yang ingin membunuhnya? Memangnya apa dosa besar yang pernah Taeyong lakukan pada pria ini?

"Pria tua itu sudah mati. Iya, akhirnya dia mendapatkan pembalasan yang setimpal. Kau tahu, Yong? Aku sudah tahu sejak awal bahwa kau adalah bodyguard-ku." Jaehyun bergumam sendiri seraya berjalan pelan mondar mandir di depan Taeyong.

"Hah, bodyguard apanya? Aku yakin dia hanya ingin melihatmu lebih sering." Jaehyun menoleh ke samping, menatap Taeyong yang tampak bingung dengan ocehannya.

Jaehyun kesal melihat Taeyong yang belum bisa menangkap maksud ucapannya, lantas tangannya yang menggenggam botol wine itu langsung ia toyorkan pada kepala Taeyong. Membuat kepala pria itu sontak mendongak mundur membentur dinding di belakangnya.

"Kau benar-benar tidak mengerti ya?! Hei, biar kuberitahu, ayahku sudah benar-benar gila dan itu semua karena ibumu, mengerti?!"

Taeyong mulai terpancing emosi setelah mendengar Jaehyun yang menyangkut pautkan ibunya. Namun laki-laki itu masih diam menahan segala gejolak emosi yang hampir meledak, karena ia ingin mendengar alasan dibalik Jaehyun bertindak seperti ini.

"Kau harus sadar bahwa kau bukan satu-satunya yang menderita disini." Jaehyun memulai ceritanya.

"Katakan saja ini semua berawal dari ayahku. Jung Il Woo dan Lee Eun Jung, keduanya dulu adalah sepasang kekasih. Tapi kemudian kisah cinta mereka kandas karena ayahku memutuskan untuk menerima perjodohannya dengan ibuku. Setelah itu ayahku menjadi kaya--tentu saja karena keluarga ibuku--dan dia mendapatkan jabatan di kepolisian dengan mudah," terang Jaehyun sambil menenggak sisa minumannya.

SWEET SORROW | Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang