10. Can I?

348 55 44
                                    

Mentari yang menyambut pagi telah bersinar indah dari ufuk timur. Kilauan cahaya menusup melalui celah-celah tirai yang bergerak seirama dengan embusan angin. Kepakan sayap burung-burung gereja yang bertengger di pagar besi balkon seolah mengundang Jina untuk segera bangun dari tidurnya.

Baru saja hendak meregangkan otot-ototnya yang kaku, Jina merasakan beban berat melingkari tubuhnya. Netranya yang semula terbuka secara perlahan, detik itu juga langsung membelalak. Mendapati Taeyong yang masih terlelap dengan lengan yang melingkar di lehernya.

Tidak, Jina tidak langsung menendang Taeyong hingga terjungkal kok. Gadis itu masih mengerjap tak percaya, meneliti raut polos Taeyong saat terlelap. Tangan kirinya perlahan bergerak hendak meraih sehelai rambut rontok yang menempel di hidung Taeyong dengan hati-hati, namun yang terjadi justru pria itu mencekal tangannya.

Taeyong tersenyum jahil, "Ups, kau ketahuan."

"Hhh, k-kau ternyata sudah bangun ya?!"

"Hhh, k-kau ternyata sudah bangun ya?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, segarnya." Taeyong meregangkan otot sebelum bangkit dari tidurnya.

Jina sendiri masih terpaku seakan tengah mencerna tindakan apa yang harus ia lakukan pada laki-laki gila yang menerobos masuk ke apartemennya semalam.

"Yak, dasar gila! Apa yang kau lakukan di kamarku, hah?!" Jina memukul punggung Taeyong keras-keras menggunakan gulingnya, membuat pria itu mengaduh secara berlebihan.

"Aaa, aa-Jina! Hentikan atau gulingmu akan rusak!"

Jina melebarkan matanya lagi begitu mendapati kapuk gulingnya bertebaran.

"Woa, bagaimana bisa benda ini benar-benar rusak?"

Taeyong terkekeh, "Kau lucu sekali, Jina."

"Aku tidak peduli, cepat pergi dari apartemenku!" Ujarnya sebelum melangkah keluar dari kamar.
.
.
.

Di dapur, Jina masih menyiapkan semangkuk sereal dan obat pengar untuk Taeyong. Taeyong yang sedari tadi mengawasi gerakan Jina itu tak henti-hentinya mengulum senyum.

Sebenarnya Jina malu, malu setengah mati jika kembali mengingat bagaimana Taeyong tiba-tiba memeluknya, menariknya ke tempat tidur dan mengatakan untuk jangan pergi dengan suara beratnya yang mendominasi, ah Jina benci itu!

Gadis itu bahkan masih terus merutuki kebodohannya yang justru tertidur di kamarnya bersama Taeyong. Jina benar-benar kelelahan semalam dan Taeyong juga tidak sadar karena pengaruh alkohol. Semua benar-benar terjadi begitu saja tanpa sengaja.

"Gomawo," ucap Taeyong sesaat setelah meminum obat pengarnya. [Terima kasih]

"Sebaiknya kau lekas pergi dari sini, aku masih punya banyak urusan."

Taeyong mengangguk paham, ia yakin gadis itu merasa tidak nyaman atas kejadian ini. Tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terlanjur bukan? Toh Taeyong hanya tidur dan tidak berbuat macam-macam.

SWEET SORROW | Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang