13. Dekat?

296 49 17
                                    

Jina mengusap dahinya yang mulai berkeringat, panas terik siang hari ini benar-benar membakar kulit. Sudah tiga puluh menit gadis itu menunggu Taeyong di parkiran. Jika ia tahu akan selama ini, Jina tidak akan mungkin mau menunggu Taeyong disitu.

Beruntung tak lama kemudian laki-laki itu menampakkan wujudnya. Berjalan santai dengan tangan kanan menggenggam bungkusan rapi yang ia yakini adalah standing banner. Iya, hari ini Jina dan Taeyong akan melakukan kampanye sosial mereka.

Jaehyun dan Mark sudah lebih dulu pergi ke panti, itu membuat Jina kesal. Kenapa Jaehyun justru bersama Mark dan bukan mengajak Jina? Tentu saja alasan laki-laki itu karena mereka sudah telanjur bersama setelah selesai rapat BEM. Tapi, seharusnya Jaehyun bisa menyempatkan diri untuk mengajak Jina bersama juga kan?

"Maaf, aku lama karena banyak antrian," aku Taeyong yang langsung membukakan pintu mobil untuk Jina.

"Ck, lama sekali!" Keluh Jina seraya memasuki mobil Taeyong. Taeyong tersenyum tipis, kemudian memutari mobilnya untuk menuju pintu kursi kemudi.

"Kau sendiri tidak mau masuk bersamaku, seharusnya kau susul aku tadi jika terlalu lama."

Jina berdecih kesal, mengalihkan pandangannya ke luar jendela sesaat setelah memasang sabuk pengamannya. Taeyong geli sendiri, entah mengapa ekspresi kesal Jina justru membuat gadis itu semakin cantik.

"Kenapa kau tidak mau masuk bersamaku? Kau menghindariku?" Tanya Taeyong dengan cengiran  jahilnya.

Jina menautkan alisnya sebal, "Menurutmu?!"

"Baiklah, baik. Aku minta maaf," ujar Taeyong dengan senyum tulusnya. Laki-laki itu tahu Jina masih merasa tidak nyaman dengan kejadian tempo hari. Hng, kalian tahu kan?

"Itu tidak terdengar seperti permintaan maaf."

"Kau mau aku bagaimana?" Jina bergeming.

"Sudah lah, kau tidak perlu menghindariku karena aku memang akan terus mengganggumu."

Satu pukulan berhasil mendarat di lengan Taeyong.

"Enyahlah kau," Jina merotasikan bola matanya sementara Taeyong hanya terkekeh.

Begitu tiba di panti asuhan, mereka membagi kelompok mejadi dua. Jina dan Jaehyun mengisi seminar untuk para pengurus panti dan guru di sekolah yayasan panti, sedangkan Mark dan Taeyong yang menyampaikan materi pada anak-anak.

Dua jam berlalu, kelas seminar Jina dan Jaehyun telah berakhir. Kini gadis itu berjalan menuju dapur, hendak membagikan nasi kotak pada peserta seminar. Jaehyun entah kemana yang jelas ia juga sibuk mengurus urusannya di panti, tadi Bibi Yoon memintanya berbicara secara empat mata.

Menurut Jina, Bibi Yoon--ketua pengurus panti asuhan--tampak menyeramkan. Ia jarang sekali tersenyum dan sekali pun ia tersenyum nampak sangat kaku. Seperti orang yang sedang menahan kentut.

"Kau mau mati, ya?!"

Jina yang masih berjalan dengan dua ikat nasi kotak di masing-masing tangannya itu seketika terhenyak. Ia menatap ke arah samping, dimana Mark tengah berseru pada anak laki-laki yang tanpa sengaja menumpahkan es krim di sepatunya.

Heran, apa baru saja Mark membentak anak laki-laki itu? Sontak Jina mendekat, menghampiri keduanya.

"Mark?" Panggil Jina. Sang empunya pun menoleh dengan sedikit terkejut.

"Ah, Jina-ya. Kau disini? Sudah selesai kelas?" Mark menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, seakan baru saja tertangkap basah melakukan suatu kejahatan.

Jina hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan Mark.

"Kalau begitu biar aku bantu, kau pasti kesulitan membawa benda-benda ini." Mark seketika langsung mengambil alih satu ikat nasi kotak di tangan kiri Jina.

SWEET SORROW | Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang