3. Sebuah Ciuman

786 68 1
                                    

"Lami, apa kau sudah sembuh ?"

"kau sudah menanyakan hal yang sama sebanyak lima kali pagi ini Hina"

Lami tidak berbohong, sejak ia baru datang, sahabatnya ini sudah menanyakan hal yang sebanyak itu, padahal Lami sudah mengatakan kalau dia sudah benar-benar sembuh.

"maaf kemarin aku tidak membantumu" ucap Hina sedih

Dia benar-benar menyesal dan sedih karena disaat temannya membutuhkan bantuan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"tidak papa Hina, aku benar-benar tidak apa-apa. Justru akan lebih panjang masalahnya kalau kau membantuku kemarin"

"tapi dewi fortuna benar-benar berpihak padamu kemarin"

"maksudmu ?"

"hei, seorang Na Jaemin Vialectea menjadi pahlawanmu jika kau lupa. Woah dia benar-benar keren"

Perlu diketahui, kalau Hina ini pengagum berat seorang Na Jaemin Vialectea.

"lalu kemana kemarin dia membawamu ?"

"ke rooftop. Sudahlah, aku malas membahas hal itu" final Lami sembari membuka buku pelajarannya

"hei hei, Lami" bisik Hina

"apalagi Hina, aku akan mempelajari buku catatanku"

"kau lihat itu" kata-kata Hina mengalihkan atensi Lami ke bangku bagian belakang kelas.

Dan waw, disana ada beberapa gadis dari kelas lain sedang mengantri untuk memberikan bingkisan kepada Jaemin, padahal kakaknya itu sedang tidur tampan dengan kedua headphone di kedua telinganya.

Heran juga sebenarnya, kenapa kakak tampannya itu selalu acuh kepada semua orang. Padahal banyak sekali siswi yang terang-terangan mengungkapkan perasaan kepadanya, tapi sama sekali tidak membuat seorang Na Jaemin Vialectea mencair

Lami fikir kakaknya itu perlu membuka diri, setidaknya dia bisa punya teman dan tidak tidak terus menyendiri seperti itu

"kau tau, aku selalu ingin memberikan sesuatu yang selalu kubawa dalam tasku untuknya, tapi nyaliku terlalu ciut hanya untuk sekedar memanggil namanya" ucap Hina dengan senyum mirisnya

Lami yang melihat itu tentu merasa tak tega, dia ingin membantu Hina, tapi dia ingat perkataan kakaknya kala itu

"aku tidak suka menerima barang pemberian mereka, aku tidak membutuhkan itu. Daripada memberiku barang-barang tidak berguna, bukankah lebih baik mereka menggunakan uangnya untuk hal-hal yang lebih berguna, atau ditabung mungkin"

Kalau Lami memaksakan untuk memberikan barang pemberian Hina untuk kakaknya, dia takut kakaknya justru akan menghindari Hina, sama seperti perempuan-perempuan lainnya.

"untuk apa kau repot-repot membelikan barang untuk Jaemin, bukankah lebih baik uang itu kau gunakan untuk hal yang lebih berguna"

"hei, barang ini pasti akan sangat berguna untuk Jaemin. Dan lagi uang yang kupakai untuk membeli barang ini bukan uang hasil meminta dari orang tuaku, ini uang dari kerja paruh waktuku di café"

"memang apa yang kau belikan untuk Jaemin ?"

"tapi kau jangan tertawa, karena ini hanya barang murah"

"untuk apa aku tertawa, oh ayolah aku penasaran"

"aku ingin memberikan MP3 player ini untuknya"

Lami bisa melihat binar bahagia di mata sahabatnya ini kala menatap MP3 player mini yang ia keluarkan dari dalam tasnya, dan ia merasa Hina benar-benar tulus akan kekagumannya terhadap kakak semata wayangnya itu.

NEBULA ANDROMEDA  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang