“Uwaaah. Hoaaam”, tubuh kurusnya menggeliat bak seekor ulat bulu. Kemudian ia pun mendudukkan diri sambil mengucek matanya yang setengah terpejam.
“Apakah ini sudah pagi? Tapi mengapa ibu tidak membangunkanku?”gumamnya.
Kemudian tangannya beralih mengambil jam weker kecil yang terpajang di meja samping tempat tidurnya. Matanya membulat sempurna tatkala ia melihat jarum jam menunjukkan angka 9 pagi.
Sedetik kemudian ia pun berlari menuju kamar mandinya dengan kesadaran masih 90%.Ia mempersingkat kegiatan mandinya, dari yang tadinya 10 menit menjadi 5 menit. Entah disebut apa mandi jenis itu. Saat ia tengah bersiap-siap, seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan begitu brutal.
“YANG! YANGYANG! CEPAT BUKA PINTUNYA! YANGYANG! CEPAT!” teriak orang itu dengan tidak sabaran.
Orang yang dipanggil Yangyang itu hanya mendecak kesal.“Ck. Iyaa. Sebentar lagi beres nih,” jawab Yangyang santai. *ah elah udah tau telat masih aja nyantuy*
Orang di luar sana masih mengetuk--lebih tepatnya menggedor--pintu dengan kasar. “Ini masalahnya urgent banget Yang. Lagian lo di dalam ngapain aja sih lama banget?” teriaknya lagi, kali ini nada suaranya terdengar sangat panik.
“Ya elah Chan, gue tahu kita udah telat, tapi gak gini ju..”, ucapannya langsung terhenti saat membuka pintu dan melihat oarng yang sedari tadi memanggilnya berdiri dengan wajah tegang dan penuh ketakutan.
Yangyang terheran-heran melihat saudaranya itu hampir menangis. Berbeda dengan dirinya yang telah siap untuk berangkat sekolah, saudaranya itu masih mengenakan piyama tidur dan rambutnya terlihat sangat berantakan.
“Haechan? Lo, lo ke-kenapa?” tanya Yangyang sedikit panik.
Orang yang dipanggil Haechan itu langsung masuk ke kamar Yangyang dan mengunci pintu kamar rapat-rapat. Yangyang tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi pun segera membredeli saudaranya itu dengan pertanyaan. Melihat kondisi Haechan yang cukup kacau itu, Yangyang segera mendudukkannya di ranjang dan memberinya segelas air.“Da…..Darah. K..K…Kaaaca… Pe..Pecah..Pecahan..Iii…Ibuu”, Haechan berbicara dengan terbata-bata sambil memegang gelas yang diberikan Yangyang. Tangannya bergetar hebat. Tak lama kemudian ia pun mulai terisak.
Yangyang semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi. “Kenapa Chan? Ibu kenapa?” tanyanya ikut khawatir begitu mendengat kata ibunya. Haechan masih terisak.
Melihat Haechan yang tidak memberikan jawaban, Yangyang pun langsung berlari keluar untuk mencari ibunya.
Langkah kaki Yangyang langsung terhenti begitu melihat keadaan rumahnya yang kacau balau bak kapal pecah. Vas-vas bunga dan figura foto yang awalnya terpajang dengan baik kini pecah dan berserakan di lantai. Matanya tercekat begitu melihat genangan darah di lantai yang menuju ke kamar ibunya. Otak Yangyang masih mencerna peristiwa mengerikan yang telah terjadi. Perasaannya campur aduk, terutama ia mengkhawatirkan keselamatan sang ibu.
Yangyang sampai di depan kamar sang ibu, ia membuka pintu dengan hati-hati dan mengamati kamar itu dengan seksama. Namun nihil, ia tak mendapati ibunya di sana. Ia hanya melihat bekas darah yang tercecer di tempat tidur dan di lantai. Kondisi kamar itu sama kacaunya dengan ruangan yang tadi. Foto-foto keluarga Yangyang hancur berantakan.
Kemudian ia melihat jendela kaca yang penuh darah dan terdapat lubang bekas peluru di dinding. Yangyang juga menemukan sebuah pistol yang tergeletak di dekat tempat tidur ibunya. Ia pun segera mengambil pistol itu dan langsung keluar begitu ia mendegar teriakan Haechan dari lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awaken The World: The Last Descent
Fantasy"Sejak kapan mulutmu menjadi tidak berfungsi, hah? Jawab?!" "Orang lemah sepertimu mencoba untuk melindungi orang lain? Haha. Kau harus berkaca ribuan kali. Nasibmu tidak akan berubah, kau hanya seorang pembawa sial bagi orang-orang di sekitarmu, da...