3. The Sibling (2)

600 90 13
                                    

Psshh. Mesin mobil tiba-tiba mati. "Loh, loh kenapa nih?" tanya Haechan panik. Lalu ia pun mengecek persediaan bensinnya.

"Ah sialan. Bensinnya abis lagi. Gak pas banget siih timing-nya. Gak tau apa kalau kita lagi dalam kondisi darurat," gerutunya lagi.

Yangyang sedari tadi hanya diam untuk menghemat tenaganya yang semakin lama semakin menurun. Wajahnya sudah mulai memucat.
"Yangyang, lo tunggu sebentar, gue akan cari bantuan," ucap Haechan sambil keluar dari mobil.

Tapi kemana dia akan mencari bantuan? Jalanan begitu sepi. Tidak ada satupun mobil atau motor yang berlalu. Semua warga kota mungkin telah dievakuasi. Bodohnya, tak ada satupun dari mereka yang membawa ponsel sehingga tidak bisa menelpon teman atau siapa pun untuk meminta pertolongan.

Haechan maengacak-acak rambutnya dengan gusar. Percayalah, dengan piayama tidur yang ia kenakan, ia terlihat seperti anak yang kabur dari rumah.

Sesekali ia melongok ke dalam mobil melihat kondisi Yangyang yang semakin memburuk. "Arrgh," kesalnya.

Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil yang melaju mendekat ke arah mereka. Mata Haechan langsung membelalak senang. "Yangyang, sebentar lagi kita akan mendapat bantuan. Tolong bertahanlah sedikit lagi," teriak Haechan dari luar.

Yangyang hanya terkekeh kecil melihat Haechan yang begitu kegirangan terlebih lagi melihat hal yang dilakukan Haechan untuk menghentikan mobil tersebut.

Haechan berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya, terkadang ia juga melambai-lambaikan kedua tangannya. Orang yang ada di mobil itu bisa saja berpikiran bahwa Haechan adalah orang gila yang mencoba untuk meminta tumpangan.

Kemudian mobil itu berhenti 30 cm di depan Haechan. Dua orang pemuda turun dari mobil itu dan menghampiri Haechan.
"Hei! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pemuda bertubuh tinggi.

"Aku dan saudaraku di serang oleh orang yang tidak di kenal dan sekumpulan mayat hidup. Saat ini saudaraku sedang terluka, mobil kami kehabisan bensin dan ia harus segera di bawa ke rumah sakit," jelas Haechan dengan cepat.

Kedua orang itu mengangguk-angguk, lalu memutuskan untuk membantu Haechan. Mereka juga membantu memindahkan Yangyang ke dalam mobil mereka. Haechan akhirnya bisa bernafas lega karena Yangyang akan segera dibawa ke rumah sakit. Tak lupa kedua orang tadi memperkenalkan diri mereka.

"Perkenalkan, namaku Seo Johnny, panglima pasukan elit NCT 127, "ucap laki-laki bertubuh tinggi itu.

"Hilih, ngaku-ngaku. Padahal cuma kacung ketua." Tukas temannya yang berambut pirang dan bertubuh kurus itu.

"Bodo amat!" ucapnya sambil diikuti oleh tawa.

"Namaku Nakamoto Yuta, anggota pasukan elit NCT 127. Siapa nama kalian? Dan dari mana kalian berasal?" tanya laki-laki berambut pirang dan bertubuh kurus yang menyebut dirinya Yuta itu.

"Namaku.."

Drrt, drrt, na na na na na na na na na na na na na na na.

Suara dering telpon Yuta menahan Haechan untuk menjawab pertanyaan itu. Karena Yuta sedang sibuk mengemudi, maka Johnny yang mengangkat panggilan tersebut. Sepertinya panggilan itu cukup penting, sehingga ia meminta semua orang untuk diam sebentar.

"Iya? Hallo?"

"....."

"Benarkah?"

"....."

"Iya, iya. Baiklah kami akan membantumu mencarinya setelah mengantar korban yang lain ke tempat medis"

"....."

Awaken The World: The Last DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang