Akhirnya mereka pun mengenalkan isi dorm Dream. Mulai dari ruang tengah, ruangan untuk sekedar berkumpul. Kamar setiap anggota yang memiliki corak dan ciri khas setiap anggotanya.
Kemudian tempat latihan. Tempat latihan itu cukup luas dengan panjang ukuran sekitar 50x100 meter. Tempat itu biasa mereka gunakan untuk latihan menembak jarak dekat, pertarungan dengan dan tanpa senjata.
Selain ruang latihan, juga ada sebuah mini gymnastic dan gamezone. Area bermain disediakan khusus untuk para Dreamies agar mereka tidak mudah bosan dan stress, mengingat usia mereka yang masih sangat belia. Markas NCT ini sudah cukup lama didirikan, rata-rata anggota NCT sudah tinggal selama 3 tahun, sama saat Taeyong pergi meninggalkan rumah.
"Kalian sudah tinggal di sini cukup lama, lalu bagaimana dengan sekolah kalian? Dan bagaimana dengan orang tua kalian?" tanya Yangyang.
"Sebenarnya kami sudah tinggal bersama sejak 13 tahun yang lalu." Jawab Jaemin. Seketika mulut Yangyang terbuka lebar.
"Kami semua adalah korban dari insiden yang terjadi 13 tahun yang lalu. Profesor Lee Taemin berhasil menyelamatkan kami namun tidak dengan orang tua kami, karena pada saat itu penawar virus itu sudah sangat terbatas. Kemudian Profesor Lee Taemin dan teman-temannya mendirikan sebuah panti asuhan untuk mengurus kami."
Haechan dan Yangyang berdecak kagum pada semua hal yang dilakukan oleh ayah mereka untuk menolong anak-anak yang menjadi korban. Tapi mengapa mereka tidak mengetahui hal apa pun tentang insiden itu dan hal-hal apa saja yang telah dilakukan sang ayah. Ingatan mereka benar-benar buntu.
"Kemudian tiga tahun yang lalu, Kak Johnny membawa kami ke tempat ini. Untuk pendidikan, kami tidak punya masalah karena di sini kami juga diberikan materi-materi pelajaran yang sama seperti di sekolah oleh Kak Johnny," sambung Renjun.
"Ya, dan bahkan aku menjadi ahli IT yang sangat hebat di sini," ujar Jaemin dengan menyombongkan dirinya.
"Cih, padahal kemampuanmu masih sangat jauh dibandingkan dengan kemampuan kak Doyoung," ketus Renjun. Semua orang pun menertawakan kesombongan Jaemin.
"Nah, karena kita sudah di sini, ayo kita bermain," ajak Jeno. Jisung lagi-lagi terlihat antusias. Ia seperti sudah menantikan momen ini, mereka menunggu jawaban Haechan dan Yangyang.
"Aku lebih tertarik untuk berlatih menembak, atau latihan bertarung," jawab Haechan.
Mata Jeno dan Jaemin langsung berapi-api, mereka semangat akan hal itu. "Kalau begitu, ayo!" ajak Jeno.
"Bagaimana denganmu Yang?" tanya Jaemin halus.
"Errr, bisakah kau memanggilku secara lengkap? Atau panggil saja aku Liu. Aku sedang tidak ingin melakukan hal-hal yang melelahkan," jawab Yaangyang.
"Halah, kau kan sudah sangat hebat. Tanpa berlatih pun kau akan mampu mengalahkan kami," cibir Haechan.
"Ya! Aku kan masih dalam proses penyembuhan, masa iya harus melakukan hal-hal yang melelahkan," Yangyang membela diri.
"Iya juga sih, lebih baik kau tidak perlu ikut. Nanti yang ada kau malah sombong," Haechan masih mencibir Yangyang, sepertinya ia sangat iri dengan kemampuan Yangyang.
"Ya! Aku tidak pernah seperti itu!" perdebatan mereka pun kembali dimulai. Jaemin dan Jeno yang bingung Yangyang dan Haechan malah berdebat pun langsung mengajak Haechan untuk segera pergi.
"Lah ini kenapa kalian malah jadi berantem. Yaudah sih biarin aja kalau Yangyang gak mau. Biar dia nemenin Jisung dan Chenle di sini," ucap Jeno.
Yangyang mengangguk setuju.Haechan mendelik pada Yangyang, sebenarnya ia sengaja memancing Yangyang untuk mau ikut dengannya. Yangyang menjulurkan lidahnya tatkala Haechan mendesis dan berbisik mengancamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awaken The World: The Last Descent
Fantasía"Sejak kapan mulutmu menjadi tidak berfungsi, hah? Jawab?!" "Orang lemah sepertimu mencoba untuk melindungi orang lain? Haha. Kau harus berkaca ribuan kali. Nasibmu tidak akan berubah, kau hanya seorang pembawa sial bagi orang-orang di sekitarmu, da...