Pagi menjelang, setiap orang mulai beranjak dari tidurnya bersiap untuk melewati hari yang panjang dan melelahkan berikutnya. Karena jiwa yang tinggal di markas tersebut cukup banyak, maka markas ini dibagi ke dalam lima dorm, tiga khusus prajurit dan dua dorm untuk pegawai yang lainnya.
Dorm prajurit yang pertama ialah dorm 127. Dorm ini adalah dorm yang paling besar dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap dengan kapasitas maksimal untuk 9 orang. Tentu saja menjadi dorm yang paling besar karena kapasitas manusianya pun banyak. Hanya saja di dorm ini terdapat sebuah ruangan khusus untuk mengadakan rapat anggota.
Berbeda dengan dua dorm yang lainnya yaitu dorm WayV dan dorm Dream. Kedua dorm ini memliki fasilitas yang sama dengan kapasitas maksimal 7 orang untuk WayV dan 6 orang untuk Dream.
Dorm 127 terbilang dorm yang paling tenang daripada dua dorm yang lainnya. Karena dorm itu dihuni oleh rata-rata orang dewasa dan dorm Dream dihuni oleh anak-anak seusia Yangyang.
Ketika semua orang sudah kembali ke aktivitasnya masing-masing, kedua manusia itu masih terbaring di ranjang rumah sakit yang sempit. Sinar mentari yang hangat dan menyilaukan tak mampu menembus dinding rumah sakit yang kokoh untuk membangunkan kedua anak yang tengah tertidur lelap itu. Hingga akhirnya Dokter Kun datang untuk mengecek kondisi Yangyang sambil membawakan sarapan untuknya.
Sebenarnya Dokter Kun sempat datang ke kamar itu untuk memeriksa kondisinya sekaligus memintanya makan malam. Namun yang ia lihat adalah Yanyang sudah teridur sangat pulas ditemani Haechan di sampingnya yang juga tertidur dengan tangan kanannya melintang di tubuh Yangyang. Dokter Kun akhirnya kembali setelah memastikan kondisi Yangyang stabil karena tak sampai hati membangunkan mereka berdua.
Dokter Kun berjalan mendekat sambil mendorong kereta makanan untuk sarapan kedua anak itu. Dengan hati-hati ia menggoyangkan lengan Haechan memintanya untuk bangun.
Haechan mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia mencoba untuk bangkit, namun sulit karena ia tak memiliki cukup ruang untuk bergerak. Akhirnya Dokter Kun membantu Haechan untuk duduk.
“Apa yang kau lakukan? Mengapa kau tidur bersamanya? Kami sudah menyiapkan tempat untukmu beristirahat, tapi kenapa kau memilih tidur di sini?” tanya Dokter Kun.
Haechan yang baru saja bangun menjawab dengan sedikit kesal sambil mengucek kedua matanya dan menguap. “Aku baru saja bangun, dan kau sudah menanyaiku hal seperti ini?”
Dokter Kun menatap Haechan heran, harusnya ia yang kesal pada Haechan bukan malah sebaliknya.
“Bicara yang sopan padanya,” ucap Yangyang sambil menepuk punggung Haechan pelan.Haechan hanya mendengus pelan. Sebenarnya Yangyang sudah bangun lebih pagi, akan tetapi kehadiran Haechan hanya mampu membuatnya mebuka mata, mengamati keadaan sekitar, dan menutup matanya kembali sambil menunggu Haechan untuk bangun.
“Sudahlah, sebaiknya kau pergi cuci muka, dan segera sarapan. Sepertinya kalian belum makan dari kemarin sampai kalian tidur begitu lama,” ucap Dokter Kun.
“Benarkah? Kami tidur selama itu?” tanya Haechan dengan matanya yang membola. Dokter Kun mengangguk sebagai jawabannya.
“Habiskan makanan kalian ya, dan kau!” ujar Dokter Kun “Jangan tidur di ranjang pasien lagi! Kami sudah menyiapkan tempat untuk mu, ingat itu,” lanjutnya. Setelah itu Dokter Kun pun keluar dari kamar itu.
“Ck, dasar,” Haechan berdecak kesal. Ia pun kemudian turun dari ranjang dan berajalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Setelah selesai, ia kembali duduk di kursi yang kemarin dan mulai mengambil piring sarapannya.
Yangyang masih berbaring di ranjangnya dan menunggu. Menunggu untuk apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Awaken The World: The Last Descent
Fantasi"Sejak kapan mulutmu menjadi tidak berfungsi, hah? Jawab?!" "Orang lemah sepertimu mencoba untuk melindungi orang lain? Haha. Kau harus berkaca ribuan kali. Nasibmu tidak akan berubah, kau hanya seorang pembawa sial bagi orang-orang di sekitarmu, da...