17. The Fight

351 56 0
                                    

Ten mengamati sekitarnya. Salah satu kekuatannya yaitu scan view, ia bisa menemukan musuh yang bersembunyi darinya. “Ketemu! Tamat riwayat kalian bocah nakal,” ucap Ten sambil tersenyum sinis.

“Jaehyun, Hyung, mereka di sebelah barat, di bangunan tua lima lantai.”

“Bagaimana dengan Yangyang?”

“Biar aku yang mengurusnya.” Jaehyun dan Taeil mengangguk. Mereka pun pergi ke arah yang ditunjukkan oleh Ten.

“Kalian tidak akan bisa lari dariku.” Ten terkekeh, ia kemudian tertawa senang, tawa khas seorang penjahat.
Jaemin dan Jisung kini berlari terpisah dengan Renjun dan Chenle. Mereka harus bersembunyi dengan cepat. Jisung sudah mulai kelelahan, ia bahkan menangis karena takut. Jaemin pun sama lelahnya. Ia membawa Jisung bersembunyi di dalam.

Dorr. Terdengar tembakan dari luar. jantung Jaemin berpacu dengan cepat. Ia memegangi dadanya dan menutup mulut Jisung untuk tidak bersuara.

Begitu pula dengan Renjun. Ia dan Chenle terjebak di jalan buntu. Bangunan itu tidak memiliki jalan keluar yang lain. Ia tidak mungkin berbalik arah karena itu sama saja dengan bunuh diri. Kakinya gemetaran, ia bahkan sudah tidak mampu untuk berlari. Ia memeras otaknya mencari jalan keluar.

Renjun berjalan ke arah samping secara perlahan. Ia kini berdiri di balkon bangunan itu. ia melongok ke bawah, sangat tinggi, dan cukup membuat nyalinya ciut. Chenle sedari tadi berjalan di sampingnya tidak sedetik pun melepaskan pegangannya pada Renjun. Mereka tidak punya jalan untuk lari lagi, maka satu-satunya pilihan adalah terjun dari ketinggian kurang lebih 30 meter itu.

“Hei! Apa kalian berencana untuk melompat dari sini?”

Renjun dan Chenle menoleh ke arah suara. Ia melihat Taeil tengah tersenyum sambil menyampirkan senjata di pundaknya.

“Masih kecil sudah coba-coba cari masalah dengan kami. Apa kalian tahu? Kalian semakin mempersulit pekerjaanku, dan aku tidak suka itu. Kalian jangan berfikir aku adalah Taeil, kakak tertua yang baik hati. Tidak. Kali ini aku tidak akan memaafkan kalian.” Taeil pun mengangkat senjatanya.

Renjun dan Chenle hanya menelan ludah kasar. Kali ini mereka tidak bisa mengajak Taeil bernegosiasi. Hembusan angin terasa memasuki setiap senti tubuhnya hingga menusuk tulang. Chenle melirik ke bawah dengan ujung matanya. Grep. Ia mencengkeram lengan Renjun, dan melompat dari ketinggian itu. Di waktu yang bersamaan Taeil menembakkan pelurunya. Tapi terlambat, Renjun dan Chenle sudah jatuh bebas.

“Akh, kenapa kalian malah memilih mati dengan cara seperti itu. padahal aku hanya ingin menangkap kalian dan menyerahkannya pada Doyoung. Aku ingin melihat ia yang mengeksekusi kalian,” gerutu Taeil.

Taeil pun melongok ke bawah, ingin memastikan kalau Renjun dan Chenle mati dari ketinggian itu. Tapi tidak, ia tidak mendengar suara berdebum seperti orang yang sudah jatuh, bahkan tubuh mereka berdua pun sudah tidak ada di sana. Lagi-lagi ia berhasil dikelabui.

Renjun dan Chenle berhasil di selamatkan oleh Jeno. Mereka pun pergi menuju tempat Jaemin dan Jisung untuk menolongnya. Pada awalnya Jeno dan Yangyang menghadapi Ten bersama-sama. Namun, ia melihat Chenle dan Renjun yang ada di atas balkon dengan Taeil. Yangyang juga mengetahui hal itu dan meminta Jeno untuk pergi menyelamatkan mereka. Tanpa diminta dua kali, Jeno pun langsung melesat pergi.

Ten menyerang Yangyang berkali-kali dengan kristalnya yang tajam. Untung saja Yangyang dengan sigap menahan serangan itu dengan tameng tanahnya. Kini giliran Yangyang menyerang. Api meledak keluar dari tangannya, akan tetapi Ten menghindarinya dengan mudah. Tubuhnya sangat lincah menghindari setiap serangan Yangyang.

“Apa kau mau kita bertarung sampai mati?” tanya Ten diselingi dengan tawa remehnya.

“Bukan kita, tapi kau. Hanya kau,” balas Yangyang dengan penuh penekanan. Ia pun mulai menyerang Ten secara brutal.

Awaken The World: The Last DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang