15. The Escape

337 59 0
                                    

Di lain sisi, anak-anak Dreamies akan segera melancarkan rencana mereka. Setelah diskusi dan perdebatan panjang nan melelahkan yang menguras otak, akhirnya mereka menyepakati rencana mereka. Pukul dua siang tepat mereka akan mulai beroperasi. Saat ini mereka tengah berkumpul sambil terus meyakinkan diri untuk tidak menyerah dalam rencana ini.

Ting. Bunyi dentingan jarum jam menjadi penanda di mulainya aksi mereka. Langkah pertama yaitu ChenJi menguasai ruang kontrol, tempat untuk mengawasi setiap gerak-gerik di dalam markas. ChenJi mengetuk pintu ruangan pelan. Seseorang dari dalam hanya menjawab dengan berteriak. “Siapa?”
“Chenle dan Jisung,” jawab Chenle tak kalah teriak.

“Masuk!”

Kemudian pintu itu terbuka secara otomatis. Setelah mendengar perintah itu ChenJi pun masuk. Terlihat Jisung yang sedari tadi gugup, ia terus meremas tangan dan bajunya kuat-kuat. Orang yang ada di dalam itu menatap aneh dua bocah yang kini sedang ada di hadapannya itu. Untuk apa mereka datang keruangannya?

“Wahai anak manis, ada perlu apa kalian kemari?” tanya lelaki tampan bertubuh kurus yang mengenakan setelan hitam lengkap dengan jaket kulit hitamnya.

Chenle menelan ludahnya kasar. “Mmm begini kak Sehun, aku dan Jisung tengah bertengkar karena mainan. Jisung menuduhku yang menyembunyikannya, padahal aku tidak melakukannya. Bisa saja dia yang lupa menyimpannya,” jelas Chenle.

Orang yang dipanggil Sehun itu menatap mereka bingung sambil menaikkan alisnya. “Lantas kenapa kalian datang kemari bukannya mencari mainan Jisung?”

“Itu dia masalahnya kak, kami sudah mencarinya di seluruh dorm, tapi kami tidak menemukannya. Tujuan kami datang kemari adalah mungkin kakak bisa mencari tahu di mana mainan Jisung berada dengan mainan kakak ini?” tanya Chenle dengan mata berkaca penuh harap.

Sehun hanya menggeleng. Ia tak habis pikir dengan peristiwa random satu ini. Mereka harus mencari sebuah mainan dengan rekaman cctv? Yang benar saja, hilangnya mainan sudah seperti hilangnya seseorang.

“Ayolah kak bantu kami, Jisung tidak akan bisa tidur jika mainannya tidak ditemukan,” Chenle kembali memohon.

Jisung sedari tadi hanya menunduk, ia pun mulai terisak. Drama dari aktor Park Jisung pun dimulai. Ia mulai menangis. “Kak Sehun, aku mohon,” rengek Jisung sambil berlutut di hadapan Sehun.

Huh, Sehun lemah jika harus dihadapkan dengan Jisung yang seperti ini. Ia tak tega melihat anak itu menangis. “Hmm, baiklah. Aku akan membantu kalian. Sudah kamu jangan menangis lagi. Nanti ketahuan sama Profesor Son, aku yang dimarahi.”

Chenle mengembangkan senyumnya. Jisung pun bangkit dan mulai tersenyum sambil mengusap air matanya. Akting mereka berhasil mengelabui Sehun yang polos. ChenJi pantas untuk mendapatkan piala oscar sebagai aktor terbaik.

Sehun pun mulai mengetikk beberapa kata pada keyboard digital yang ada di depannya. “Di mana terakhir kali kamu memainkannya?”

“Di Dorm. Saat itu Chenle yang menggunakannya. Makanya aku menuduh Chenle yang menyembunyikannya.”

“Kapan terakhir kali kalian memainkannya?”

Chenle berpikir sejenak. “Mm, mungkin tiga hari yang lalu,”

“Jam berapa?”

Chenle kembali berpikir. Ia tak tahu harus menjawab apa, pasalnya mereka tidak benar-benar kehilangan mainan itu. “A..aku lupa jam pastinya. Mungkin sekitar jam 10 sampai jam 3 sore.”

Sehun menatap Chenle curiga. Jisung yang menyadari hal itu segera mencari alasan lain untuk mendukung argumen Chenle. “Kak Sehun, kemarin kepala Chenle terhantam besi, jadi ingatannya sedikit kabur.” Benar, kemarin Chenle pingsan karena sesuatu menghantam kepalanya.

Awaken The World: The Last DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang