7. The Decision

451 72 10
                                    

Next Skuyyyy

💚💚💚

Brakk. Pintu kamar itu dibuka dengan kasar. "Kalian tidak akan pergi dari sini!" ternyata orang itu adalah Taeyong. Ia mungkin telah menyadari semua kesalahannya.

Jisung dan Chenle berteriak latah karena terkejut mendengar suara pintu itu. Namun akhirnya mereka bernapas lega karena yang datang itu adalah Taeyong. Ia akan mencegah Yangyang dan Haechan untuk pergi dari sini. Dengan menggunakan isyarat melalui kedua matanya, Taeyong meminta Jisung dan Chenle untuk meninggalkan mereka di ruangan itu. Mereka menurut dan akhirnya pergi keluar sembari menutup pintu.

Suasana berubah menjadi canggung dan sangat mencekam. Haechan yang terus menyeka air matanya enggan untuk membalikkan badannya dan menatap ke arah Taeyong. Yangyang memberikan tatapan tajam pada Taeyong yang mulai berjalan mendekat. Ia mulai mengerti apa yang telah terjadi pada Haechan, pasti telah terjadi pertengkaran di antara mereka dan pasti itu melibatkan dirinya.

Taeyong seolah mengabaikan tatapan Yangyang, ia berjalan mendekat dan membalikkan tubuh Haechan untuk menatapnya. Tentu saja Haechan hanya memalingkan wajahnya. Dengan kepala yang tertunduk Taeyong meminta maaf atas kebodohan yang telah ia lakukan.

"Haechan, maafkan aku. Hari ini aku sudah sangat keterlaluan padamu. A-aku benar-benar tidak bermaksud untuk menyakitimu. Aku...aku hanya ingin melindungimu, m-maksudku melindungi kalian. Aku minta maaf, aku sangat-sangat menyesal," ucap Taeyong sambil memegang kedua pundak Haechan.

Haechan langsung menepis lengan kakaknya dengan kasar. Ia berbicara tanpa menolehkan wajahnya ke arah Taeyong sedikit pun. "Tidak ada yang perlu di maafkan. Pintu maafku sudah tertutup untukmu, dan jangan pernah menghalangi jalanku. Pergilah dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!"

Taeyong mengangguk paham. "Baiklah. Tidak masalah jika kau tidak mau memaafkanku. Tapi coba kau pikirkan lagi, keadaan di luar sana sangat berbahaya, dan tidak akan ada yang menjamin keselamatan kalian. Setidaknya tetaplah tinggal di sini sampai keadaan kembali normal dan demi Yangyang. Kau tahu sendiri bukan kalau kondisinya sedang tidak baik dan dia membutuhkan perawatan. Jadi, pikirkanlah kembali keputusanmu. Demi kebaikanmu dan kebaikannya."

Taeyong ingin sekali memeluk Haechan dan memintanya untuk tetap tinggal. Tapi ia tahu Haechan akan langsung menolaknya. Tapi bukan Taeyong namanya kalau ia menyerah begitu saja. Setelah menatap Yangyang selama beberapa saat, ia pun melangkahkan kakinya keluar. Ia sangat berharap ucapannya itu akan mempengaruhi Haechan dan Yangyang.

Dia harus bisa menjaga Haechan bagaimanapun caranya, karena Haechan merupakan kunci untuk mengatasi masalah ini.
Dia tidak akan membiarkan Haechan pergi dan ditangkap oleh musuh yang akan memanfaatkan Haechan demi kepentingan pribadinya. Taeyong sudah menyiapkan rencana kedua jika rencana kali ini gagal.

Yangyang masih bingung, bagaimana ia harus menyikapi hal ini. Di satu sisi apa yang diucapkan oleh Taeyong ada benarnya dan di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan perasaan Haechan yang sudah hancur.

Setelah Taeyong benar-benar pergi, air matanya kembali mengalir deras. Lututnya seketika menjadi lemas hingga akhirnya ia jatuh berlutut. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia memikirkan hal yang sama dengan yang dipikirkan oleh Yangyang. Ucapan kakaknya itu benar, sangat benar. Tapi bagaimana dengan hatinya? Ia tidak bisa menerima hal itu.

Yangyang berusaha untuk berdiri dan berjalan mendekati Haechan yang tengah menangis. Ia kemudian berlutut di hadapan Haechan dan memeluk Haechan erat. Haechan menangis sesenggukan di bahu Yangyang. Dan Yangyang mengusap-usap punggung Haechan untuk menenangkannya,
"Maafkan aku, aku sangat egois. Aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku orang yang sangat bodoh," isak Haechan.

Yangyang menggeleng. "Apa yang kau lakukan tidak salah. Aku sangat mengerti dirimu. Aku tahu di satu sisi kau sangat ingin pergi dari sini, tapi hati kecilmu memiliki alasan untuk tetap tinggal di tempat ini."

Tangisan Haechan mulai mereda, ia pun melepaskan pelukan itu. Orang yang melihat interaksi mereka yang seperti itu mungkin akan berpikiran macam-macam tentang mereka. Haechan kemudian menatap Yangyang seakan bertanya lantas apa yang harus dilakukannya.

"Nah, sekarang, bagaimana kalau kita mengikuti perkataan kak Taeyong. Tidak ada salahnya kan kita mempercayainya? Tapi seandainya kau tetap bersikeras untuk pergi, maka aku akan mengikutimu," jelas Yangyang.

"Kenapa? Kenapa kau sangat percaya padanya?"

"Karena aku yakin dia adalah kakak yang baik, yang selalu berusaha untuk menjaga adiknya dan tidak akan membiarkan adiknya dalam kesulitan."

Haechan kemudian memukul lengan Yangyang. "Dasar bodoh! Udah gue bilang berhenti percaya padanya, dia gak sebaik yang lo pikirkan."
Yangyang hanya mengaduh pelan.

"Tapi gue tahu dia sayang banget sama lo, begitu pula sebaliknya. Kalian saling menyayangi. Hanya saja gak ada satupun dari kalian yang bisa nunjukkin hal itu."

"Ya! Lo ngomong apa sih!? Gue benci banget sama dia. Amat sangat benci. Gue udah gak bisa percaya sama dia lagi. Dan lo juga harus berhenti mempercayainya. Di dunia ini gak ada seorang pun yang bisa lo percaya,"

"Kecuali lo." Yangyang langsung memotong ucapan haechan. Haechan terdiam.

"Oke, oke. Mulai sekarang gue cuma akan percaya sama lo," lanjut Yangyang.

Haechan kembali memukul lengan Yangyang, dan Yangyang lagi-lagi hanya mengaduh. "Gak gitu juga Fergusso! Ah udahlah, lupain aja," tukas Haechan. Yangyang hanya terkekeh melihat Haechan yang mulai kembali ketus.

"Kenapa lo tertawa? Gak ada yang lucu ya!" Haechan memukul Yangyang untuk ketiga kalinya. Namun Yangyang masih terkekeh-kekeh.

"Ya! Kenapa lo terus mukulin gue? Sakit tau," Yangyang pun membalas pukulan Haechan. Berakhirlah dengan adegan saling pukul di antara mereak. Tawa Haechan perlahan mulai kembali.

"Stop! Ayo kita hentikan ini, jadi gimana keputusan lo?" tanya Yangyang. Haechan seketika langsung terdiam. Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya bersuara.

"Apa mau lo?" Haechan balik bertanya.

"Eh? Gue udah ngomong tadi, dan gue bakalan ngikutin apa pun keputusan lo."

"Oke, kita akan tetap di sini. Dan kayaknya lo juga suka sama tempat ini."

"Yah, lumayan lah. Orang-orang di sini sangat ramah. Terutama Kun Ge, dia perhatian banget sama gue."

Haechan tersenyum kecil. "Yah, akhirnya lo dapetin perhatian dan kasih sayang dari seorang kakak."

"Lo ngomong apa sih. Gue gak pernah kehilangan perhatian dan kasih sayang dari seorang kakak. Lo kan kakak gue."

Haechan tertegun selama beberapa detik. "Tentu saja, gue adalah kakak lo," ucap Haechan sambil mengacak-acak rambut Yangyang. Lalu dengan gemas ia mencubiti tubuh Yangyang. Yangyang berusaha untuk melawan. Pergulatan antara Tom dan Jerry pun dimulai kembali. Sesekali Yangyang meringis dan meminta ampun. Ia tak akan menang melawan Haechan mengingat tubuh Haechan yang lebih besar darinya.

Taeyong ternyata tidak benar-benar meninggalkan bangsal itu. Ia menunggu di luar dan menguping pembicaraan Haechan dan Yangyang. Ia tersenyum simpul sebelum akhirnya melenggang pergi. "Sudah kuduga dia akan mendengarkan Yangyang," gumamnya.

***

Gimana nih? Taeyong tuh beneran sadar ato ngga? Kok ga minta maaf sama Yangyang?

Penasaran?

Gidaryeo juseyooo💚💚💚

Awaken The World: The Last DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang