Bagian 11

10 1 0
                                    

"Mas Doni?" tanya Boy setelah menyambungkan panggilan telepon dari pimpinan Cemara Group itu.

"Boy...saya sudah tonton. Boy ada kontak itu perempuan?"

"Baru Hendra kirim nih..."

"Hendra...anaknya Pak Hanif?"

"Iya..."

"Langsung aja Boy rekrut. Lumayan, biar Irene ada saingannya."

"Asal Irene nggak dilupain aja sama Mas Doni..."

"Oh...itu enggak bakal kok. Kalau perempuan itu, cuma bisnis aja. Muka sama suaranya menjual soalnya."

"Bedanya sama Irene?"

Doni terdiam. Di dalam hatinya, Irene sudah menempati posisi yang tidak dapat tergantikan. Dia hanya tidak ingin gegabah. Dalam diamnya yang hanya beberapa detik itu, Doni berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Boy.

"Entah...pokoknya gitu...dia calon..." ada nada keraguan dalam suara Doni. Jika melihat sejarah percintaan Doni yang kelam, adalah hal yang wajar jika barusan dia terdengar ragu. Ragu akan apa yang dilakukan Irene nantinya. "Ya gitu...masih calon," tambahnya.

"Calon apa nih?" goda Boy. "Oke deh...aku urus ya..." lanjutnya sambil memutus sambungan telepon.

Boy tahu tentang hubungan Doni dan Irene. Dia agak takut dengan sikap Doni terhadap Irene akan berubah karena adanya gadis yang ada di dalam video rekaman itu. Menurutnya, ada kemungkinan bahwa Doni akan tertarik dengan Laura lalu meninggalkan Irene yang akhirnya berjuang sendirian di dunia keartisan. Mungkin, perasaan takut seperti itu terjadi karena dia sudah lama bekerja dengan Irene, sampai-sampai, Irene sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Nyatanya, ketakutan Boy itu memang tidak beralasan. Doni tengah plesir bersama Irene keluar negeri. Keduanya berangkat kemarin subuh. Tidak ada yang tahu mereka berdua ada di mana kecuali Boy. Sudah dapat dipastikan bahwa mereka akan mengawali plesir mereka dengan sesi bujuk rayu Doni pada Irene kemudian dilanjutkan dengan sesi persetubuhan. Dan Boy sepertinya paham betul dengan kegiatan mereka berdua itu. Jadi, adalah hal yang tidak mungkin jika Irene tidak tahu bahwa Doni memberikan izin pada Boy untuk merekrut Laura.

***

"Selamat malam, Cemara TV News Flash bersama saya Ira Indrawati. Pihak kepolisian menemukan jasad seorang pria bernama Suryanto yang tewas gantung diri di rumah kontrakannya kemarin sore..."


"Apanya yang kemarin sore? Ini berita udah lama..." gerutu ibu Laura. Dia seperti itu karena acara favoritnya terpotong. Saking kesalnya, dia langsung mematikan televisi.

"Marah-marah nggak ada gunanya, ma..." bujuk Laura.

"Habisnya...hiburan mama satu-satunya dipotong sama berita basi."

"Apa gunanya sih nonton acara lawak nggak jelas gitu? Orang-orangnya juga itu-itu aja. Kayak nggak ada yang lain."

"Seru atuh...nontonin...siapa itu...bapak-bapak tompelan..."

"Yah...mama aja nggak tahu, apa lagi Laura?"

"Oh iya...mama nggak pernah denger cerita kamu suka sama siapa...mau tahu dong..."

"Ih...nggak ada yang keren di sekolah. Kalau ada juga...udah ada yang punya."

"Bohong banget kamu! Itu yang ngeband sama kamu empat cowok...nggak ada satu pun yang kamu demen?"

"Alex sama Bayu udah ada yang punya...kalo nggak ada juga Laura nggak demen sama mereka. Jack sama Alan serem gitu tampangnya, nggak ada keren-kerennya."

Berita Kematian SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang