Satu minggu sebelum festival sekolah berlangsung atau satu bulan lebih tiga minggu jika dihitung sejak bergabungnya Ivan dengan band yang diusung Laura. Selama itu, Ivan ikut dalam latihan yang berlangsung selama dua jam untuk satu sesinya, satu kali dalam seminggu. Seluruh sesi berjalan lancar tanpa ada masalah.
Walau begitu, Rina selalu ada di setiap sesi latihan. Dia tidak datang untuk mengganggu. Gadis itu datang hanya untuk melihat Ivan yang akhirnya bisa bermain keyboard kembali. Tidak jarang dia malah terlihat sibuk mengerjakan tugas sekolah yang harus Ivan kesampingkan. Secara kemampuan, Rina memang berada dua tingkat di bawah Ivan. Secara logika, nilai Ivan sudah pasti akan turun di beberapa mata pelajaran, tapi jumlahnya tidak banyak.
Tujuan festival yang diadakan sebulan sebelum kenaikan kelas adalah untuk memberikan siswa kelas tiga yang belum lama menunaikan studinya selama mereka berada di SMA dengan mengikuti Ujian Nasional, Rencananya, festival nanti akan dihadiri dua bintang tamu, salah satunya Irene.
Sekalipun Irene adalah bintang tamu, yang namanya festival sekolah, mayoritas pengunjungnya keluarga atau kerabat siswa sekolah tersebut. Mereka lebih menantikan penampilan Laura.
Sejak duduk di kelas sepuluh, gadis itu sudah mempunyai kanal di sebuah situs media sosial yang dipenuhi oleh video-video Laura dan teman bandnya membawakan ulang lagu-lagu populer baik dalam maupun luar negeri dengan gaya mereka sendiri. Setiap video yang diunggah berhasil memikat ratusan ribu penonton. Kolom komentar pun selalu berisikan ulasan-ulasan yang positif.
Selain itu, daya tarik Irene sebenarnya masih kalah dengan Laura. Hanya saja, Laura belum memiliki aura seperti sang idola. Laura masih mentah.
"Kamu sudah punya baju buat manggung? Minggu depan lho..." kata Rina pada Laura sebelum dia pergi ke kelas Ivan. Ritual di kala istirahat.
"Gue biasa pake blouse, paling bawahannya jeans," jawab Laura dengan bangga.
Sulung dari dua bersaudara itu memang didukung oleh kedua orang tuanya untuk bermusik. Adiknya adalah seorang anak laki-laki yang masih berumur sembilan tahun. Ayahnya merupakan seorang peugas pelayanan pelanggan di sebuah kantor cabang pembantu milik salah satu bank ternama. Gajinya cukup untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan kedua anaknya tidak cukup untuk membiayai kegiatan anak sulungnya. Ibunya bekerja kecil-kecilan dengan membuat gorengan yang dititipkan di salah satu warung di kantin sekolah Laura dan adiknya untuk dijual. Keuntungan hasil penjualan itu biasanya diberikan kepada Laura sebagai upah karena dia juga turut membantu ibunya memasak.
"Pakai dress aku aja ya, badan kita kan sama," nada ujaran yang keluar dari mulut Rina lebih terdengar sebagai suatu perintah ketimbang penawaran.
Sama seperti Laura, Rina juga merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Bedanya, kedua adiknya adalah kembar laki-laki berumur empat belas tahun. Rina harus bersikap tegas dalam menghadapi mereka berdua yang kerap nakal dan jahil. Hal itu membuat Rina lebih ditakuti oleh adik-adinya ketimbang orang tua mereka.
Kondisi finansial keluarga Rina juga sangat baik. Ayahnya seorang dokter spesialis penyakit dalam di salah satu rumah sakit swasta. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang setiap hari membantu Rina mendisiplinkan adik-adiknya.
"Enggak enak ah..."
"Nanti ke rumah aku. Oke? Aku ke sebelah dulu..." Rina bergegas meninggalkan Laura yang masih duduk itu. Dia tidak ingin membuang waktu untuk berduaan dengan Ivan.
Laura menatap Rina yang berjalan keluar dari pintu kelas. Setelah tidak terlihat lagi, badannya serasa lemas, mukanya agak murung. Di dalam otaknya, dia mencoba mencari cara untuk membalas kebaikan Rina. Semakin lama dia berpikir, semakin sulit dia menemukan caranya. Di dalam hatinya, dia senang karena bisa kenal dengan gadis seperti Rina, dia juga senang bahwa dia akan mendapatkan baju baru. Dia akhirnya menyerah, lalu berdiri dan berjalan keluar kelas. Menuju kantin.
***
Satu minggu telah berlalu. Sejak pagi, semua tampak sempurna. Langit tampak cerah berseri. Matahari juga sangat bersahabat. Hari itu, dia dengan setia menghangatkan bumi yang sampai kemarin selalu diguyur hujan. Para siswa terlihat sibuk berpacu dengan waktu, mempersiapkan diri mereka sebelum festival sekolah akhirnya digelar.
Sekolah telah disulap sehingga orang-orang yang berdiri di depan pintu gerbang dapat mengira bahwa pasar malam akan dibuka di sekolah itu.
Selangkah setelah melewati pagar, sisi kanan teras sekolah yang tadinya area parkir, telah diubah menjadi gerai-gerai yang menjual pakaian dan berbagai pernak-pernik menarik. Ada pula gerai yang membuka arena permainan, permainan menjatuhkan botol-botol plastik yang ditumpuk sedemikian rupa untuk dilempar dengan bola tenis. Jika ada orang yang bisa menjatuhkan tumpukan botol-botol plastik dengan sekali lempar, orang itu akan mendapatkan sebuah hadiah berupa boneka beruang.
Dari pagar, lurus ke area dalam sekolah, sampai akses menuju gedung olahraga, terdapat gerai-gerai yang menjajakan makanan ringan, makanan cepat saji, dan berbagai minuman menyegarkan. Gerai-gerai itu dibangun berderet membelakangi dinding sekolah.
Setelah masuk ke area dalam sekolah, pengunjung dapat melihat sebuah panggung yang membelakangi gedung olahraga. Panggung itu sudah dihiasi dengan tata lampu yang rumit dan beberapa kotak pengeras suara. Nantinya, di panggung itulah pengunjung dapat menyaksikan penampilan kelompok sandiwara sekolah, band dari siswa kelas tiga, Laura dan kawan-kawan, Knobheads – band ska yang sedang naik daun di dunia musik bawah tanah, serta tentu saja, Irene dan band pendukungnya.
Di sisi kiri jalan masuk ke area dalam sekolah, terdapat ujung koridor kelas-kelas di lantai dasar. Beberapa kelas dijadikan rumah hantu. Di sana, pengunjung dapat menguji seberapa besar nyali mereka. Sementara itu, kelas-kelas di lantai dasar yang lain diubah menjadi kedai-kedai dadakan. Ada kedai yang menjual makanan khas Italia, ada pula kedai yang menjual makanan tradisional.
Semua akses menuju lantai satu ditutup, diberi tanda besar-besar 'dilarang masuk kecuali siswa yang diantar satu pengurus acara dan satu orang guru'. Kelas-kelas di lantai satu sampai lantai empat dijadikan tempat penyimpanan barang-barang siswa juga tempat berganti pakaian.
Bagi para pengisi acara, mereka tidak perlu repot-repot untuk masuk melalui pintu gerbang yang pastinya nanti akan disesaki pengunjung. Ada pintu masuk khusus yang terletak di dekat gedung olahraga. Pagarnya terbuat dari besi baja setinggi empat meter. Tidak lebih tinggi dari dinding-dinding yang mengurung area sekolah itu, lima meter tingginya. Akses menuju gedung olahraga dan pintu masuk khusus itu dijaga oleh barisan pengurus acara dan barisan seperti barikade dari bambu yang ditutupi kain besar berwarna hitam agar tidak ada pengunjung yang mencoba menerobos.
Sekitar satu jam lebih lima belas menit sebelum waktu menunjukkan pukul empat sore – waktu digelarnya festival sekolah. Kehadiran Ivan, Rina, Laura dan yang lainnya tidak terdeteksi baik di sekitar gerbang maupun area dalam sekolah. Mereka sedang berjalan dari rumah Ivan menuju sekolah bersama-sama. Mereka habis bersantai menghilangkan ketegangan.
Alat-alat musik mereka sudah diletakkan di dalamgedung olahraga yang memang dipergunakan sebagai tempat penyimpananbarang-barang, atau tempat bagi para pengisi acara untuk mempersiapkan dirimereka sebelum tampil di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berita Kematian Sahabat
Mystère / ThrillerLucky, seorang bintang satuan reskrim, teringat awal pertemuannya dengan sepasang kekasih, Ivan dan Rina, setelah dia selesai membaca sebuah berita penemuan mayat di internet. Pertemuannya dengan Ivan dan Rina kala itu menjadi latar belakang dalam s...