Bagian 17

11 1 0
                                    

"...kepolisian berhasil mengamankan dua dari empat pelaku pembegalan yang hampir tewas dikeroyok massa di Jalan Pondok Asri, Taman Asri Timur, siang tadi. Dua begal ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa saat aparat keamanan tiba di lokasi. Sebelum dihakimi, para pelaku tadinya hendak merampas sepeda motor milik pria. Ketika aksi pembegalan berlangsung, korban yang merupakan seorang pegawai pabrik Cemara Textile, melawan para pelaku dan mendapatkan sabetan parang sebelum akhirnya mati di lokasi. Melihat kejadian tersebut, warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian meneriaki lalu memburu pelaku hingga tersudut dan mulai memukuli..."


Pukul sebelas lewat lima belas malam, Laura belum juga tiba di rumah. Ibu dan ayah sang idola sedang duduk di atas sofa sambil menyaksikan siaran berita yang cukup membuat mereka mencemaskan anak gadis itu. Sebelum berangkat, gadis itu berjanji pada mereka bahwa dia sudah ada di rumah pada pukul sebelas kurang lima belas menit. Sang ibu semakin panik ketika dia mencoba menghubungi Laura namun mendapati bahwa nomor telepon gadis itu sedang tidak aktif. Ayah Laura berusaha menenangkan sang ibu kemudian menyarankan untuk mencoba menunggu lebih lama lagi.

Lima belas menit sebelum pukul dua belas malam, orang tua gadis itu masih belum mendapatkan kabar apa pun. Telepon pintar ibu Laura masih membisu. Sang ayah masih tetap tenang dan mengusulkan untuk menghubungi rumah yang anak mereka datangi, atau Ivan, atau Rina. Tanpa membuang waktu, sang ibu langsung mencari kontak Ivan yang sempat dia tanyakan sebelum anak gadisnya pergi sore tadi. Setelah dapat, dia segera melakukan panggilan telepon. Tidak lama kemudian, sambungan telepon terhubung.

"Malam, Ivan? Maaf ganggu...ini mamanya Laura."

"Malam...iya, ada apa ya, tante?"

"Laura sudah pulang dari rumahmu?"

"Sudah tante...dari jam sepuluh kurang kalau nggak salah."

"Itu anak belum ada di rumah juga...tante khawatir..."

"Aku coba telepon dia deh..."

"Tante sudah coba...tapi nomornya nggak aktif...duh..."

"Hmmm...tante tenang dulu ya...aku coba kasih tahu Rina juga deh...mungkin dia sempat dapat kabar dari Laura sebelum nomornya nggak aktif."

"Oke deh...tante tunggu kabar dari kamu ya..."

"Siap, tante...pokoknya tante tenang dulu ya..."

Ibu Laura memutuskan sambungan telepon tersebut. Sang ayah masih berusaha untuk berpikir jernih. Dia meminta istrinya yang terlihat semakin panik untuk menghubungi manajer Laura, Boy. Ibu Laura menurut. Warna putih di kedua bola mata sang ibu mulai memerah. Bibir bawahnya mulai bergerak dan mendorong bibir bagian atas. Dia hampir menangis. Dengan sekuat tenaga, ibu Laura berusaha untuk mencegah rasa khawatirnya berubah menjadi kesedihan.

"Malam, bu?" tanya Boy sopan.

"Pak Boy, Laura belum pulang dari rumah temannya...Pak Boy sempat dikasih kabar dari Laura nggak?"

"Waduh...dari pagi tadi saya sama Irene, bu...berkabar sama Laura juga kira-kira setengah enam pagi tadi..."

"Yah...Laura kemana ya?" tangis ibu Laura pecah.

"Ibu tenang dulu..."

Ayah Laura merampas telepon pintar dari sang ibu yang sudah tidak bisa lagi meneruskan pembicaraan.

"Iya pak Boy...dia janji pulang ke rumah sebelum jam sebelas..."

"Emang tadi ke mana? Ibu atau bapak tahu?"

"Ke rumah Ivan, temannya waktu SMA dulu."

"Sudah dicoba ditelepon si Ivan itu?"

"Sudah...tapi dia bilang Laura sudah pulang."

Berita Kematian SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang