Ketenangan yang terusik

8.4K 382 27
                                    


Chapter 1 : Disturber the clam






Chapter 1 : Disturber the clam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PYAAR

PRANKK

PYARRR

Suara pecahan serta benturan barang-barang yang terbuat dari keramik maupun kaca terdengar sangat memekakkan telinga. Hal itu dapat terdengar sampai kesegala penjuru ruangan, sehingga mengusik seorang gadis yang tengah terlelap damai dikamarnya. Tak membutuhkan waktu yang lebih lama lagi, kelopak mata yang dihiasi oleh bulu mata lentik itu terbuka perlahan dan memeperlihatkan manik hijau Emeraldnya yang terlihat sejuk seperti rerumputan segar saat musim semi.

Namun tidak seperti pancaran mata yang biasa ada pada orang baru bangun tidur. Dalam pancaran mata Emerald itu ada sesuatu yang tampak berbeda, sebuah pancaran yang tidak biasanya terlihat pada anak perempuan seusianya. Dimana pasti terdapat suatu pancaran masa muda yang bergejolak setiap membuka mata untuk memulai aktifitas yang mengasyikkan.

Pancaran mata itu terlihat kosong dan sedikit redup, seakan tidak ada gairah kehidupan disana. Namun sekilas kedua mata itu menampakkan kilatan dendam yang amat dalam dan ambisi yang kuat. Bercampur menjadi satu hingga memperlihatkan tatapan tajam yang mencerminkan akan sebuah tujuan yang harus ia capai.

Terlinganya dapat mendengar pecahan barang-barang dari luar kamarnya. Dengan berdecak malas, gadis itu bangun dari posisi terbaringnya menjadi duduk diatas ranjangnya dan melirik jam elektrik berwarna hitam yang terletak dimeja samping ranjangnya.

'Jam tujuh?.'

Tidak mau berlama-lama berdiam diatas ranjang, gadis itupun segera melangkah menuju kamar mandinya untuk memulai ritual paginya tanpa memikirkan suara pecahan berbagai barang yang sangat berisik itu.

-,

"SEHARUSNYA KAU YANG SELALU MEMANTAUNYA BODOH." Teriakan seorang Wanita terdengar ditengah kebisingan barang-barang yang ikut dilemparkannya kelantai.

"KENAPA AKU, SEHARUSNYA KAU. KAU ADALAH IBUNYA." Disusul sebuah teriakan lain menjawab teriakan dari seseorang wanita paruh baya yang menampakkan ekspresi geram.

"TAPI KAU JUGA AYAHNYA." Teriak seorang wanita bersurai pirang bernama Tsunade yang masih kekuh dengan asumsinya dan tidak mau kalah. Dirinya begitu penat menghadapi pria dihadapannya yang selalu melimpahkan segala urusan putri semata wayangnya hanya kepadanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tsuyoi On'nanoko [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang