Masa Lalu

1.6K 143 11
                                    

Chapter 10 :  FLASBACK










SAKURA POV

Aku melangkahkan kedua kakiku dengan pelan memasuki area sekolah yang sudah aku idam-idamkan sejak dulu. Tentunya dengan penuh perjuangan agar aku bisa memasuki sekolah super elite itu meski hanya dengan uang aku bisa memasukinya. Dan keinginanku sangat ditentang oleh kedua orang tuaku karena mereka lebih menyukai aku melaksanakan home schooling dari pada sekolah disini, tapi aku tetap mencoba menyakinkan mereka dengan mengatakan akan memasuki KSHS dengan usahaku sendiri, dan akhirnya berhasil juga.

Setelah keluar dari mobil Limousine yang aku naiki dengan perasaan bercapur aduk. Bagaimana tidak! Setelah aku keluar, banyak yang menatapku dengan berbagai pandangan yang dapat aku artikan, dan lebih banyaknya mereka memandangku dengan pandangan tidak percaya, aku tau itu.
Karena aku mengenakan kacamata bulat tebal dan surai Merah mudaku yang panjang ini aku kepang dua. Sebenarnya ini bukan keinginanku untuk berpenampilan seperti ini. Hanya saja ini adalah sebuah syarat yang diberikan oleh kedua orang tuaku jika aku ingin tetap bersekolah disini. Dan dengan terpaksa aku harus menerimanya bukan.

Seminggu sudah aku menjalani MOS dan pembagian kelas sudah ditetapkan, namun aku masih tidak memiliki teman. Tapi meskipun begitu, yang paling penting mereka tidak menggangguku.

Namun ternyata sikap diamku salah. Setelah beberapa bulan aku bersekolah disana, ada beberapa anak perempuan yang bisa dibilang primadona sekolah menindasku. Aku yang tidak tau apa-apa ketika ada salah seorang siswa yang menyuruhku untuk pergi ke belakang sekolah setelah bel pulang berbunyi. Dan sesampainya disana, aku ditindas dan dilempari telur serta tepung oleh beberapa siswi.

Sifatku yang pada dasarnya lemah tidak bisa melakukan apa-apa saat itu. Hanya menangis dan menyuruh mereka untuk menghentikan perbuatan mereka padaku. Aku tidak tau apa salahku, tapi mereka tidak mendengarkanku sampai ada seorang anak laki-laki yang datang dan menegur mereka.

Aku tidak dapat mengetahui siapa dia Karena pandanganku kabur oleh tepung dan telur yang menutupi kacamata yang kugunakan.

“Kau tidak apa-apa?”

Suara yang begitu ramah itu terdengar di gendang telingaku. Aku yang tidak bisa melihat wajahnya hanya bisa menganggukkan kepalaku, meski diiringi oleh isakan tangisku yang tidak bisa berhenti.

“Jangan menangis! Ada aku disini, semuanya akan baik-baik saja.” 

Dan anak lelaki itu mencoba membantuku berdiri dan menggiringku menuju toilet perempuan.

Didalam toilet yang kulakukan hanyalah menangis dan menatap pantulan diriku pada cermin wastafel. Sungguh terlihat kacau dan mengenaskan.

Cukup lama aku membersihkan wajahku dari tepung dan telur yang baunya cukup menyengat di hidungku.

Setelah kurasa lebih baik, aku keluar dari toilet dan terkejut saat dihadapanku ada seorang lekaki yang aku yakini dia adalah seorang ketua Osis.

“Sudah lebih baik?”  tanyanya dengan nada khawatir dan sorot akan kelembutan di setiap nadanya.

Aku sempat terpana saat menatapnya, namun juga malu karena dia melihat kondisiku yang seperti ini,
Ha-haik, Senpai,”  ucapku dengan gugup dan tidak berani aku menatap wajahnya. Sesaat kedua Emeraldku terbuka lebar saat merasakan sentuhan di puncak kepalaku. Hingga aku memandangnya tidak percaya. 'Barusan di-dia mengelus Ke-kepalaku?'

“Ayo, kuantar pulang.” 

Mendengar ajakannya, aku sungguh malu dan gugup. Aku menggelengkan kepalaku dengan gugup, tidak ingin sekali aku menyusahkan orang lain yang baru aku temui, “Ti-tidak usah Senpai-,“

Tsuyoi On'nanoko [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang