8. Emosional

33 4 1
                                    

"Bukan musuh yang akan hancurin kita, tapi emosi kita sendiri"

Ketiga gadis cantik itupun berjalan menuju kantin dibarengi dengan candaan-candaan receh mereka. Bukanlah hal yang sulit bagi Ataila untuk bergaul dengan sesama. Ia sangat pandai meleburkan diri dengan orang yang baru dikenalnya.

Bukkkk..

Sebuah bola basket berhasil menghantam keras kepala seorang gadis berambut coklat gelap, sehingga membuatnya tersungkur ketanah.

"Ya ampun Gizka" teriak Andani segera membangunkan Agizka.
  
"Lo nggak papa?"

"Nggak kok"

"Kaki lo berdarah"

"Gue nggak papa An"

Sementara itu, Ataila mengejar bola basket yang baru saja mengenai kepala sahabatnya. Ia pun berhasil meraih bola tersebut. Mata indah miliknya menatap tajam seorang cowok berfostur tubuh tinggi, berhidung mancung, berkulit kuning langsat, bola mata bewarna coklat tua, dengan penampilan yang urak-urakan rambut yang acak acak-acakan, baju yang dikeluarkan, tidak memakai dasi, baju dengan kancing yang sengaja dibuka yang berhasil menampilkan baju dalamnya. Tapi sayangnya sangat tanpan.

"Balikin bolanya!" seru cowok itu seraya berusaha merebut bola dari genggaman Ataila.

"Balikin sekarang!" bentaknya

"Nggak, sebelum kamu minta maaf sama temen aku"

"Ck.. Lo mau cari masalah sama gue?"

"Kenapa emangnya? Takut?" tantang Ataila.

"La, udah gue nggak apa-apa!" bisik Agizka yang dipegangi oleh Andani.

"Nggak Giz, cowok kayak gini harus diajarin sopan santun" jawab Ataila yang berhasil membakar emosi lelaki itu.

"Apa lo bilang? Mau cari mati lo?" ucap cowok itu, kemudian mengangkat tangannya hendak nenampar Ataila.

Ataila pun tertunduk sambil memejamkan matanya, mempersiapkan diri merasakan perih dipipinya. Namun ada yang janggal, ia tak merasakan sakit sedikitpun. Mengapa bisa demikian? Dengan rasa penasaran, ia pun perlahan-lahan membuka matanya dan langsung membelalakkan matanya ketika melihat sebuah tangan yang mencegah tangan cowok tadi dengan wajah datarnya.

"Jangan cuma beraninya sama cewek" ucap pemilik tangan itu.

"Loh si es Antartika?" gumam Ataila.

"Gue nggak punya masalah sama lo!" bentak Aksa.

"Tapi gue maunya cari masalah sama lo!" jawab Awan dengan wajah datarnya.

"Cuma banci yang berani nyakitin cewek" lanjutnya.

"Berarti dia banci dong, karena berkali-kali nyakitin aku" batin Ataila

  Bukkk...

Sebuah pukulan keras meluncur bebas di sudut bibir merah milik Awan, yang membuatnya tersungkur di tanah. Secepat mungkin Awan pun bangkit lalu membalas pukulan itu dengan habis-habisan, membuat lawannya tak berkutik sedikitpun.

Ratusan siswa pun mengerumuni mereka, didominasi oleh kaum hawa yang termasuk para fans dari dua most wanted sekolah. Yang tentunya begitu histeris melihat kondisi idola mereka masing-masing.

Gazza dan Gidran yang mengetahui berita perkelahian ini dari para lambeturah di kelasnya pun langsung berlari menuju lapangan, dimana sahabatnya kini telah bergelut dengan seorang cowok yang dikenal dengan biang kerok sekolah. Sebetulnya ia merasa sangat heran dengan tingkah sahabatnya itu kali ini. Tak seperti biasanya yang selalu tampil mengendalikan emosinya dan berfikir dengan kepala dingin.

Dengan sigap Gazza dan Gidran pun menyelinap masuk ke bahan tontonan para siswa siswi di sekolahnya itu.

"Udah udah.. Kalian berhenti sekarang!!" ucap Gidran berusaha memisahkan Awan dari Aksa

"Wan lo mikir dong kalau mau bertindak. Kok lo beda sih? Lo kenapa njirr?"

Terlihat Awan yang kini mulai mengendalikan emosinya. Sebetulnya ia merasa bersalah melihat tampilan seorang Aksa Gerald Angkasa saat ini yang begitu mengerikan. Dengan darah yang mengalir dihidungnya, luka lebam di sudut matanya dan setetes darah di ujung bibir merah tuanya.

"Woi curut udah ye, udah. Bentar lo cermin muka lo, liat tu muka lo udah kayak zombie ngesot tau nggak?" ucap Gazza sambil menepuk-nepuk punggung Aksa
yang acak

"Oke...oke kali ini mungkin lo boleh merasa menang. Tapi, liat aja nanti lo bakal dapat balasan yang lebih. Jangan pernah berfikir kalau urusan kita udah selesai" ucap Aksa lalu berlalu meninggalkan ratusan siswa siswi yang telah mengerumuni mereka guna menyaksikan para most wanted di SMA Tunas Muda itu.

Gidran menatap tajam kearah Awan, sedang Gazza menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo kenapa sih? Aneh banget tau nggak?" tanya Gidran sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Awan hanya terdiam dengan wajah datarnya sambil melirik kearah seorang gadis yang menunduk sedari tadi dengan wajah yang pucat. Sepertinya ia begitu ketakutan melihat pertarungan tadi.

Awan pun melangkah mendekati gadis manis tersebut dan menarik tangannya menjauhi kerumunan siswa yang menatap mereka dengan tatapam yang berbeda-beda.

"Hei, lepasin tanganku sekarang!" seru gadis itu.

"Awan sakit lepasin!" serunya lagi namun sedikit lebih lembut dengan suara paraunya. Yang membuat Awan melepaskannya.

Ditatapnya gadis itu dengan begitu tajam seakan mengintimidasi lawannya. Gadis yang merasa ditatap itu pun perlahan mendongakkan wajahnya hingga manik mata keduanya bertemu.

"Lo tuh apa-apaan sih? Mau jadi pahlawan di siang bolong?" bentak Awan dingin.

"Nggak kok mau buat cowok tadi tau kalau yang dia lakuin itu salah" jawab gadis itu

"Nggak usah sok jadi pahlawan kalo lo sendiri nggak bisa jaga diri. Malu-maluin tau nggak?" ucap Awan lagi.

"Aku nggak terima kalau ada orang yang berbuat jahat didepan mata aku"

"Kenapa nggak sekalian aja lo jadi wonder woman biar semua orang bisa perhatiin lo. Itu kan yang lo mau diperhatiin sama orang-orang, cari muka. Iya kan? Licik, tau nggak?"

Pakkk....

Sebuah tamparan melayang dengan keras dipipi Awan. Wajah Ataila terlihat sangar, parasnya memerah seperti seekor induk singa yang terluka.

"Udah cukup yah kamu ngelakuin hal seenaknya semau kamu! Udah cukup kamu ngatain aku yang nggak-nggak. Aku bukan cewek gampangan seperti yang kamu pikirkan" ucapnya dengan penuh amarah

"Jangan cuma otak kamu yang kamu sekolahin. Tapi, mulut kamu juga" ucap Ataila kemudian berlari meninggalkan Awan yang kini mengusap wajahnya kasar. Bingung akan apa yang terjadi pada dirinya.


Hayooo semuanya!!!! Gimana ada perkembangan nggak?

Kenapa tuh sama Bang Awan? Kok galak Bener?

   

Awan Dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang