"Pertemuan. Satu kata berjuta makna, pasangan serasi dari kata perpisahan"~Awan & Langit
Ataila pun berjalan menuju garasi rumahnya, lalu mengambil sepeda berwarna putih bercampur biru muda sesuai dengan warna kesukaannya.
"Loh.. non sepedanya mau diapakan?" Tanya mang Tatan yang terlihat bingung.
"Mau dipake mang" jawabnya polos.
"Emang non nggak mau dianterin lagi sama mamang?"
"Nggak gitu kok mang, hari ini Aila nya mau naik sepeda aja"
"Gitu ya non? "
"Iya mang"
"Iya udah non siap laksamanakan"
"Laksanakan mang"
"Laksanakan maksudnya non"
"Yaudah Ataila berangkat dulu ya Mang"
"Siap non"
***Di rumah megah bak istana khayalan, seorang cowok terlihat terburu-buru memasang sepatunya lalu berlari ke garasi rumahnya.
"Pagi den Awan" sapa kang Thoha satpam di rumahnya.
"Pagi kang, maaf saya lagi buru-buru" ucapnya sambil mengeluarkan mobil pajero berwarna hitam dari garasi rumahnya.
"Pergi dulu kang" pamitnya lalu dengan secepatnya menancap gas mobil itu.
Ia terus saja fokus pada jalanan sambil melirik jam yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya.
"Kok bisa telat banget sih" gerutunya.
Ya sekarang telah menunjukkan pukul setengah delapan, seharusnya ia tiba di sekolah tepat pada saat ini. Namun nasib berkata lain, seharusnya ia siap menerima omelan dari pak Anwar si guru berkumis lebat dengan wajah mengerikannya.
Meskipun ini bukan pertama kalinya pemuda itu telambat ke sekolah. Dulu ia pernah telat saat ia harus menghantarkan orang tuanya ke bandara. Awan adalah anak dari salah-satu konglomerat terkaya di Indonesia, ayahnya memiliki banyak perusahaan dan memiliki saham terbesar di kotanya. Tidak hanya didalam negeri ayahnya juga memiliki banyak perusahaan yang di ajaknya untuk bekerja sama di luar negeri seperti di Thailand, Malaysia, Cina, Singapura bahkan ada juga di Korea. David Hady Muazzam nama yang begitu tidak asing dikalangan para pengusaha dengan sifat tegas dan bijaknya.
Pemuda itu semakin menambah kecepatan mobilnya, saat jam tangannya menunjukkan lima menit lagi jam delapan.
Ia memang harus menerima konsekuensi dari efek begadangnya semalam. Semalam kedua matanya tak sempat terpejam, di rumah sakit ia harus setia menunggu ibu keduanya. Tante Ima yang biasa disapa bunda oleh Awan, adik dari mamanya. Sejak kecil Bunda Ima lah yang merawatnya saat mamanya harus menjadi istri yang setia menemani ayahnya dan juga mamanya adalah seorang wanita karier yang tentunya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan pekerjaannya dibandingkan kepada putra semata wayangnya.
Awan Khafif Muazzam, pemuda tampan bertubuh yang hampir dikatakan sempurna oleh para wanita dengan wajah tampannya, giginya yang putih bersih dan tertata rapi, bibir berwarna merah muda, hidung bangir yang minimalis, rahang tegas yang mendukung tampang dinginnya, bola mata hazel dengan tatapan tajam bak tatapan elang yang tentu akan membuat orang tak tahan menatap ciptaan sesempurna itu. Ditambah dengan lengkungan alisnya yang sempurna. Sepertinya Sang Pencipta begitu bahagia saat menciptakannya sehingga menghasilkan makhluk setampan Awan.
Tidak hanya bentuk fisik yang membuat para wanita begitu tergila-gila padanya, tapi juga kecerdasan yang dimilikinya. Hingga ia menjadi juara umum dua tahun berturut-turut di sekolahnya.
Hanya saja seorang Awan Khafif Muazzam adalah sosok lelaki dingin dan sangat menjaga interaksi dengan sesama, hingga belum ada seorang wanita pun yang berhasil merebut perhatiannya.
KLICKKK......PRAKKKK
Suara rem dan dentuman keras pun terdengar. Membuat Awan menghela napas sebentar, lalu membuka pintu mobilnya, kemudian berjalan menghampiri seorang gadis yang sedang terduduk di pinggir sepedanya.
Gadis itu terus saja mengomel sambil mengadu kesakitan.
"Auu..Kalau nyetir pake mata dong jangan seenaknya aja. Emang kamu bisa beliin nyawa buat aku" ucap gadis itu sambil mengipas luka yang ada pada betis dan lututnya.
Awan tidak salah dengar kan? Aku Kamu? What!!! Jaman sekarang masih ada makhluk yang menggunakan panggilan sesopan itu? Terserah lah, masa bodo menurut Awan.
"Ngapain cuma bengong kek gitu?? Bantuin nggak!! Nggak ngerasa bersalah banget sih jadi cowok" omelnya sambil mengarahkan tangannya kepada sang pemuda yang membuatnya harus mencium tanah air sepagi ini.
Bukannya meraih tangan gadis itu Awan malah sibuk mengoreh saku celananya.
"Nih buat beli obat dan seragam baru" ucapnya lalu memberikan beberapa lembar uang bergambar presiden pertanyaan dan wakilnya kepada gadis itu.
"Kamu pikir luka aku bisa kamu beli dengan uang. Dengar yah! aku nggak butuh uang kamu."
"Kenapa belum cukup?? Perlu gue tambahin??" Potongnya.
"Kamu pikir semua bisa kamu beli dengan uang?? Asal kamu tahu aku nggak butuh uang kamu" ucap Gadis itu kemudian melempar uang itu ke wajah Awan.
"Aku cuma mau dengar kamu bilang maaf ke aku sekarang!!"
"Malas banget disinikan bukan gue yang sepenuhnya salah, dia yang nyebrangnya nggak pake mata" batin Awan.
"Minta maaf nggak atau aku teriak sekarang!!!"
"Sorry gue buru-buru" jawabnya sembari memungut lembaran uang yang berhambur kemudian memasukkan di keranjang sepeda milik gadis itu.
"Wooii tunggu!!! Dasar cowok songong nggak berperikemanusiaan. Aku nggak butuh uang kamu. Woyy!!!!!" Teriak gadis itu yang membuatnya menjadi pusat perhatian oleh para lalu lalang.
Dilihatnya gadis yang ditabraknya itu dari spion mobilnya. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hati Awan, namun rasa gengsi nya mengalahkan semua rasa bersalah itu.
***Gimana kesel nggak sama si kepala batu Awan?
Kasihan yah si Ataila manis.Gimana gaess lanjut nggak ceritanya? Atau udahan?
Pliss komentnya gaess biar aku juga semangat nulisnya.
Hati ku cedihhh kalau nggak di respons.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Dan Langit
Novela Juvenilcerita tentang gadis yang bernama Langit Ataila Anwa seorang siswi baru di sekolah unggulan SMA Tunas Muda dan bertemu dengan sosok lelaki dingin yang sangat tampan tetapi begitu menyebalkan bernama Awan Khafif Muazzam dengan hal-hal yang tak disang...