14. Ditimang

35 3 4
                                    

Mungkin ini konyol, tapi terima kasih karena telah mencegah gravitasi menjatuhkan diriku. Meski Pada akhirnya Kau yang menjatuhkanku

-Langit Ataila Anwa-

Tak terasa sudah dua bulan lamanya Ataila menjadi bagian dari SMA TUNAS MUDA. Ia mulai merasa nyaman disini, mendapat banyak teman, terutama mendapat sahabat seperti Agizka dan Andani.

Seorang siswi berjalan ke depan papan tulis. Ya dia Lutfiah sang sekretaris kelas.

"Baik teman-teman mohon perhatiannya sebentar" ucapnya sambil mengetuk-ngetuk papan tulis menggunakan penghapus.

Seketika suasana menjadi henin, mata siswa kini tertuju padanya. " Baik, berhubung karena mau diadakan lomba ABC (A Beautiful Class ), maka dari itu diharapkan simpati teman-teman sekalian untuk merenovasi kelas kita. Oke!" Ucapnya lalu hening sejenak.

Hingga suara dari makhluk tak tau malu bernama Gazza terdengar. "Yeyyy..... kagak belajar.....yeyyy" ucapnya sambil bergoyang-goyang tidak jelas.

Suasana yang tadinya hening kini pecah akibat kekonyolan Gazza.

***

Ditengah keasyikan mereka bergosip ria, Awan pun memasuki kelas diikuti oleh dua orang siswa dengan membawa berbagai macam alat dan bahan seperti cat, kuas dan lain sebagainya.

Awan yang jabatannya sebagai ketua kelas pun kini menghandle teman-temannya. Khusus untuk putra men-cat tembok, dan putri hanya membantu.

"Gimana letak jamnya udah lurus nggak?" Tanya Gazza dari atas meja yang disusun.

"Belum" jawab Agizka bosan, karena sedari tadi Gazza dengan sok jagonya mengatakan bahwa ia bisa memasang jam dinding tersebut dengan sekali sentuhan, namun kini entah sudah berapa lama ia berdiri di atas sana.

Tiba-tiba Ataila menghampiri kedua orang tersebut "Gazza, sini biar aku yang pasang, dari tadi kamu disitu tapi nggak kepasang-pasang juga" ucapnya.

"Bahaya La, nanti lo jatoh" ucap Gazza

Ataila tanpa berpikir panjang langsung menggoyang-goyangkan meja yang dinaiki Gazza, refleks itu membuat seorang Gazza terkejut.

"Gila lo La, nanti abang jatoh" tegur Gazza

Ataila tak peduli ia terus saja menggoyang-goyangkan meja tersebut "Bomat, ayo turun!"

Agizka yang sedari tadi hanya menonton kini menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah dua orang temannya itu.

"Udahlah La, lo kan cewek" ucap Agizka pada akhirnya.

"Biar cewek aku lebih bisa dibanding dia" ucap Ataila percaya diri, dengan tetap menggoyangkan meja yang dinaiki oleh Gazza.

Gazza akhirnya menyerah, hingga membuat Ataila tersenyum lebar.

"Yakin lo bisa?" Tanya Gazza sedikit ragu. Biar bagaimana pun Ataila adalah temannya. Dan Ataila seorang perempuan.

"Yee ngeremehin" jawab Ataila, kemudian naik ke atas meja yang tadi dinaiki oleh Gazza. Sedikit sulit memang, melihat kondisi tubuh Ataila yang lumayan pendek. Namun, ia berhasil naik dan sukses memasang jam tersebut dengan sempurna.

"Gimana?" Tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Keren lo La, cocok jadi kuli bangunan" ucap Gazza sambil nyengir lebar, membuat bibir Ataila mengerucut. Begitu mengemaskan.

Ataila pun bergegas turun dari meja tersebut, namun, salah satu kaki meja tersebut bergeser hingga tubuh mungil Ataila terjatuh. Terdengar teriakan teman-temannya.

Ataila menutup rapat matanya, bersiap-siap merasakan sakit dibokongnya. Tapi tunggu setelah beberapa detik berikutnya ia belum merasakan sakit apa-apa.

"Buka mata lo!" Suara dingin milik seorang cowok terdengar di telinganya. Dengan cepat Ataila membuka matanya dan begitu terkejut ketika kedua manik matanya bertubrukan dengan manik mata cowok itu. Awan.

Suasana kelas yang tadinya ramai kini menjadi hening akibat menyaksikan sang ice Prince tengah menggendong seorang gadis mungil bernama. Langit Ataila Anwa.

Ataila hanya terdiam, ia bingung harus berbuat apa. Ini pertama kalinya ia berada di situasi seperti ini. Tepatnya pertama kali digendong cogan.

"Ngapain bengong?" Tanya Awan dengan ekspresi datarnya. "Sumpah berat" lanjutnya, yang sukses membuat wajah Ataila berwarna merah padam karena malu.

Tiba-tiba saja dengan entengnya Awan melepaskan gendongannya hingga sukses membuat bokong Ataila mencium kerasnya lantai.

Seluruh siswa pun memperhatikan keduanya. Ada yang secara terang terangan menertawai Ataila, ada yang menahannya, dan ada yang menatapnya prihatin. Seperti kedua sahabatnya dan kedua sahabat Awan.

"Udah gila ya lo Wan? " ucap Andani emosi, melihat tingkah sepupunya itu.

Dengan mata berkaca kaca Ataila pun bangkit dengan bantuan Agizka dan Andani. "Ngapain ditimang coba kalau pada akhirnya dibuang" keluh Ataila.

Awan hanya diam, dan tanpa rasa bersalah sedikitpun, ia melangkah meninggalkan mereka semua.






Hello haiiiii yupss di baca kuy.

Gimana perkembangan Awan dan langit? Ada kemajuan nggak?

Jan lupa ye klik bintang kecil yang ada di pojok kiri. Okayyy. Di koment kuyyy!!!

Awan Dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang