10. konsekuensi

34 3 0
                                    

"Setelah buat suatu kesalahan yah harus siap dong menerima konsekuensinya"

"Wan gue pengen ngomong" ucap Gindran yang di ikuti dengan anggukan kepala Gazza. Yang membuat Awan bergegas meninggalkan UKS setelah menatap sekilas kearah gadis yang sepertinya mulai tersadar dari pingsannya.

Mereka bertiga pun melangkah meninggalkan UKS menuju ke suatu tempat yang cukup sepi, tempat dimana mereka biasa menghabiskan waktunya jika jam kosong, atau mood mereka sedang tidak baik. Yakni di rooftop sekolah.

"Lo udah ke BK? Cepet amat yah?" tanya Gazza dengan wajah polosnya.

"Lo maunya gue nginep di BK?"

"Ya.. Nggak gitu, cuman aneh aja, ngapain aja lo di dalem?" tanya Gazza lagi

"Ho'oh, gimana keputusan guru, lo nggak di skors kan?" tanya Gidran yang memandang lurus ke depan memandangi hamparan ibu kota di siang hari.

"Beasiswa gue di cabut" jawab Awan lirih, terdengar jelas nada kecewa di balik ucapannya.

"WHAT?" ucap mereka serempak.

"Masa sih guru-guru tega asal cabut aja beasiswa lo. Inikan pelanggaran pertama lo?" ucap Gidran tak habis pikir.

"Nggak adil banget yah? Aksa yang udah hampir ribuan kali ngelakuin pelanggaran bisa bebas gitu aja tanpa hukuman, gimana anaknya nggak ngelunjak coba?" tambah Gazza

"Mentang-mentang anak dari pemilik sekolah, eh tapi bukannya bokap lo juga pemilik saham terbesar buat ngebantu sekolah ini kan? Lo bisa aja kan minta bantuan ke bokap lo biar pihak sekolah ngebatalin penyabutan..." ucap Gazza yang tiba-tiba terpotong akibat Gidran yang menatapnya tajam.

"Nape lu natap gue kek gitu? Mau homo lu?"

"Gue lanjut ya Wan, gini maksud gue lo tinggal ngomong ke boka.."

"Berhenti bahas makhluk itu di depan gue" bentak Awan. Yang membuat Gazza tersadar akan apa yang barusan ia katakan. Yaitu hal yang sangat sensitif bagi Awan yakni orang tuanya.

"Maaf bro, gue khilaf, beneran sumpah!!!" ucap Gazza denga puppy eyes-nya. Andai saja ia bukan sahabat Awan sedari kecil mungkin ia tak akan pulang dengan wajah yang selamat.

"Makanya kalau mau ngomong mikir-mikir dulu, jangan langsung nge-gas aja" ucap Gidran berusaha menahan tawa.

"Tapi kok lo bisa cepat banget keluar BK sih? Sumpah penasaran gue, biasanya kan kalau anak lain pada masuk BK sampe berjam-jam didalem nerima siraman rohani" celutuk Gazza lagi. Gidran yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue lanjut berantem di BK bareng di Aksa"

"WHAT? PARAH BANGET LO!" ucap Gazza histeris.

"Terus?" tanya Gidran

"Gue dihukum bareng si banci itu sama pak Mus"

"Di jemur di bawa tiang bendera?" tebak Gidran, karena sudah terkenal bahwa hukuman yang paling sering diberikan oleh guru BK-nya yakni hukuman itu.

"Lo nggak takut,ketahuan lari?"

"Bodo amat" jawab Awan enteng

"Terus si curut kemana sekarang?" tanya Gazza yang mungkin kambuh lagi sifat keponya.

"Ntah"

"Yang sabar ya lo gue ngerti kok gimana perasaan lo, Wan" ucap Gazza lagi dengan tampang menyeramkan, mencoba memeluk Awan.

"Najis lo!!"


Yang sabar bang Awan. Kasian ya? Udah kehilangan beasiswa.

Gimana lanjut nggk nih?

Awan Dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang