18. Maminya Awan

19 2 0
                                    

Kini semua siswa kelas XII MIPA 1 kini sedang mendengarkan pembagian kelompok PPKN oleh Bu Nia, tugas kelompok dimana dalam satu kelompok terdiri dari dua orang yang bertugas untuk menggali informasi dengan cara melakukan observasi langsung ke lingkungan luar mengenai keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka.

Sebagian besar siswa kelas XII MIPA 1 telah mengetahui pasangan kelompoknya, hanya dua siswa yang tersisa. Ya, mereka Ataila dan Awan.

Bu Nia tersenyum melirik dua siswa tersebut bergantian, "Awan Khafif Muazzam berpasangan dengan Langit Ataila Anwa" ucapnya kemudian.

Kemudian pandangan guru yang masih kelihatan awet muda itu mengarah ke arah murid-muridnya. "Bagaimana, kalian semua setuju dengan pasangannya?" Tanyanya

"Ihhh ibu, kok Awan sama si muna' sih? Harusnya sama saya! Lah ini sama cumi kering" Protes Vanesha sambil menatap sinis kearah Ataila kemudian berisik ngeri menatap sosok Gazza yang di tunjuk jadi teman sekelompoknya.

"Enak aja, cogan mirip Chayeol setampan gue lo katain cumi kering? Mata lo itu yang bisulan" Protes Gazza kesal dengan gadis sok cantik seperti Vanesha itu, siapa juga coba yang mau sekelompok sama cewek cerewet tukang pembuat masalah macam dia. Huft, kenapa ia harus sekelompok dengan gadis manja itu.

"Sudah-sudah keputusan ibu sudah bulat, Gazza Muchtar Lutfi itu pasangannya Vanesha Airy Abrary. Oke? Nggak ada protes protes lagi" putus Bu Nia.

"Semuanya sudah setujukan sama pasangannya?" Tanya Bu Nia sekali lagi, yang membuat Gazza dan Vanesha mendengus, mengapa bertanya demikian kalau pada akhirnya keputusan guru cantiknya itu tidak dapat diganggu gugat. Namun keduanya tetap mengangguk setuju seperti halnya dengan  semua murid di kelas itu. Ralat, ternyata ada dua murid yang tampaknya hanya terdiam, yang satunya menampilkan raut datarnya, yang satunya lagi dengan raut malu malunya. Membuat keduanya sukses menjadi pusat perhatian.

"Kenapa Aila, Awan? Kalian tidak setuju?" Tanya Bu Nia dengan menaikkan sebelah alisnya, membuat kedua orang tersebut menjadi gelagapan sendiri.

"Setuju kok Bu" jawab Awan terlebih dahulu, kemudian di ikuti oleh Ataila.

"Baik karena sekarang kalian sudah tahu pasangan kalian masing-masing, maka pelajaran pada hari ini selesai"

-
-
-

Setelah membersihkan diri dan makan sepulang sekolah tadi, kini sosok gadis cantik bernama Ataila turun dari taksi.

Gadis dengan menggunakan celana jeans hitam dengan kaos oblong berwarna putih serta sepatu berwarna senada dengan rambut yang dikuncir kuda itu kini berdiri tepat di depan gerbang rumah besar bak istana impian.

Terlihat seorang lelaki paruh baya berpakaian satpam menghampirinya.

"Lagi cari siapa neng?" Tanyanya ramah.

Ataila tersenyum kemudian menjawab dengan sopannya "Lagi cari teman saya pak, namanya Awan. Bener ini rumahnya?" Tanyanya sopan.

"Oo den Awan belum pulang atuh neng" jawab pak satpam yang membuat kening gadis manis itu berkerut.

Diliriknya jam yang melekat sempurna di tangannya. Sudah pukul 17.07. Sambil mengingat apakah Awan punya ekskul hari ini.

Ya Awan tidak hanya pintar di bidang akademik melainkan juga di non akademik.

"Tapi Nggak ada jadwal kumpul hari ini" batin Ataila. Karena di SMA Tunas Muda setiap hari selasa jadwal seluruh ekskul ditiadakan kecuali di keadaan yang cukup mendesak.

"Ya sudah neng nunggunya di dalam saja, kebetulan nyonya besar ada di rumah, mari saya antar" ajak satpam tersebut ramah.

Ataila pun mengangguk kecil, kemudian mengikuti langkah satpam yang Ataila ketahui dari papan namanya bernama  Abdul Thoha.

"Siapa kang?" Tanya seorang wanita paruh bayah yang masih kelihatan cantik. Kini Ataila tahu dimana Awan mendapatkan hidung dan bibir seperti itu ternyata dari wanita cantik itu yang kini berdiri tepat di depannya dan memandangnya dengan ramah.

"Temannya deng Awan katanya nyonya" jawab kang Thoha.

"Assalamualaikum tante" ucap Ataila sopan, kemudian mengalami tangan wanita itu.

"Waalaikumussalam, mari masuk kita bicara di dalam" ajaknya ramah.

"Iya tante" jawab Ataila kemudian mengikuti langkah wanita itu.

Diperhatikannya wanita dihadapannya itu, jika dilihat dari penampilan sepertinya ibu dari Awan itu ingin menghadiri sebuah acara penting saat ini. Membuat Ataila jadi tidak enak karena kedatangannya menghalangi waktu kepergian wanita itu.

"Kamu temannya Awan? Atau pacarnya?" Tanya Ratna setelah mereka sampai ke ruang tamu milik keluarga Muazzam.

"Sa saya teman sekelasnya tante" jawab Ataila sedikit malu.

Tiba-tiba Ratna tertawa, membuat Ataila mengerutkan keningnya bingung.

"Kok saya ngira kamu pacarnya Awan, padahal kan saya tau kalau dia itu kaku banget sama cewek" ucapnya yang membuat Ataila mau tidak mau ikut tertawa.

"Oh iya kenalin saya Ratna maminya Awan, kamu?" Tanya Ratna lagi.

"Saya Ataila tan"

Cukup lama hening hingga Ratna kembali membuka suara.

"Gimana Awan di sekolah? Bandel nggak?"

Ataila memandang wanita di depannya itu kemudian tersenyum lembut.

"Nggak kok tante, malah dia itu murid kesayangan para guru. Soalnya pintarnya nggak ketulungan" ucapnya diikuti dengan kekehan kecilnya.

Ratna tersenyum bangga mendengar hal itu. Ataila melihat raut bangga tercetak jelas di wajah wanita cantik itu.

"Iya dia memang anak yang pintar, saya sebagai orang tua bangga banget punya anak seperti dia" ucapnya tersenyum. Namun matanya menampakkan kesedihan. Membuat Ataila menjadi penasaran.

"Tapi yah, dia mungkin kecewa sama saya dan papinya. Bahkan mungkin benci" ucapnya dengan senyum miris, dan mata berkaca-kaca.

Ataila yang menyadari hal itu dengan sigap meraih tangan Ratna kemudian menggenggamnya.

"Ini semua salah kami orang tuanya dari kecil kami kurang peduli dengan dia, kami nggak ada di samping dia di masa pertumbuhannya yang sangat membutuhkan peran kami sebagai orang tua. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang dari kami, Saya menyadari hal itu dan itu adalah kesalahan terbesar saya sebagai ibunya. Saya dan papinya begitu menyayangi dia, ini semua kami lakukan demi dia" ucap Ratna lagi yang kini mulai terisak.

Ataila kini mengelus pundak Ratna pelan mencoba menyalurkan sedikit kekuatan dari genggaman tangannya.

"Tante nggak boleh sedih, Awan pasti nggak bakal benci sama tante, dia pasti sayang banget sama tante dan om. Cuma ia butuh sedikit waktu untuk berdamai tan. Jujur kami sebagai anak sebenarnya nggak akan merasa cukup bahagia hanya karena materi tapi kami juga butuh perhatian, kasih sayang dari orang tua. Awan cuma mau diperhatikan lebih oleh kalian" ucap Ataila yang seperti menohok hati Ratna, ya ia sadar betapa buruknya ia menjadi seorang ibu.

"Tante dan om  sibuk demi kebahagiaan Awan, tapi kalian harus ingat ada satu hal yang nggak bisa di beli di dunia ini dengan uang yaitu waktu. Luangkan sedikit waktu kalian buat dia, dia pasti butuh kalian disisinya, karena nggak ada anak yang ngerasa sempurna tanpa kasih sayang orang tuanya tan" lanjutnya, yang kini dibuat terkejut karena Ratna Tiba-tiba memeluknya erat sambil terisak.

"Makasih yah, kamu anak baik" ucapnya disela-sela tangisnya.

Awan Dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang