Frozen Love & Symphony Orchestra (bag 5)

151 16 1
                                    

   Malam baru saja datang. Josevan menepati janjinya. Pria tampan bermata biru itu sudah duduk di sofa ruang tamu. Penampilannya terlihat lebih rapi dan berkelas dengan rambut klimis, memakai kaos tebal warna navy dan jeans hitam. Layaknya sang pangeran tampan yang siap mengajak seorang putri untuk berkencan. Ia menunggu Kimberly turun dari kamarnya sambil sesekali membalas pesan di i-phone nya.
   Tak lama Kimberly pun turun dan menghampiri Josevan di ruang tamu.
   Josevan segera berdiri dan hendak beranjak ke pintu.
   "Hey.., apa kau tidak lihat? Aku tidak berganti baju dan tidak membawa tas?" Tandas Kimberly.
   Josevan menatap Kimberly. "Ya, aku lihat. Kupikir tidak ada masalah dengan itu, Kimberly?"
     "Please, Josevan. Aku...,"
     "Ada apa, Kimberly?"
     "Maafkan aku, Josevan. Sepertinya aku tidak bisa ikut denganmu. Maaf aku tidak bisa memenuhi undanganmu," Kimberly tertunduk menyembunyikan kesedihan dan matanya yang berkaca-kaca.
  "Why?" Tanya Josevan pelan meskipun ia sedikit terkejut mendengarnya. Ia menatap lekat Kimberly, seakan mencoba mencari tau penyebabnya.
     Kimberly mengangkat wajahnya mencoba menatap Josevan. Namun hanya sesaat lalu tertunduk lagi.
   Oh, Tuhan betapa tampannya pria ini. Begitu membuatku terpesona. Tatapan itu membuatku bergetar. Tapi sayang, dia sudah mempunyai kekasih. Dan dia sangat mencintai gadis itu. Mungkin ini pelajaran, untuk tidak mudah mencintai seseorang sebelum aku tau bahwa cintanya bukanlah milik orang lain.
   Ah, tapi benarkah ini cinta? Tapi bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta padanya? Secepat itukah?! Aku baru saja terluka! Hati ku sakit dan cintaku membeku! Dan aku baru saja mengenalnya, baru saja melihatnya. Tak ada pernyataan apalagi pembuktian bahwa ia mencintaiku. Bahkan sikapnya tampak angkuh dan dingin. Bagaimana mungkin hanya dengan kharismanya yang terpancar itu dan ketampanannya seorang Josevan mampu menghangatkan bahkan mencairkan kebekuan cinta di hatiku?!
   Dan kini, jika benar ini cinta?! Haruskah cinta yang kurasakan ini membeku kembali?! Oh, Tuhan.. kuatkanlah aku...! Aku tau bagaimana rasanya terluka!!! Ya! Meskipun rasanya perih, pedih, dan sangat sedih! Sepertinya aku harus kembali membekukan rasa ini!!!
   Kimberly berkata-kata di hatinya. Air matanya menetes.
   "What's wrong, Kimberly?" Wajah Josevan tampak serius. Tubuh atletisnya yang lebih tinggi itu agak membungkuk demi menatap mata Kimberly yang menangis.
   Kimberly gugup dan salah tingkah. Apalah daya, air mata itu tak dapat ditahannya. Dicobanya untuk tersenyum seraya menghapus air matanya dengan jemarinya.
   "Ini karna Merla," kilahnya. Tangannya masih sibuk menyeka air mata di wajahnya.
   "Merla?" Tatapan Josevan menajam seraya mendekat.
   Kimberly sempat terkejut. Jantungnya seakan berdetak hebat saat pria tampan itu hanya berjarak satu langkah. Tak ingin diketahui lagi apa yang terjadi dengan dirinya, Kimberly segera beringsut menjauh perlahan dan duduk di sofa.
   Josevan sempat tertegun sebelum kembali duduk di sofa di hadapan Kimberly. Dan terus menatap Kimberly serius.
   "Ya. Kau tau, gadis kecil itu mampu membuatku menyayanginya, meskipun aku baru saja mengenalnya," tutur Kimberly. Diberanikannya menatap Josevan.
   Pria tampan yang terkesan cool itu tampak tersenyum meskipun hanya memberikan tarikan bibirnya sedikit.
   "Mengapa kau tidak memberitauku keadaan Merla? Bahwa dia sakit? Dan tinggal di panti asuhan?! Kupikir, dia tinggal bersamamu?!"
   "I'm sorry. Bukan cuma aku. Beberapa orang, termasuk Onti Rose dan Uncle Jack sudah mencoba untuk mengadopsinya dan mengajaknya tinggal bersama. Tapi Merla sejauh ini masih menolak. Dengan alasan ia lebih nyaman tinggal bersama teman-temannya.
Mengenai sakit yang di deritanya. Kau tidak perlu khawatir. Dokter bilang Merla semakin membaik. Dia gadis kecil yang kuat." Jelas Josevan.
   "Oh, sukurlah." Kimberly menghela nafas lega.
   "So.., what's the next?"
   "Maksudmu?"
   "Apa hanya karna Merla?"
    "Ooo....." Kimberly terkesiap. Apakah dia tau apa yang terjadi di hatiku?! Batin Kimberly khawatir. Dihelanya nafas dalam-dalam. Bagaimana mungkin aku mengatakan padamu Josevan, bahwa aku belum siap untuk kau kenalkan dengan gadis yang sangat kau cintai itu, sementara tanpa kuduga hatiku telah jatuh cinta padamu, batin Kimberly sedih.
     "Mungkin kau belum tau, aku adalah gadis yang tengah terluka karna cinta," tuturnya. Oh, entahlah apa yang kukatakan ini, pikirnya. Kimberly merasa salah berkata.
   "Aku tau."
   "Onti mengatakannya?!"
   "Kedatanganmu bertepatan dengan kerjasamaku dengan Onti untuk konser amal itu. Dan peran Onti sangat besar sebagai ketua panitia penyelenggara. Dan kau adalah hal penting baginya. So, aku mencari tahu penyebab fokus Onti terbagi. Apa kau keberatan, Kimberly?"
    "Tidak. Tentu saja tidak. Dan sekarang kau tau..," Kimberly tertunduk merasa bersalah pada Onti.
    "Apa kau masih mencintainya?" Tanya Josevan pelan dan hati-hati.
     Dan itu mengejutkan! Membuat Kimberly mengangkat wajahnya. Dan menatap Josevan dengan tatapan nanar.
   "Cinta...?" Katanya dengan mata berkaca-kaca. "Menurutmu, apakah harus aku mempertahankan cinta itu? Ketika orang yang kau cintai memilih meninggalkanmu? Ketika kenyataan tiba-tiba datang bahwa kau harus kehilangan orang yang kau cintai? Apa kau akan terus mempertahankan cinta itu?!" Lepas Kimberly getir dan air matanya menderas.
     Josevan hanya terdiam. Namun seperti ada rasa iba yang tampak di wajahnya.
     "Kau mungkin tak mengerti Josevan," imbuh Kimberly. Ditatapnya Josevan lirih.
Ya, pria tampan itu mungkin tak mengerti apa yang kurasakan. Karna kini ia tengah berbahagia dan saling mencinta dengan sang kekasih yang tengah menunggunya di suatu tempat kini, batin Kimberly sedih.
     Sesaat Josevan dan Kimberly saling bertatapan. Namun Kimberly tak kuasa berlama-lama. Mata biru dengan alis tebal dan bagus itu begitu tajam menatapnya. Seolah ingin menembus dinding hatinya dan mencari tau apa yang terjadi di sana. Dan Kimberly ingin menutupi. Tak ingin Josevan tau bahwa ada cinta di situ yang baru saja tumbuh untuknya. Biarlah rasa cinta itu tertutupi. Tak perlu ada yang tau. Dan mungkin kekuatan cinta itu pun tak seberapa. Biarlah cinta yang baru saja tumbuh itu membeku di hatinya. Tak ada yang tau. Agar tak ada hati yang terluka dan tersakiti. Akh!
     "Pergilah Josevan, mengapa kau masih di sini? Jangan biarkan ia menunggumu..." ujar Kimberly seolah mengingatkan bahwa ada seseorang yang tengah menunggu pria tampan itu dengan cinta.
     Josevan terdiam sesaat. Lalu melihat arlojinya. Ah, gaya itu, seolah ia pria yang sangat sibuk.
  "Kau tau siapa seseorang yang ingin kuperkenalkan padamu?"
   "Ya, aku tau."
   "O, ya?"
   "Merla yang mengatakan padaku."
   "Merla?" Josevan mengernyitkan dahi. Alis tebal itu seperti hendak bertaut.
   "Seseorang yang sangat kau sangat cintai, bukan?"
   Josevan tampak sendikit terkejut dan sedikit heran. "Ya, kau benar. Seseorang yang sangat kucintai. Tentu saja aku sangat mencintainya," sahutnya tegas sambil terus menatap Kimberly. Ah! Mengapa mata itu seolah tak pernah berkedip.
   Kimberly tertunduk. Sedih itu disembunyikannya lagi. Kau harus kuat Kimberly! Kau harus mampu tersenyum bahagia melihat Josevan dengan wanita itu bahagia penuh cinta! Kimberly mencoba menyemangati dirinya sendiri.
   "Apa kau tidak ingin mengenalnya, Kimberly?"
   "Ow, tentu saja aku ingin sekali mengenalnya, Josevan. Hanya saja tidak untuk saat ini." Tatapan Kimberly seperti memohon untuk pengertian Josevan.
   Josevan terdiam. Seperti ada yang ia pikirkan.
   "Apakah aku mengecewakanmu, Josevan?" Kimberly tak enak hati.
   "Ya, sedikit. Tapi, aku mengerti."
   "Please, maafkan aku Josevan. Tolong sampaikan maafku padanya" Kimberly merasa sangat menyesal.
   "Allright. It's ok. Akan kusampaikan padanya."
   "Merla apakah bersamanya?"
   "Tentu tidak. Merla harus istirahat, lagi pula malam ini akan sangat dingin."
   "Ya, kau benar. Lagipula bukankah ini lebih baik. Jadi, kehadiranku tidak mengganggu kebersamaanmu dengannya?"
   "Tentu saja tidak, karena dia ingin sekali mengenalmu, Kimberly. Sangat disayangkan sebetulnya kau tidak bisa menjumpainya malam ini. Tapi baiklah mungkin lain waktu aku akan membawanya ke sini. Untuk memperkenalkannya padamu. Agar kau mengenalnya. Jika kau tidak keberatan, Kimberly?"
   "Tentu tidak. Justru aku akan merasa senang sekali. Aku tau, dia wanita yang sangat baik. Aku bisa merasakannya."
   Josevan tersenyum. Ada rasa bangga dibalik senyum itu. Dan baru kali ini Kimberly melihat senyum itu terkembang dengan mempesonanya.
   "Thank's Kimberly." Ucapnya dengan tampak senang.
   Oh pedih! Tapi biarlah...
   "Pergilah, jangan biarkan ia menunggumu terlalu lama."
   Josevan kembali melihat arlojinya.
   "Ok." Katanya.
   Lalu pria tampan itu pun segera bergegas langkahnya. Seolah tak sabar untuk menemui sang pujaan hati. Akh! Sedih. Tapi Kimberly merestui! Kimberly mengikutinya sampai ke pintu. Tubuh tegap itu memasuki mobil mewah warna hitamnya. Mobil itu pun melaju... dan kembali Kimberly memandang hamparan bersalju itu.
   Kimberly lalu menutup pintu perlahan. Sepintas seolah terbayang. Kebersamaan pria tampan itu dengan seorang wanita yang sangat cantik bernama Velicia Angel. Pasti sangat mesra dan bahagia. Begitu hangat dan indah meskipun di musim dingin dan diantara banyak tebaran tumpukan salju seperti malam ini.
Seperti yang pernah dialaminya dan dirasakannya dulu saat menjalin cinta kasih bersama Ethan. Akh! Kimberly kembali meneteskan air mata. Kebahagiaan itu bukanlah miliknya!
Kimberly hanya merasakan dingin dan sepi malam ini. Diseretnya langkah menuju kamar. Sambil terus melamun.
   Kau beruntung, Velicia Angel. Kau memiliki kebahagiaan itu. Dan aku melihatnya, Josevan sangat mencintaimu. Merla bilang kau pemilik panti asuhan tempatnya kini tinggal. Pasti kau wanita yang sangat baik dan lembut. Dan wanita istimewa di mata Josevan tentunya. Maaf, aku belum siap menemuimu malam ini. Biar kususun kekuatanku dulu. Membekukan cintaku dulu. Ah, seandaikan aku tau. Mungkin tak kubiarkan pesona itu menembus dinding hatiku dan meruntuhkan kebekuan cintaku. Tutur Kimberly dalam hati.
     Dan baru saja hendak menutup pintu kamar...
     "Kimberly! Cepat turun sayang! Onti datang bersama Uncle Jack. Dia ingin mengenalmu! Onti akan siapkan makan malam untuk kita bersama. Josevan tadi mengatakan kau tidak mau ikut bersamanya. Jadi Onti buru-buru pulang. Ayo, turun Kimberly!" Teriak Onti dari bawah.
   Kimberly terkesiap sesaat. Lalu segera turun.

***

FROZEN LOVE & Symphony OrchestraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang